produktivitas lahan. Namun, sebenarnya pola tanam agroforestri sendiri tidak sekedar untuk meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga melindungi lahan
dari kerusakan dan mencegah penurunan kesuburan tanah melalui mekanisme alami.
Penerapan agroforestri dapat memberikan manfaat yang besar bagi para pemilik lahan. Menurut Wiersum 1980 diacu dalam Matatula 2009
mengemukakan, keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan teknik agroforestry yaitu sebagai berikut: 1 keuntungan ekologis, yaitu penggunaan
sumber daya yang efisien baik dalam pemanfaatan sinar matahari, air dan unsur hara di dalam tanah; 2 keuntungan ekonomis, yaitu total produksi yang
dihasilkan lebih tinggi sebagai akibat dari pemanfaatan lahan yang lebih efisien; 3 keuntungan sosial, yaitu memberikan kesempatan kerja sepanjang tahun.
Keberhasilan penerapan agroforestri menuntut adanya pemahaman yang mendalam tentang komponen yang terlibat dalam agroforestri, serta interaksi
komponen tersebut. Interaksi antar komponen tersebut, atau dengan kata lain “interaksi antara pohon dengan tanaman semusim atau dengan pohon lainnya”,
merupakan satu aspek yang tidak mudah dikaji. Interaksi antar komponen-
komponen tersebut, antara lain Hairiah et al. 2002: 1 interaksi positif
peningkatan produksi satu jenis tanaman diikuti oleh peningkatan produksi
tanaman lainnya; 2 interaksi netral kedua tanaman tidak saling mempengaruhi,
peningkatan produksi tanaman semusim tidak mempengaruhi produksi pohon atau peningkatan produksi pohon tidak mempengaruhi produksi tanaman semusim; 3
interaksi negatif peningkatan produksi satu jenis tanaman diikuti oleh penurunan
produksi tanaman lainnya, ada kemungkinan pula terjadi penurunan produksi keduanya.
2.2 Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen
2.2.1 Klasifikasi dan Penyebaran
Sengon termasuk suku Fabaceae, keluarga petai-petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : jeunjing, jeunjing laut
Sunda, kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang Jawa, seja Ambon, sikat Banda, tawa Ternate, dan gosui Tidore. Klasifikasi ilmiah
tanaman sengon:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Paraserianthes
Jenis : falcataria
Sengon merupakan tanaman asli Indonesia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Australia Soerianegara dan Lemmens 1993, diacu dalam
Krisnawati 2011. Tegakan alam sengon di Indonesia ditemukan tersebar di bagian timur Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua dan di perkebunan di Jawa
Martawijaya et al. 1989. Di Maluku, tegakan sengon alam dapat ditemukan di Pulau Taliabu, Mangolle, Sasan, Obi, Bacan, Halmahera, Seram dan Buru. Di
Papua, sengon alam ditemukan di Sorong, Manokwari, Kebar, Biak, Serui, Nabire dan Wamena. Selain itu, sengon juga ditanam di Jawa Martawijaya et al. 1989.
2.2.2 Deskripsi Botani
Pohon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat mencapai sekitar 30
‒45 m, tinggi batang bebas cabang 20 m. Tidak berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Diameter
batang sekitar 70‒80 cm. Kulit batang berwarna putih keabu-abuan, tidak beralur, tidak mengelupas dan batangnya tidak
berbanir Martawijaya et al. 1989. Kerapatan tajuk tergolong jarang. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV
‒V. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan panjang sekitar
23 ‒30 cm . Anak daunnya kecil-kecil, banyak dan perpasangan, terdiri dari 15‒20
pasang pada setiap sumbu tangkai, berbentuk lonjong panjang 6 ‒12 mm, lebar
3 ‒5 mm dan pendek ke arah ujung. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau
pupus dan tidak berbulu sedangkan permukaan daun bagian bawah lebih pucat dengan rambut-rambut halus Soerianegara dan Lemmens 1993 dan Arche et al.
1998, diacu dalam krisnawati 2011. Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus ke dalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun
dan tidak menonjol ke permukaan tanah.
Bunga sengon tersusun dalam malai berukuran panjang 12 mm, berwarna putih kekuningan dan sedikit berbulu, berbentuk seperti saluran atau lonceng.
Bunga biseksual, terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, tidak bersekat-sekat dan berukuran panjang 10
‒13 dan lebar 2 cm. Setiap polong buah berisi 15
‒20 biji. Biji sengon berbentuk pipih, lonjong, tidak bersayap, berukuran panjang 6 mm, berwarna hijau ketika masih
muda dan berubah menjadi kuning sampai coklat kehitaman jika sudah tua, agak keras dan berlilin.
Sengon mulai berbunga pada umur 3 tahun setelah tanam. Djogo 1997 diacu dalam Krisnawati 2011 melaporkan, waktu berbunga adalah sekitar
Oktober ‒Januari. Secara umum, buah sengon akan masak sekitar 2 bulan setelah
berbunga. Tanaman sengon sehat berumur 5 –8 tahun dapat menghasilkan benih
sekitar 12.000 butir per ha. Seribu butir benih sengon diperkirakan memiliki berat sekitar 16
–26 g Soerianegara dan Lemmens 1993, diacu dalam Krisnawati 2011.
2.2.3 Syarat Ekologi