Tanaman Air Keragaman Nyamuk

e. Kedalaman Air

Kedalaman habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. diukur menggunakan alat meteran, dengan satuan sentimeter cm. Kedalaman habitat adalah jarak antara permukaan air dengan dasar habitat. Pengukuran dilakukan dengan memasukan meteran kayu sampai menyentuh dasar habitat, kemudian batas permukaan air pada meteran dicatat untuk melihat kedalaman habitat. Pengukuran dilakukan di bagian pinggir habitat dan bagian tengah habitat, tetapi pada habitat yang luas dan dalam hanya dilakukan di bagian pinggirnya saja.

f. Dasar Habitat

Dasar habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. diukur dengan cara mengambil contoh dasar air dengan menggunakan cidukan atau melalui pengamatan visual bila genangan air jernih, kemudian jenis habitat diklasifikasi menjadi dasar habitat berupa lumpur, pasir, kerikil, dan lain-lain.

g. Tanaman Air

Tumbuhan pada habitat larva Anopheles spp. dikategorikan atas ada tidaknya tanaman air. Pengamatan terhadap tumbuhan air dilakukan secara visual meliputi jenis alga, lumut, dan tanaman pada permukaan air seperti ganggang, rumput, teratai, yang dapat menjadi tempat bernaung larva Anopheles spp.

h. Keberadaan Predator

Penangkapan predator larva pada habitat Anopheles spp. menggunakan cidukan dipper, kemudian diidentifikasi jenisnya. Keberadaan predator larva pada setiap habitat dicatat menurut jenisnya berupa ikan, berudu, larva capung, udang, atau tidak ada predator.

3.3.3.3 Pemetaan Habitat Larva Anopheles spp.

Penandaan titik koordinat habitat larva nyamuk Anopheles spp. menggunakan alat GPS geografical positioning system Garmin 60. Titik koordinat larva Anopheles spp. diambil berdasarkan keberadaan larva pada habitat perkembangbiakan. Proses pemasukan data GPS dengan cara diketik pada Microsoft Excel, kemudian dimasukan ke dalam program ArcView 3.3 PPLH-IPB 2008.

3.3.4 Pengumpulan Data Sekunder

3.3.4.1 Pengumpulan Data Cuaca

Data cuaca diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Pangkalpinang Bangka dan merupakan satu-satunya yang ada di Provinsi Bangka Belitung. Stasiun pengamatan ini terletak di Lapangan Udara Depati Amir Pangkalpinang, dan berjarak sekitar 70 Km dari tempat penelitian. Data cuaca yang diambil adalah data curah hujan sejak Februari-Mei 2011.

3.3.4.2 Pengumpulan Data Kasus Penyakit Malaria

Data kasus penyakit malaria diperoleh dari Puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Riau Silip, yaitu Puskesmas Riau Silip. Data kasus malaria diambil sejak Februari sampai Mei 2011.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Anopheles spp .

Kepadatan nyamuk menggigit orang dinyatakan dalam satuan jumlah nyamuk yang tertangkap per orang per jam yang dikenal sebagai man hour density MHD Depkes 2003. Nilai MHD dirumuskan sebagai berikut : ∑ Anopheles spesies tertentu yang tertangkap melalui umpan orang dalam sekali penangkapan MHD = 4060 x 12 jam x ∑ umpan orang Adapun kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang hinggap di badan per orang per malam dihitung berdasarkan nilai man biting rate MBR. Nilai MBR dihitung berdasarkan jumlah nyamuk yang hinggap di badan per malam dibagi jumlah penangkap dikali waktu penangkapan. ∑ Anopheles spesies tertentu yang tertangkap melalui umpan orang MBR = ∑ malam X ∑ umpan orang Keterangan : MHD = Man hour density Jumlah Anopheles hinggap di badan per orang per jam MBR = Man biting rate Jumlah Anopheles hinggap di badan per orang per malam Fluktuasi MHD ditampilkan dalam bentuk grafik selama 12 jam 18.00- 06.00, di dalam dan di luar rumah. Rata-rata MBR setiap bulan di tampilkan dalam bentuk tabel.

