Metode yang saat ini mulai dikembangkan adalah metode kering yang ditambahkan proses pengeringan KBM segar menjadi KBM kering. Indonesia
juga sudah mulai megekspor ekstrak KBM ke berbagai Negara antara lain Korea dan Malaysia sebagai bahan baku industri kosmetik, jus, maupun
pewarna. Jumlahnya kini mencapai 100 Kg ekstrak KBM untuk ekspor ke negri jiran Malaysia Cahyana, 2009.
C. METODE EKSTRAKSI DAN PENGUKURAN ANTIOKSIDAN
Menurut Nielsen 2003, Ekstraksi ialah suatu cara memisahkan komponen tertentu dari suatu bahan sehingga didapatkan zat yang terpisah
secara kimiawi maupun fisik. Ekstraksi biasanya berkaitan dengan pemindahan zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen-komponen aktif. Teknik ekstraksi yang
tepat berbeda untuk masing-masing bahan. Hal ini dipengaruhi oleh tekstur, kandungan bahan, dan jenis senyawa yang ingin didapat.
Secara umum proses ekstraksi melibatkan dua fasa yang tidak saling melarut. Suatu solut pada awalnya berada pada salah satu fasa, kemudian solut
atau komponen tersebut ditransfer ke salah satu fase yang lain sehingga ekstraksi dapat berlangsung. Jenis jenis ekstraksi antara lain ekstrasksi cair-
cair, padat-cair, cair-padat, dan gas-padat Deden, 2007. Hingga saat ini, terdapat beberapa cara yang sering digunakan dalam
melakukan ekstraksi antara lain : perkolasi, perendaman atau maserasi, soklet, refluks, dan kromatografi. Cara ekstraksi dengan maserasi adalah cara
ekstraksi komponen dengan merendam sampel menggunakan pelarut yang sesuai dan waktu tertentu. Campuran yang terbentuk kemudian dipisahkan
dengan penyaringan, sehingga didapat filtrat atau ekstrak yang disebut maserasi. Pada perkolasi, sistim yang digunakan hampir sama dengan sistem
maserasi namun, ditambahkan suatu sistem penyaringan Deden, 2007. Ekstraksi yang akan digunakan pada percobaan kali ini adalah cara ekstraksi
dengan maserasi atau perendaman yang diikuti dengan penyaringan untuk mendapatkan ekstrak. Maserasi dipilih karena sifatnya yang mudah untuk
dilakukan dan tidak memakan banyak biaya namun tetap efektif untuk mengekstrak komponen antioksidan pada KBM.
Pada umumnya, ekstraksi kulit buah dalam bentuk tepung menggunakan pelarut air akan menyebabkan terlarutnya senyawa polisakarida.
Senyawa polisakarida yang ikut terlarut ini akan menimbulkan beberapa masalah dalam proses aplikasi maupun analisis sehingga perlu dilakukan
perlakuan yang dapat mengurangi kadar senyawa tersebut. Salah satu proses yang mudah dan banyak digunakan adalah proses pengendapan senyawa
polisakarida menggunakan etanol 95 . Contoh proses ekstraksi yang menggunakan proses ini adalah proses ekstraksi senyawa antosianin pada
rosella Kristie, 2008. Menurut Cuppet et al., 1997 antioksidan merupakan suatu senyawa
yang ketika berada pada konsentrasi rendah dibandingkan dengan substrat yang dapat dioksidasi, secara nyata dapat memperlambat oksidasi substrat
tersebut. Antioksidan terdapat secara alami dalam hampir semua bahan pangan. Antioksidan bereaksi dengan oksidan sehingga mengurangi kapasitas
oksidan untuk menimbulkan kerusakan. Sistem antioksidan tubuh mampu melindungi jaringan tubuh itu sendiri dari efek negatif radikal bebas.
Jenis antioksidan sangat beragam. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi antioksidan primer dan antioksidan
sekunder. Antioksidan primer atau antioksidan pemecah rantai Chain –
breaking Antioxidant dapat bereaksi dengan radikal lemak dan mengubahnya menjadi produk yang stabil. Contoh antioksida
n primer yaitu α-tokoferol, lesitin, dan asam askorbat.
Menurut Winarno 1995, antioksidan sekunder adalah suatu zat yang dapat mencegah kerja prooksidan sehingga dapat digolongkan sebagai
sinergik. Sifatnya menurunkan inisiasi melalui berbagai mekanisme, seperti melalui pengikatan ion-ion logam, penangkapan oksigen, penguraian
hidroperoksida menjadi produk-produk non-radikal. Contoh antioksidan sekunder antara lain asam sitrat dan EDTA Ethylene-diaminetetra-acetic
acid.
Menurut Pratt dan Hudson 1999, senyawa-senyawa yang umumnya terkandung dalam antioksidan alami antara lain fenol, polifenol, dan yang
paling umum adalah flavonoid flavanol, isoflavon, flavon, katekin, flavonon, turunan asam sinamat,
α-tokoferol, dan asam organik polifungsi. Beberapa metode pengukuran aktivitas antioksidan yang dapat
digunakan antara lain metode -karoten atau linoleat, metode terkonjugasi, metode ransimat, metode DPPH, dan metode tiosianat. Pada metode
pengukuran dengan DPPH free radikal scavenging activity, DPPH 1,1- diphenyl-2-piercrylhydrazil digunakan sebagai model radikal bebas yang
stabil Hatano et al., 1988. Senyawa ini bila disimpan dalam keadaan kering dan kondisi penyimpanan yang baik akan tetap stabil selama bertahun-tahun
Larson, 1997. Jika senyawa ini masuk ke dalam tubuh manusia dan tidak terkendalikan maka dapat menyebabkan kerusakan fungsi sel. Dalam uji ini
metanol berfungsi sebgai pelarut, sedangkan inkubasi pada suhu 37
o
C dimaksudkan untuk mengoptimalkan aktivitas DPPH. Pada prinsipnya
antioksidan akan bereaksi dengan DPPH dan mengubahnya menjadi 1,1- diphenyl-2-piercrylhydrazine. Perubahan serapan yang dihasilkan oleh reaksi
ini menjadi ukuran kemampuan antioksidasi senyawa tersebut Hatano et al., 1988
D. REAKSI BROWNING DAN PENCEGAHANNYA