15 dipengaruhi oleh lima atribut, yaitu: keuntungan relatif, kecocokan, kompleksitas,
dapat dicoba trialbility dan dapat diamati observability. Dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh setiap individu terhadap suatu
inovasi, yaitu : melanjutkan mengadopsi continued adoption atau menghentikan adopsi discontinued adoption. Pada kelompok kedua, pencarian informasi lebih
lanjut tetap dilakukan sehingga terlambat dalam mengadopsi late adoption bahkan tetap menolak continued rejection. Sesuai dengan kriteria tersebut
Rogers 1983 melakukan pengelompokan menjadi 5 kategori, yaitu: a Innovators, merupakan kelompok kosmopolit yang berani dan senang
dengan pembaharuan. b Early adopter, merupakan kelompok yang terdiri dari pemimpin
informal yang menjadi panutan bagi adopter selanjutnya. c Early majority, merupakan kelompok dari anggota-anggota yang lebih
dulu mengadopsi dibandingkan dengan kelompok lain. d Late majority, merupakan kelompok yang menghindari resiko.
e Laggards, merupakan kelompok tradisional atau konservatif. Pengetahuan petani sayur sangat beragam yang berimplikasi terhadap
penerimaan suatu varietas tertentu. Pola adopsi suatu varietas mengikuti pola adopsi tanaman pangan. Benih unggul yang diintroduksikan harus diikuti dengan
penggunaan input usaha tani lainnya seperti pemupukan, pengendalian hama terpadu, pengairan, perawatan tanaman yang berbeda-beda serta jalur pemasaran
produk segar yang sangat berhubungan erat dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat Basuki 2008.
Secara umum adopsi varietas baru memiliki proses dan pola yang sama dengan teknologi lainnya. Adopsi pertama akan dilakukan oleh kelompok petani
dengan tingkat pengetahuan luas, memiliki posisi yang tinggi dalam kelompok, selalu memiliki keinginan melakukan uji coba hal-hal yang baru, serta mau
menanggung resiko kegagalan. Kelompok ini biasanya memiliki hubungan yang dekat dengan penyuluh pertanian baik dari pemerintah maupun dari perusahaan.
Jika varietas baru tersebut memiliki nilai tambah atau menguntungkan akan mendorong petani-petani disekitarnya untuk melakukan adopsi, sementara
adopter yang pertama akan memperluas lahan usaha tani Evenson dan Gollin
16 2003. Dikatakan pula bahwa adopter awal memiliki nilai tambah lebih tinggi
dibandingkan dengan adopter berikutnya. Adopsi varietas jagung dan kapas transgenik memberikan pandangan yang berbeda tentang nilai tambah bagi petani
kecil di negara-negara berkembang Smale et al. 2006. Petani-petani mulai beralih dari varietas tradisional ke varietas modern, yakni varietas transgenik.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sentra produksi terong di Jawa Barat bagian utara, yakni Karawang, Indramayu dan Cirebon. Penentuan lokasi penelitian
didasarkan pada data PT East West Seed tentang pangsa pasar benih terong di Indonesia tahun 2004-2010. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2011
sampai bulan Agustus 2011.
Gambar 2. Penguasaan pasar terong di Jawa Barat bagian utara dan di wilayah penelitian sumber: Frontier, 2009 dan PT East West Seed
Indonesia, 2010a.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui percobaan lapang dan wawancara dengan petani responden. Percobaan lapang dilakukan untuk mengkarakterisasi koleksi
plasmanutfah. Wawancara dengan petani responden dilakukan untuk menggali data yang terkait dengan faktor-faktor penentu adopsi benih terong hibrida dan
manfaat ekonomi adopsi terong hibrida. Pengambilan sampel petani dilakukan secara acak sebanyak 55 orang di ketiga lokasi dengan asumsi bahwa petani di
ketiga lokasi penelitian bisa dengan bebas berpindah-pindah. Pada Tabel 2 dapat
dilihat rancangan penelitian untuk memenuhi tujuan dan pertanyaan penelitian. 3.2.1 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan
percobaan lapang dan wawancara terhadap petani responden, sedangkan data
18 sekunder diperoleh dari instansi terkait, yang secara terperinci dapat dilihat pada
Tabel 2. Karakterisasi koleksi plasmanutfah baik tanaman, buah maupun bunga dilakukan secara praktis, baik data kuantitatif maupun kualitatif dan dilakukan di
kebun percobaan PT East West Seed Indonesia di Purwakarta. Tabel 2. Rancangan penelitian sesuai tujuan penelitian
Tujuan Jenis dan
Sumber Data Teknik
Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Keluaran
Menganalisis dampak adopsi
benih terong hibrida
terhadap keragaman
plasmanutfah terong
lokal Data primer dari
percobaan lapang dan petani
responden, data sekunder dari
instansi terkait Karakterisasi
tanaman di lapang dan wawancara
dengan petani. Penelusuran data
di lingkup Deptan Balitbiogen,Balit
sa, Petani Aanalisis klaster
pengelompokan berdasar karakter
pokok panjang, warna dan bentuk
Keragaman plasma nutfah
dalam deskripsi
Menganalisis faktor-faktor
penentu adopsi Data primer dari
petani tentang faktor penentu
adopsi benih hibrida dan
sekunder penguasaan pasar
benih hibrida Wawancara
dengan petani sampel yang
diambil secara acak, serta
pengumpulan data dari toko
pertanian dan PT East West Seed
Indonesia Analisis regresi
logit untuk faktor penentu adopsi.
Tingkat penguasaan pasar
benih hibrida dianalisis secara
deskriptif dengan grafik
Model logit faktor penentu adopsi.
Tingkat penguasaan pasar
benih terong hibrida
Menganalisis manfaat
ekonomi benih terong hibrida
Data primer dari petani
Wawancara dengan responden
Partial budget analysis, Quality
seed multiplier analysis dan rasio
pendapatan Nilai manfaat
ekonomi varietas terong hibrida, R,
QSM dan rasio pendapatan