Syarat Ekologi Pemeliharaan Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen

Bunga sengon tersusun dalam malai berukuran panjang 12 mm, berwarna putih kekuningan dan sedikit berbulu, berbentuk seperti saluran atau lonceng. Bunga biseksual, terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, tidak bersekat-sekat dan berukuran panjang 10 ‒13 dan lebar 2 cm. Setiap polong buah berisi 15 ‒20 biji. Biji sengon berbentuk pipih, lonjong, tidak bersayap, berukuran panjang 6 mm, berwarna hijau ketika masih muda dan berubah menjadi kuning sampai coklat kehitaman jika sudah tua, agak keras dan berlilin. Sengon mulai berbunga pada umur 3 tahun setelah tanam. Djogo 1997 diacu dalam Krisnawati 2011 melaporkan, waktu berbunga adalah sekitar Oktober ‒Januari. Secara umum, buah sengon akan masak sekitar 2 bulan setelah berbunga. Tanaman sengon sehat berumur 5 –8 tahun dapat menghasilkan benih sekitar 12.000 butir per ha. Seribu butir benih sengon diperkirakan memiliki berat sekitar 16 –26 g Soerianegara dan Lemmens 1993, diacu dalam Krisnawati 2011.

2.2.3 Syarat Ekologi

Sengon dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah kering, tanah lembab dan bahkan di tanah yang mengandung garam dan asam selama drainasenya cukup Soerianegara dan Lemmens 1993, diacu dalam Krisnawati 2011. Di Jawa, sengon dilaporkan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah kecuali tanah grumusol Charomaini dan Suhaendi 1997, diacu dalam Krisnawati 2011. Sengon termasuk jenis pionir yang dapat tumbuh di hutan primer, hutan hujan dataran rendah sekunder dan hutan pegunungan, padang rumput dan di sepanjang pinggir jalan dekat laut. Di habitat alaminya di Papua, sengon berasosiasi dengan jenis-jenis seperti Agathis labillardieri, Celtis spp., Diospyros spp., Pterocarpus indicus, Terminalia spp. dan Toona sureni Soerianegara dan Lemmens 1993, diacu dalam Krisnawati 2011. Di habitat alaminya, curah hujan tahunan berkisar antara 2000 –2700 mm, kadang-kadang sampai 4000 mm dengan periode musim kering lebih dari 4 bulan. Curah hujan untuk pertumbuhan optimalnya adalah 2000 –3500 mm per tahun. Suhu optimal untuk pertumbuhan sengon adalah 22 –29°C dengan suhu maksimum 30 –34°C dan suhu minimum 20–24°C Soerianegara dan Lemmens 1993, diacu dalam Krisnawati 2011. Selama bulan kering, jumlah hari hujan minimal yang diperlukan adalah 15 hari. Sengon tumbuh baik pada ketinggian 1600 m dpl, kadang-kadang sampai ketinggian 3.300 m dpl. Di Papua, sengon dapat tumbuh di daerah yang rendah pada ketinggian 55 m dpl di Manokwari Charomaini dan Suhaendi 1997, diacu dalam Krisnawati 2011.