3.4.2 Kelimpahan Nisbi.

Kelimpahan nisbi adalah perbandingan jumlah individu nyamuk Anopheles spesies tertentu terhadap total jumlah spesies nyamuk yang diperoleh, dan dinyatakan dalam persen. ∑ individu nyamuk Anopheles spesies tertentu Kelimpahan Nisbi = X 100 Total jumlah spesies nyamuk yang diperoleh

3.4.3 Frekuensi Nyamuk Tertangkap

Frekuensi nyamuk tertangkap dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah penangkapan diperolehnya Anopheles spesies tertentu terhadap jumlah total penangkapan ∑ penangkapan diperolehnya Anopheles spesies tertentu Frekuensi = ∑ total penangkapan

3.4.4 Dominansi Spesies

Angka dominansi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan Sigit 1968. Dominansi Spesies = Kelimpahan nisbi x Frekuensi tertangkap ∑ hari dalam satu bulan

3.4.5 Karakteristik Habitat larva Anopheles spp.

Data karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik. Pengukuran kepadatan larva Anopheles spp. dalam setiap jenis habitat dihitung dengan cara menjumlahkan larva Anopheles spp. dibagi banyaknya cidukan. ∑ larva Anopheles yang didapat Kepadatan larva = dalam setiap jenis habitat ∑ cidukan

3.4.6 Titik Koordinat Habitat Larva Anopheles spp.

Data titik koordinat habitat larva Anopheles spp. yang di ambil dari lapangan dimasukan ke dalam program excel, kemudian digabungkan atau ditumpangkan overlay dengan peta batasan-batasan administrasi Kecamatan Riau Silip. Pemetaan habitat larva Anopheles spp. diolah menggunakan perangkat lunak soft ware Arc View 3.3.

3.4.7 Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan Kasus Malaria

Fluktuasi data kasus malaria ditampilkan selama empat bulan dalam bentuk grafik, kemudian data tersebut dihubungkan terhadap nilai MBR setiap bulan, kemudian di uji dengan menggunakan uji korelasi.

3.4.8 Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan ICH

Data Indeks Curah Hujan ICH selama empat bulan Februari-Mei 2011 dalam bentuk grafik, kemudian dihubungkan terhadap kepadatan nyamuk MBR, dianalisis dengan pearson correlation menggunakan program computer SPSS versi 13.0. Indeks curah hujan ICH dihitung berdasarkan rumus matematik : ∑ curah hujan mm per bulan X ∑ hari hujan per bulan ICH = 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keragaman Nyamuk

