Impuls Response Function IRF

Tabel 4.10. Bauran energi Indonesia Energi Ribu BSM Minyak Mentah dan Turunannya 549,028 37.46 Biomasa 288,502 19.69 Gas Alam Turunannya 285,887 19.51 Batu bara 281,400 19.20 Tenaga Air 44,559 3.04 Panas bumi 14,682 1.00 Biodiesel B100 1,428 0.10 Total 1,465,486 100.00 Sumber: Neraca energi Indonesia 2006-2010 Gambar 4.7. Bauran energi Indonesia Sumber: Neraca energi Indonesia 2006-2010 Minyak sawit masih menjadi andalan utama Indonesia sebagai bahan baku biodiesel karena bahan baku non-edible seperti jarak pagar masih dalam tahap pengembangan. Penggunaan CPO sebagai bahan baku biodiesel ini memang memiliki trade-off sendiri. Peningkatkan persediaan CPO dalam negeri bisa dilakukan dengan mengambil bagian CPO untuk ekspor tetapi konsekuensinya ekspor CPO Indonesia akan menurun. Peningkatan persediaan CPO ini bisa juga dilakukan dengan peningkatan produksi CPO sehingga tidak mengganggu persediaan CPO ekspor maupun persediaan CPO domestik. 37,46 19,69 19,51 19,20 3,04 1,00 0,10 4,14 Minyak Mentah dan Turunannya Biomasa Gas Alam dan Turunannya Batu Bara Tenaga Air Panas Bumi Biodiesel B100 Peningkatan produksi CPO sendiri bisa dilakukan dengan cara ekstensifikasi atau dengan cara intensifikasi. Peningkatan produksi CPO dengan cara ekstensifikasi saat ini sudah mulai dibatasi melalui Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penundaaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Pembatasan ini juga dimaksudkan agar tidak terjadi penambahan emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan dari pembukaan lahan. Selain itu juga untuk mengurangi dampak negatif lain dari pembukaan lahan diantaranya peralihan penggunaan lahan yang berpotensi menimbulkan konflik dengan masyarakat ataupun peralihan lahan dari lahan pangan menjadi lahan non- pangan. Oleh karena itu pengkatan produksi dengan cara intensifikasi lebih disukai karena dampak yang ditimbulkan lebih bisa dikontrol. Dampak utama dari intensifikasi ini tertama dari sisi pencemaran lingkungan dari input produksi seperti pupuk kimia namun dampak ini bisa diminimalkan dengan mengganti pupuk kimia dengan pupuk alami atau organik. Jadi pada prinsipnya peningkatan produksi ini juga harus mengacu pada efisiensi, diversifikasi, konservasi dan lingkungan. Jadi peningkatan harga minyak goreng yang diakibatkan oleh peningkatan harga CPO akibat produksi biodiesel bisa ditekan dengan jalan meningkatkan persediaan CPO baik dengan pengurangan ekspor maupun dengan peningkatan produksi CPO yang dilakukan dengan asas keberlanjutan baik dari sisi lingkungan, sosial maupun ekonomi. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Dari uji kointegrasi menunjukkan bahwa masing-masing variabel tersebut saling mempengaruhi memiliki hubungan stabilitas atau keseimbangan dan kesamaan pergerakan dalam jangka panjang. Variabel- variabel ini dalam periode pendek akan cenderung saling menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan jangka panjangnya. Hasil uji Kausalitas Granger menunjukkan bahwa harga tandan buah segar mempengaruhi granger harga CPO, sedangkan produksi biodiesel dan harga minyak goreng tidak menyebabkan granger harga CPO. Semua variabel yaitu harga CPO, harga tandan buah segar dan harga minyak goreng memberikan pengaruh terhadap produksi biodiesel. Harga tandan buah segar juga dipengaruhi oleh produksi biodiesel. Untuk variabel minyak goreng tidak dipengaruhi oleh harga CPO, produksi biodiesel maupun harga tandan buah segar. Guncangan harga CPO cenderung direspon positif oleh produksi biodiesel. Kenaikan harga CPO sebagai bahan baku biodiesel ternyata tidak direspon secara negatif oleh produksi biodiesel dan bahkan cenderung positif walaupun berfluktuasi. Respon harga minyak goreng terhadap produksi biodiesel terlihat positif dan cenderung meningkat. Pada analisis dekomposisi varian menunjukkan bahwa fluktuasi variabel HCPO lebih banyak dipengaruhi oleh variabel HCPO itu sendiri daripada variabel lainnya, yaitu sebesar 70,18. Fluktuasi PBIO dalam jangka panjang lebih dipengaruhi oleh variabel HCPO daripada variabel PBIO itu sendiri, sedangkan variabel PBIO, HTBS, dan HMGO mempu menjelaskan variabel PBIO dengan kontribusi kurang dari 20. Fluktuasi HTBS ternyata banyak dipengaruhi oleh HCPO daripada variabel HTBS itu sendiri. Fluktuasi HMGO dalam jangka panjang lebih banyak dipengaruhi oleh variabel HCPO daripada oleh variabel HMGO itu sendiri. Fluktuasi harga minyak goreng dalam jangka panjang lebih dipengaruhi oleh harga CPO daripada produksi biodiesel, namun CPO merupakan bahan baku utama dari biodiesel sehingga ketika terjadi peningkatan produksi biodiesel maka permintaan CPO juga akan meningkat. Peningkatan permintaan CPO ini bisa memicu kenaikan harga CPO sehingga harga minyak goreng akan ikut naik. Hal ini menunjukkan harga minyak secara tidak langsung akan dipengaruhi juga oleh produksi biodiesel. Peningkatan harga minyak goreng yang diakibatkan oleh peningkatan harga CPO akibat produksi biodiesel bisa ditekan dengan jalan meningkatkan persediaan CPO baik dengan pengurangan ekspor maupun dengan peningkatan produksi CPO yang dilakukan dengan asas keberlanjutan baik dari sisi lingkungan, sosial maupun ekonomi

