Varietas Hibrida TINJAUAN PUSTAKA

11 memiliki latar belakang genetika yang relatif jauh tidak banyak memiliki kesamaan alel. Khusus dalam pembuatan kelapa hibrida, gejala heterosis tidak dimanfaatkan, tetapi lebih memanfaatkan dua sifat baik dari kedua tetua yang tergabung pada keturunannya. Varietas hibrida merupakan salah satu teknologi pertanian dalam meningkatkan produksi tanaman atau program intensifikasi tanaman. Dalam pengembangan varietas hibrida pemulia berusaha melakukan perbaikan karakter tanaman baik dari segi produktivitas, ketahanan terhadap penyakit dan cekaman abiotik. Pengembangan varietas didasarkan pada kebutuhan pasar dan menggunakan keragaman genetika lokal sehingga memiliki daya adaptasi yang luas. Untuk mengembangkan galur-galur tetua dibutuhkan variabilitas fenotipik dan genetika yang cukup luas, serta informasi tentang deskripsi, jarak genetika yang luas dari plasmanutfah donor, sehingga tetua-tetua yang terbentuk akan menjadi dua grup besar dengan jarak genetika yang besar dan daya gabung yang luas Hadiati et al. 2009. Pengembangan varietas hibrida sayuran di Indonesia dipelopori oleh industri benih berbasis breeding, yakni pada tahun 1990. Industri benih melakukan proses pengembangan varietas hibrida dengan mengumpulkan plasmanutfah lokal dan introduksi dari luar negeri sebagai bahan mentah. Proses selanjutnya adalah proses rekombinasi untuk pengembangan galur-galur murni calon tetua dan hibridisasi dilanjutkan pengujian multi lokasi untuk melihat nilai heterosis dari hibrida yang dibentuk di lahan petani, serta menguji tingkat penerimaan pasar. Varietas hibrida hanya dapat diproduksi kembali dengan menggunakan galur tetua yang sama, sehingga memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut Groot 2002: • Kegenjahan. Secara umum varietas hibrida lebih genjah dibandingkan dengan varietas lokal, sehingga siklus tanam lebih pendek. • Vigor sebagai efek dari heterosis. Sifat heterosis berhubungan dengan produktivitas, ketahanan terhadap penyakit, ketahanan terhadap stres dan pembentukan buah lebih baik. • Adaptasi yang lebih luas. Hibrida dikembangkan untuk daya adaptasi terhadap iklim mikro yang lebih luas. 12 • Keseragaman. Tetua yang dipakai merupakan galur murni yang seragam dan stabil. • Kualitas. Kualitas produk hibrida disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pasar. Bos 1999 mengemukakan bahwa ketertarikan petani dan pemulia tanaman terhadap varietas hibrida disebabkan oleh beberapa hal yaitu: • Peluang dalam mengeksploitasi fenomena heterosis. Sifat heterosis ini merupakan nilai tambah dari varietas hibrida terkait dengan penggabungan beberapa sifat dari masing-masing tetua. • Pengembangan varietas hibrida dengan beberapa ketahananan terhadap organisme pengganggu tanaman lebih mudah dibandingkan dengan pengembangan galur murni, terutama yang bersifat dominan. • Varietas hibrida memiliki mekanisme perlindungan varietas secara genetika, karena hanya bisa diproduksi ulang dengan menggunakan tetua yang sama. Tabel 1 menampilkan jenis, tipe dan nama-nama varietas terong hibrida dan non hibrida yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian sejak tahun 1992 sampai dengan tahun 2010. Tabel 1. Varietas-varietas yang mendapatkan SK pelepasan Menteri Pertanian Jenis Tipe Nama Hibrida Panjang hijau Fortuna, Milano, Naga Hijau, Gracia, Ratih Hijau 1, Ratih Hijau 2, Orlando Green, OR Fabian, Hijau 06, Hijau JTY Hibrida Panjang ungu Benteng, Mustang, Naga Ungu, Sembrani, Lezata, Raos, Ratih Ungu, Violet, OR Valerie, Texas Blue, Ungu 05, Yumi, Olala Ungu, Ungu JTY Hibrida Panjang ungu-coklat Antaboga-1, antaboga-2, Antaboga-3, Prince, Jelita 568 Hibrida Pondoh ungu Satria Hibrida Panjang putih San Siro, Ratih Putih1, Kania Non hibrida Bulat lurik Kenari, Gelatik Non hibrida Gong Hibrida C252, Teho 555, Silila 505, SM211, Pesona, SS110 Sumber: Direktorat Perbenihan Hortikultura, Dirjen Hortikultura, Kementerian Pertanian. 2011; tidak dilepas tetapi dikomersialisasikan. 13