Anopheles spp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis nyamuk Anopheles di Desa Riau Kecamatan Riau Silip terdiri atas empat spesies, yaitu An. letifer Gambar 4, An. barbirostris Gambar 5, An. nigerrimus Gambar 6, dan An. indefinitus Gambar 7. Di antara empat spesies tersebut terdapat An. letifer yang telah dikonfirmasi sebagai vektor di pulau Bangka Boesri 2007. Nyamuk An. letifer mempunyai ciri khas pada palpi tanpa gelang-gelang pucat a, bagian sternit abdomen segmen ke tujuh tanpa sikat yang terdiri atas sisik gelap b, dan tarsi kaki belakang dengan gelang pucat terutama pada pangkalnya c Gambar 4. An. barbirostris mempunyai ciri khas palpi seluruhnya gelap a, ruas abdomen ke tujuh terdapat sisiksikat gelap b, pada costa dan urat I dari sayap terdapat tiga atau kurang noda-noda pucat c Gambar 5. An. nigerrimus mempunyai ciri khas gelang-gelang tarsi kaki belakang sedang, gelang pucat pada ruas 3-4 sama panjangnya dengan atau kurang dari ruas 5 a, pada sayap terdapat tanda gelap preapical urat satu tanpa sisik-sisik pucat atau kalau ada sedikit b Gambar 6. An. indefinitus mempunyai ciri khas pada probosis gelap seluruhnya a, gelang pucat di ujung palpi panjangnya dua kali dari panjang gelang gelap dibawahnya b, gelang pucat subapical palpus panjangnya ½ atau lebih dari panjang gelang subapical b1 Gambar 7. Nyamuk An. letifer merupakan jenis nyamuk Anopheles yang terbanyak jumlahnya dalam penelitian ini, dan ditemukan secara teratur pada setiap penangkapan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah, sedangkan An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada penangkapan Maret dan April 2011. Nyamuk An. letifer lebih banyak menyebar di luar rumah, hal ini dapat dilihat dari kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap dengan umpan orang dan istirahat. b a c b a c Gambar 4 An. letifer a palpi, b ujung abdomen, c tarsi belakang a b c a b c Gambar 5 An. barbirostris a palpi, b ujung abdomen, c sayap b a a b Gambar 6 An. nigerrimus a tarsi, b sayap a b a b b1 Gambar 7 An. indefinitus a probosis, b palpi Kelimpahan nisbi nyamuk An. letifer di luar rumah 42,65 dengan frekuensi 0,88. An. barbirostris merupakan jumlah nyamuk terbanyak kedua setelah An. letifer, dengan kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap di dalam rumah dan di luar rumah tidak jauh berbeda. Kelimpahan nisbi di dalam rumah 8,82 dengan frekuensi 0,31, dan yang di luar rumah 7,35 dengan frekuensi 0,56. Nyamuk Anopheles yang sedikit jumlahnya tertangkap adalah An. indefinitus dan An. nigerrimus, masing-masing ditemukan satu ekor dengan kelimpahan nisbi 1,47 di dalam dan di luar rumah Tabel 1. Berdasarkan nilai dominansi ternyata yang tertinggi adalah An. letifer di luar rumah 37,32, kemudian An. barbirostris di luar rumah 4,14, sedangkan An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya di temukan satu kali yaitu di dalam rumah dan di luar rumah dengan nilai dominansi masing-masing 0,09. Hasil penelitian ini jika dikaitkan dengan beberapa pengamatan yang telah dilakukan di pulau Bangka dan pulau yang terdekat, ditemukan keragaman spesies Anopheles yang sama, hal ini dapat disebabkan faktor lingkungan dan habitat yang tidak jauh berbeda. Hasil pengamatan beberapa tempat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditemukan nyamuk An. letifer di Desa Air Duren Kecamatan Pemali, Kecamatan Gunung Muda, Kecamatan Bakam, Kecamatan Jebus, dan Kecamatan Mentok. Nyamuk An. barbirostis ditemukan di Kecamatan Gunung Muda dan Kecamatan Bakam. Selanjutnya An. nigerrimus ditemukan di Kecamatan Jebus dan Kotamadya Pangkalpinang, sedangkan An. indefinitus baru ditemukan di Kecamatan Pemali. Pulau yang berdekatan dengan Pulau Bangka adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah dilakukan, sedangkan hasil survei di Pulau Lepar ditemukan An. letifer dan An. nigerrimus. Di beberapa kecamatan yang ada di Pulau Bangka belum pernah dilakukan penelitian entomologi, termasuk Desa Riau Kecamatan Riau Silip Dinkes Kab. Bangka 2010. Tabel 1 Keragaman jenis, kelimpahan nisbi, frekuensi, dan dominansi spesies Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang dan istirahat di Desa Riau, Februari-Mei 2011. Spesies Anopheles Di dalam Di luar KN Frek Dom KN Frek Dom An. letifer 38,24 0,69 26,29 42,65 0,88 37,32 An. barbirostris 8,82 0,31 2,76 7,35 0,56 4,14 