2. Saran

Dalam penelitian ini yang diamati biodiesel yang dihasilkan dari minyak sawit sedangkan biodiesel bisa dibuat dari bahan baku yang lain, maka perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan baku selain minyak sawit jika diperlukan. Dalam penelitian ini yang diamati adalah empat variabel yaitu harga minyak sawit, produksi biodiesel, harga tandan buah segar, dan harga minyak goreng. Jika dalam penelitian lanjutan ternyata ada beberapa faktor lain yang perlu dimasukkan, maka harus diuji terlebih dahulu keterkaitannya dengan keempat faktor yang sudah ada. Peningkatan produksi CPO sebaiknya menggunakan metode intensifikasi untuk menekan dampak sosial maupun ekonomi sehingga industri CPO bisa berkembang dan berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Adkins L. C. 2012. Using gretl for Principles of Econometrics, 4 th Edition Version 1.03. [pdf], http:www.LearnEconometrics.comgretl.html, 6 Maret 2012. Agung, I.G.N. Time Series Data Analysis Using Eviews. John Willey and Sons Asia Pte Ltd. Singapura. Alfirman. L E. Sutriono. 2008, Jurnal Keuangan Publik, Analisis Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Produk Domestik Bruto dengan Menggunakan Pendekatan Granger Causality dan Vector Autoregression, [pdf], http:bppk.depkeu.go.id , diakses tanggal 26 Juli 2009. Asenfelter O., B. P. Levine, J. D. Zimmerman. 2003. Statistics and Econometrics: Methods and Applications. New York : John Wiley Sons . Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2011. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2011. Neraca Energi Indonesia 2006-2010. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bowerman, B L dan O’Connell, R T 199γ Forecasting and Time Series: An Applied Approach. 3 rd Edition. Duxbury Press. Belmont, California. Charemza, dan D.F. Deadman. 1992, New Directions in Econometric Practice, Edward Elgar Publishing Limited, England. Cryer J.D. 1986. Time Series Analysis. Duxbury Press, Boston. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2004. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Kebutuhan Lokal CPO Tahun 1995-2002. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Skema Penggunaan Hasil Pengolahan Tandan Kelapa Sawit.Departemen Pertanian, Jakarta. Gujarati, D. 2003, Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain, Jakarta: Erlangga. Enders, W.1995. Applied Econometrics Time Series. New York: John Wiley Sons, Inc. Hambali, E. et al. 2007. Teknologi Bioenergi. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Hariyadi, P. et al. 2003. Kumpulan Abstrak Hasil Riset Industri Hilir Kelapa Sawit. Menristek dan Maksi, Jakarta.