2.4 Usaha Tani Komoditas Sayuran

AVRDC 2004 mengemukakan bahwa usaha tani sayuran dilakukan dengan beberapa alasan yaitu: sayuran merupakan diet yang sehat, sayuran membuat hidup lebih produktif, dan sayuran sangat penting dalam menunjang perekomian yang kuat. Perekonomian yang kuat terkait dengan peningkatan pendapatan petani, yang walaupun bervariasi dengan tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Produksi sayuran total di Asia Tenggara sebesar 30.3 juta ton dari total produksi di Asia sebesar 124 juta ton pada tahun 2005, yang menurut Weinberger dan Lumpkin 2008 diperkirakan senilai USD 12.6 milyar. Kenaikan produksi akan sangat sulit diprediksi pada 25-30 tahun yang akan datang. Usaha tani sayuran memiliki nilai penting bagi masyarakat pedesaan, sebagai rotasi budidaya padi. Usaha tani sayuran umumnya dilakukan setelah panen padi di dataran rendah atau medium, sedangkan di dataran tinggi pada tanah tegalan dilakukan sepanjang tahun selama ketersediaan air mencukupi. Panca usaha tani merupakan teknik budidaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, antara lain penggunaan bibit unggul dan pengendalian hama penyakit tanaman. Kedua hal tersebut sangat berkaitan, karena varietas-varietas yang beredar dipasar memiliki ketahanan terhadap organisme pengganggu yang berbeda-beda Groot 2002. Hal ini berarti pemilihan varietas yang tepat sangat menentukan keberhasilan usaha tani. Ameriana 2008 mengemukaan bahwa penggunaan pestisida kimia di tingkat petani sudah melebihi ambang batas dan sangat membahayakan kesehatan manusia, terutama untuk petani tomat di dataran tinggi Jawa Barat. Dikatakan pula bahwa perilaku petani dalam penggunaan pestisida ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: persepsi tentang resiko kegagalan panen, persepsi tentang ketahanan varietas terhadap organisme pengganggu dan pengetahuan petani terhadap pestisida dan bahayanya, sehingga komponen pestisida merupakan biaya yang tinggi dalam usaha tani sayuran. Keberhasilan usaha tani sayuran biasanya diukur dari rasio keuntungan terhadap biaya benefit and cost ratio. Sukiyono 2005 dan Bachrein 2006 mengemukakan bahwa usaha tani bunga krisan, petani dapat menentukan pilihan jenis, warna bunga, dan asal bibit yang dapat mendukung keberhasilan produksi 14 untuk menghitung nilai keuntungan ekonomi yang diperoleh dengan pertimbangan biaya transportasi, biaya pemasaran dan selera konsumen. Pengalaman petani dalam usaha tani juga menentukan nilai BC rasio. Groot 2002 merumuskan nilai manfaat ekonomi usaha tani sayuran dengan menggunakan Quality Seed Multiplier analysis, merupakan rasio nilai tambah pendapatan yang diperoleh dengan usaha tani suatu produk dibandingkan dengan nilai penambahan biaya benih produk tersebut terhadap produk sebelumnya. Atau rasio nilai tambah pendapatan yang diperoleh dengan mengadopsi varietas baru terhadap peningkatan biaya benih dari varietas baru tersebut.

2.5 Adopsi dan Penetrasi Varietas Hibrida

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek atau obyek yang dirasa baru oleh seseorang untuk melakukan suatu tindakan dan memerlukan proses untuk diadopsi Rogers 1983. Proses adopsi inovasi merupakan proses kejiwaan atau mental dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan atau penolakan terhadap ide baru tersebut. Wahyunindyawati et al. 2002 mengemukakan bahwa adopsi dalam penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh kepada sasarannya. Penerimaan disini, mengandung arti bukan sekedar tahu, tetapi dengan benar-benar dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan benar dan dihayati. Selanjutnya dikatakan bahwa penerimaan suatu inovasi dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain sebagai suatu cerminan dari adanya perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Rogers 2003 mengemukan tentang lima tahapan dalam proses adopsi suatu inovasi, yaitu: awareness tahu dan sadar, petama kali mendapat suatu ide dan praktek baru; interest minat, mencari rintisan informasi; evaluation evaluasi, menilai manfaat inovasi dengan menilai keuntungan dan kerugian bila melaksanakan suatu ide; trial, mencoba menerapkan suatu inovasi pada skala kecil; dan adoption adopsi, penerapan inovasi dalam sekala besar. Tingkat adopsi bagi tiap-tiap petani berbeda-beda, yang menurut Rogers 2003