An. nigerrimus 1,47 0,06 0,09 0,00 0,00 0,00 An. indefinitus 0,00 0,00 0,00 1,47 0,06 0,09 Keterangan : KN = Kelimpahan Nisbi, Frek= Frekwensi, Dom = Dominansi Hadi et al. 2008 melaporkan bahwa di Kampung Matras Kecamatan Sungailiat ditemukan An. letifer dan An. nigerrimus, begitu pula di Kelurahan Bacang Kotamadya Pangkalpinang, ditemukan satu spesies yang sama yaitu An. nigerrimus, dan satu spesies yang berbeda yaitu An. barbirostris Qomariah 2004. Nyamuk Anopheles spp. yang terdapat di Pulau Sumatera memiliki keragaman yang tidak jauh berbeda dengan nyamuk Anopheles yang ada di Desa Riau. Sitorus 2005 melaporkan di Desa Tegal Rejo, Kecamatan Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu OKU, Sumatera Selatan ditemukan jumlah An. letifer 3,99 lebih dominan daripada nyamuk An. barbirostris 0,64, dan An. nigerrimus 1,80. Begitu pula di Desa Segara Kembang Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan ditemukan An. barbirostris dan An. nigerrimus U’din 2005. Selanjutnya dilaporkan bahwa di Desa Pondok Meja, Muaro Duo, Jambi, selain ditemukan An. barbirostris dan An. nigerrimus ditemukan juga An. indefinitus. Nyamuk Anopheles yang paling dominan ditemukan adalah An. barbirostris dengan angka dominansi tertingi di luar rumah 10,18, sedangkan yang terendah adalah An. tesselatus dengan nilai dominansi di luar rumah 0,01 Maloha 2005. Rahmawati 2010 melaporkan bahwa nyamuk Anopheles di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ditemukan An. barbirostris lebih banyak dengan metode umpan orang dalam rumah 30,61 daripada di luar rumah 27,52, jumlah An. nigerrimus lebih banyak ditemukan di luar rumah 23,49 daripada di dalam rumah 18,37, An. indefinitus tidak ada yang ditemukan dengan umpan orang. Sementara An. barbirostris yang ada di Kecamatan Padangcermin Kabupaten Pesawaran merupakan spesies yang sama ditemukan Maloha di Muaro Duo Jambi, dan ditemukan lebih banyak di luar rumah 70,42 daripada di dalam rumah 29,58, hal yang sama ditemukan di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, An. barbirostris lebih banyak di luar rumah 61,73 daripada di dalam rumah 3,94. Nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan Safitri 2009 di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan terdapat jenis nyamuk yang sama ditemukan ditempat yang sama, yaitu An. barbirostris dan An. indefinitus Suwito 2010. Nyamuk Anopheles yang paling sedikit ditemukan ada dua jenis yaitu An. nigerrimus dan An. indefinitus. Boesri 2005 melaporkan bahwa nyamuk An. nigerrimus telah dikonfirmasi sebagai vektor di Sumatera Selatan, dan tidak mempunyai pilihan tertentu tentang sumber darah yang diperlukan, artinya dapat mengisap darah manusia atau hewan. Nyamuk An. indefinitus selama penelitian ditemukan hanya satu ekor dengan umpan orang di luar rumah, kemungkinan besar nyamuk ini memang jarang mengisap darah manusia. Rahmawati 2010 melaporkan di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ditemukan An. indefinitus lebih banyak ditemukan dengan perangkap hewan 62,5 daripada dengan umpan orang dalam rumah 9,09 dan luar rumah 22,73. Maloha 2005 melaporkan bahwa An. indefinitus di Desa Pondok Meja, Muaro Duo, Jambi lebih banyak ditemukan pada perangkap cahaya dengan kelimpahan nisbi 1,47 dan umpan hewan dengan kelimpahan nisbi 2,50, sedangkan dengan umpan orang tidak ada nyamuk yang tertangkap. Garjito et al. 2002 melaporkan hal sama bahwa An. indefinitus lebih banyak ditemukan pada umpan hewan dengan kelimpahan nisbi 22,70 dibandingkan umpan orang dalam rumah 19,77 dan umpan orang di luar rumah 21,05. Keragaman dari Anopheles yang diuraikan di atas merupakan ciri dan kemampuan dari beberapa spesies Anopheles dapat berkembangbiak pada tempat yang berbeda tergantung pada karakteristik habitatnya. Hal ini menggambarkan adaptasi yang spesifik dari berbagai spesies Anopheles untuk berkembangbiak. Nyamuk Anopheles spp. yang paling sering tertangkap baik dengan umpan orang maupun istirahat di Desa Riau adalah An. letifer dibandingkan dengan spesies lainnya, hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kubangan di tempat teduh, agak gelap, dan air tawar merupakan habitat yang disenangi An. letifer. Nyamuk An. letifer di Pulau Bangka ditemukan di beberapa tempat, dan telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Bangka Boesri 2007.

4.2 Perilaku Mengisap Darah Nyamuk