2.2.4 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman bertujuan untuk memperoleh hasil tanaman atau tegakan yang berkualitas sesuai dengan tujuan pengelolaan. Adapun kegiatan dalam pemeliharaan tanaman meliputi : 1. Penyiangan Tanaman sengon harus dibebaskan dari gulma. Gulma dan tanaman terpengaruh secara negatif oleh interaksi dalam bentuk penurunan kegiatan pertumbuhan termasuk peristiwa alelopati. Anino 1997 diacu dalam Krisnawati et al. 2011 menyatakan, penyiangan harus dilakukan secara rutin pada dua bulan pertama, setelah itu secara periodik 3 bulanan. Selama satu tahun pertama pohon harus bersih dari alang-alang paling tidak 2 m di sekitar pohon. 2. Pemupukan Untuk meningkatkan pertumbuhan sengon, setiap anakan perlu diberikan pupuk sekitar 100 gram NPK, baik pada saat penanaman maupun setelahnya. Menurut Santoso 1992 untuk mendapatkan produksi yang sesuai harapan, pada saat tanaman sengon berumur sekitar 4 bulan perlu diberi pupuk Urea 40 kg, ZA 80 kg, TSP 120 kg dan KCl 160 kg tiap ha. Cara pemupukan yaitu dengan meletakkan pupuk dalam lubang sedalam 5 ‒10 cm di sekeliling batang pada batas proyeksi tajuk tanaman Indriyanto 2008. Pemupukan diulangi lagi pada awal tahun ke dua dengan takaran yang sama. 3. Pendangiran Menurut Hartini dan Anna 2010, pendangiran merupakan kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman dalam upaya memperbaiki sifat fisik tanah aerasi tanah. Pendangiran dilakukan setelah penyiangan dengan meninggikan tanah di sekitar tanaman pokok agar air tidak tergenang. 4. Penyulaman Penyulaman tanaman merupakan kegiatan penanaman kembali pada bekas tanaman yang matididuga akan mati dan rusak sehingga terpenuhi jumlah tanaman normal dalam satuan luas tertentu sesuai jarak tanamnya Hartini Anna 2010. Menurut Indriyanto 2008, penyulaman dilakukan apabila persentase hidup tanaman kurang dari 80. Penyulaman pertama dilakukan satu bulan setelah penanaman. Penyulaman kedua dilakukan setelah satu tahun penanaman. Pada tahun berikutnya tidak perlu dilakukan penyulaman karena tanaman susulan akan tertinggal pertumbuhannya. 5. Pemangkasan Menurut Hartini dan Anna 2010, pemangkasan cabang adalah kegiatan pembuangan cabang bagian bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang tinggi. Pohon sengon memiliki kecenderungan untuk tumbuh menggarpu, sehingga pemangkasan sangat diperlukan pada tahap awal perkembangan pohon. Pemangkasan biasanya dilakukan selama dua tahun pertama mulai dari enam bulan, setelah itu pada interval enam bulan sampai umur 2 tahun Soerianegara dan Lemmens 1993, diacu dalam Krisnawati 2011. Pemangkasan lebih baik dikerjakan pada waktu cabang pohon masih kecil, untuk mencegah terjadinya luka yang terlalu lebar. Intensitas pemangkasan cabang setiap kali melakukan pemangkasan sebesar 30 dari tajuk Kosasih et al. 2002, diacu dalam Indriyanto 2008. 6. Penjarangan Penjarangan adalah tindakan pengurangan jumlah batang persatuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh pohon dalam rangka mengurangi persaingan antar pohon. Pohon yang dipilih untuk dijarangi adalah pohon yang terkena hama, cacat, miskin riap dan tertekan. Secara umum untuk jenis pohon yang cepat tumbuh dilakukan penjarangan pertama kali pada umur 3‒4 tahun, sedangkan jenis pohon yang lambat tumbuh penjarangan pertama kali dilakukan pada umur 5‒10 tahun Indriyanto 2008. 7. Pengendalian Hama dan Penyakit Salah satu ancaman utama hama yang menyerang tanaman sengon di Indonesia adalah hama penggerek batang Xystrocera festiva Nair dan Sumardi 2000, diacu dalam Krisnawati 2011. Xystrocera festiva mulai menyerang tanaman umur 3 tahun dan apabila dibiarkan, dalam waktu 2 sampai 5 tahun kemudian, seluruh tanaman akan punah. Pengendalian hama X. festiva dapat dilakukan dengan penebangan atau penjarangan pada pohon yang terserang untuk mencegah dan menekan penyebaran hama. Penyakit yang menyerang tanaman sengon antara lain: 1 jamur upas Upasia salmonicolor, pengendaliannya dengan eradikasi, pembakaran atau pemangkasan tanaman yang diserang; 2 penyakit akar merah, penyebabnya jamur Ganoderma pseudofereum, umumnya jamur tumbuh pada tanah basah dan pH 6,0 –7,0. Pengendaliannya dapat dengan fungisida Ganocide atau Calixin CP, atau membakar tanaman yang sakit sampai ke akarnya dan sisa akar di lubang tanam dibersihkan Rahayu 1999; 3 penyakit karat puru juga menyerang bibit di persemaian dan tanaman sengon sampai umur 5 tahun. Bagian tanaman yang diserang daun dan dahan. Gangguan penyakit ini dapat mengakibatkan kematian pohon. Anino 1997 diacu dalam Krisnawati 2011 menyatakan bahwa penyakit karat puru berhasil dikendalikan dengan menghentikan penanaman sengon pada lokasi di atas ketinggian 250 m dpl. Selain itu juga dapat dikendalikan dengan pemangkasan dan pembakaran bagian-bagian pohon yang terinfeksi.

2.2.5 Teknik Silvikultur