REAKSI BROWNING DAN PENCEGAHANNYA

Menurut Pratt dan Hudson 1999, senyawa-senyawa yang umumnya terkandung dalam antioksidan alami antara lain fenol, polifenol, dan yang paling umum adalah flavonoid flavanol, isoflavon, flavon, katekin, flavonon, turunan asam sinamat, α-tokoferol, dan asam organik polifungsi. Beberapa metode pengukuran aktivitas antioksidan yang dapat digunakan antara lain metode -karoten atau linoleat, metode terkonjugasi, metode ransimat, metode DPPH, dan metode tiosianat. Pada metode pengukuran dengan DPPH free radikal scavenging activity, DPPH 1,1- diphenyl-2-piercrylhydrazil digunakan sebagai model radikal bebas yang stabil Hatano et al., 1988. Senyawa ini bila disimpan dalam keadaan kering dan kondisi penyimpanan yang baik akan tetap stabil selama bertahun-tahun Larson, 1997. Jika senyawa ini masuk ke dalam tubuh manusia dan tidak terkendalikan maka dapat menyebabkan kerusakan fungsi sel. Dalam uji ini metanol berfungsi sebgai pelarut, sedangkan inkubasi pada suhu 37 o C dimaksudkan untuk mengoptimalkan aktivitas DPPH. Pada prinsipnya antioksidan akan bereaksi dengan DPPH dan mengubahnya menjadi 1,1- diphenyl-2-piercrylhydrazine. Perubahan serapan yang dihasilkan oleh reaksi ini menjadi ukuran kemampuan antioksidasi senyawa tersebut Hatano et al., 1988

D. REAKSI BROWNING DAN PENCEGAHANNYA

Reaksi pencoklatan dibagi menjadi dua yaitu pencoklatan enzimatis dan pencoklatan non enzimatis. Reaksi pencoklatan enzimatis terjadi pada buah- buahan dan sayuran, terutama jika mengalami destruksi jaringan sedangkan, reaksi pencoklatan non-enzimatis banyak terjadi pada pengolahan bahan pangan yang menggunakan panas dan selama penyimpanan bahan pangan Koswara, 1991. Pencoklatan non enzimatis terdiri dari reaksi maillard, reaksi karamelisasi, dan reaksi pencoklatan akibat oksidasi vitamin C Winarno, 1992. Seringkali reaksi pencoklatan tidak diinginkan di dalam produk pangan. Dalam penelitian kali ini reaksi pencoklatan pada KBM segar dapat mempengaruhi produk tepung KBM menjadi coklat sehingga tidak diinginkan. Kontak antara jaringan yang terluka atau terpotong dengan udara akan menyebabkan pencoklatan. Hal tersebut dikarenakan senyawa fenol teroksidasi secara enzimatis dengan bantuan enzim polifenol oksidase menjadi o-kuinon, yang secara cepat mengalami polimerisasi membentuk pigmen coklat atau melanin. Senyawa fenol bersifat sangat mudah terdekomposisi pada suhu biasa dan sangat sukar untuk diisolasi. Reaksi tersebut membutuhkan oksigen sebagai akseptor H 2 dan ion tembaga sebagai katalisator Eskin et al.,1971. Enzim yang berperan mengkatalisa oksidasi senyawa fenol adalah polifenol oksidase Palmer, 1963. Enzim fenolase berfungsi mengkatalis reaksi oksidasi, logam tembaga berfungsi sebagai pentransfer elektron dan O 2 berfungsi sebagai akseptor elektron Coleman, 1974 dan Schwimmer, 1981. Tingkat reaksi pencoklatan enzimatis semakin tinggi jika konsentrasi phenolic substrat PPO pada buah dan sayuran tinggi dan konsentrasi asam askorbat yang rendah Bauernfeind dan Pinkert 1970. Menurut Winarno 1992, banyak sekali senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai subtrat dalam reaksi pencoklatan enzimatis pada buah dan sayuran. Senyawa-senyawa fenolik tersebut di antaranya adalah katekin dan turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, dan leukoantosianin. Pada umumnya reaksi oksidasi fenol dikatalisis oleh 2 enzim fenolase yaitu kresolase dan katekolase. Kresolase mengkatalisis oksidasi monofenol tirosin dan kresol dengan menambah gugus hidroksil pada posisi orthonya sehingga menjadi orto-difenol. Reaksi oksidasi selanjutnya, katekolase menghilangkan 2 atom hidrogen pada orto difenol membentuk orto-quinon Park dan Luh 1985. Reaksi dalam tahap ini dapat dilihat pada Gambar 2. Menurut Eskin et al 1971, katekolase mengkatalisis reaksi oksidasi orto difenol menjadi orto-quinon ; orto-quinon dengan orto difenol akan terhidroksilasi membentuk trihidroksi benzena ; kemudian trihidroksi benzena bereaksi dengan orto-quinon membentuk hidroksi quinon yang akhirnya berpolimerisasi membentuk warna merah dan kemudian coklat Gambar 3. Pembentukan senyawa melanin dari orto quinon berlangsung secara spontan dan tidak tergantung pada adanya enzim atau oksigen. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat reaksi pencoklatan enzimatis adalah kandungan komponen fenolik, aktifitas dari enzim polifenol oksidase, kehadiran oksigen, ion logam, pH, dan suhu Lisinska and Leszczynski 1989. Reaksi pencoklatan enzimatis dapat dikontrol oleh inaktivasi enzim polifenol oksidase, pengeluaran oksigen, modifikasi komponen fenolik, penambahan agen pereduksi, interaksi dengan grup tembaga, mereduksi atau mengikat senyawa quinon, bahkan memindahkan produk akhir dari reaksi pencoklatan Shahidi and Naczk 1995. Asam askorbat, sodium bisulfit, dan komponen thiol adalah beberapa substrat yang dapat digunakan untuk mengikat senyawa kuinon untuk mencegah terjadinya reaksi browning. Gambar 2. Reaksi Antara dalam Pembentukan Melanin Park dan Luh 1985 Enzim polifenol oksidase dapat diinaktivasi dengan perlakuan panas dengan suhu 90 C. Metode lain untuk memperlambat reaksi pencoklatan enzimatis adalah dengan menurunkan pH jaringan lebih kecil daripada pH optimum enzim polifenol oksidase, yang berkisar antara 4,0 -7,0. Asam yang L - tirosin dapat ditambahkan untuk menurunkan pH adalah asam sitrat, malat, askorbat, dan asam fosfat Shahidi and Naczk 1995. Gambar 3. Reaksi Pembentukan Melanin dari O-Kuinon atau O-Difenol Eskin et al 1971 Menurut Elbe dan Schwartz 1996 secara enzimatis kehadiran enzim polifenol oksidase mempengaruhi kestabilan antosianin dan dapat merusak antosianin. Hal ini dipertegas oleh Kader et al., 1999 yang menyatakan bahwa, dengan kehadiran oksigen, enzim polifenol oksidase mampu mengkatalisis reaksi oksidasi asam klorogenik menjadi klorogenik quinon. Senyawa kuinon ini menyebabkan senyawa antosianin terdegradasi menjadi produk yang berwarna kecoklatan. Mengingat tingginya kandungan senyawa antosianin pada KBM maka perlu dilakukan beberapa upaya pencegahan reaksi browning enzimatik agar tidak mengurangi kandungan senyawa antioksidan maupun senyawa antosianin yang terkandung di dalam KBM.

E. ANTIOKSIDAN PADA KULIT BUAH MANGGIS

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59