tanaman umur 3 tahun dan apabila dibiarkan, dalam waktu 2 sampai 5 tahun kemudian, seluruh tanaman akan punah. Pengendalian hama X. festiva dapat
dilakukan dengan penebangan atau penjarangan pada pohon yang terserang untuk mencegah dan menekan penyebaran hama.
Penyakit yang menyerang tanaman sengon antara lain: 1 jamur upas Upasia salmonicolor, pengendaliannya dengan eradikasi, pembakaran atau
pemangkasan tanaman yang diserang; 2 penyakit akar merah, penyebabnya jamur Ganoderma pseudofereum, umumnya jamur tumbuh pada tanah basah dan pH
6,0 –7,0. Pengendaliannya dapat dengan fungisida Ganocide atau Calixin CP, atau
membakar tanaman yang sakit sampai ke akarnya dan sisa akar di lubang tanam dibersihkan Rahayu 1999; 3 penyakit karat puru juga menyerang bibit di
persemaian dan tanaman sengon sampai umur 5 tahun. Bagian tanaman yang
diserang daun dan dahan. Gangguan penyakit ini dapat mengakibatkan kematian
pohon. Anino 1997 diacu dalam Krisnawati 2011 menyatakan bahwa penyakit karat puru berhasil dikendalikan dengan menghentikan penanaman sengon pada
lokasi di atas ketinggian 250 m dpl. Selain itu juga dapat dikendalikan dengan pemangkasan dan pembakaran bagian-bagian pohon yang terinfeksi.
2.2.5 Teknik Silvikultur
Benih sengon dapat dengan mudah dikeringkan hingga kadar air mencapai 8
‒10. Benih yang sudah kering dapat disimpan selama 1,5 tahun pada suhu 4
‒8°C tanpa kehilangan viabilitas dan laju perkecambahan masih tetap tinggi sekitar 70
‒90 Soerianegara dan Lemmens 1993, diacu dalam Krisnawati 2011. Untuk periode waktu yang lebih lama, Parrotta 1990 diacu dalam Krisnawati
2011, menganjurkan untuk menyimpan benih dalam wadah tertutup dan ditempatkan dalam ruang penyimpan yang dingin pada suhu 3
–5°C. Sebelum penyemaian, benih harus direndam dalam air mendidih selama 1
–3 menit kemudian dipindahkan ke dalam air dingin selama 24 jam. Perlakuan yang tepat
dapat menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi sekitar 80 –100 dalam
waktu 10 hari.
2.2.6 Karakteristik Kayu dan Kegunaan
Kayu teras sengon berwarna putih sampai coklat muda pucat atau kuning muda sampai coklat kemerahan. Pada pohon yang masih muda, warna kayu teras
dan kayu gubal tidak begitu jelas perbedaannya berwarna pucat, tetapi pada kayu yang lebih tua perbedaannya cukup jelas Soerianegara dan Lemmens 1993,
diacu dalam Krisnawati 2011. Serat kayunya lurus dan teksturnya cukup kasar tetapi seragam.
Kayu sengon dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti bahan konstruksi ringan misalnya langit-langit, interior, dan perabotan, bahan kemasan
ringan misalnya kotak cerutu dan rokok, serta peti kayu, korek api, sepatu kayu, alat musik, mainan dan sebagainya. Kayu sengon juga dapat digunakan untuk
bahan baku kayu lapis, serta cocok untuk bahan papan partikel. Selain itu, menurut Soerianegara dan Lemmens 1993, kayu ini juga banyak digunakan
untuk bahan baku pulp untuk membuat kertas. Sebagai jenis pengikat nitrogen, sengon juga ditanam untuk tujuan reboisasi dan penghijauan guna meningkatkan
kesuburan tanah Heyne 1987, diacu dalam Krisnawati 2011. Daun dan cabang yang jatuh akan meningkatkan kandungan nitrogen, bahan organik dan mineral
tanah Orwa et al. 2009, diacu dalam Krisnawati 2011. Sengon sering ditumpangsarikan dengan tanaman pertanian seperti jagung
dan buah-buahan Charomaini dan Suhaendi 1997. Sengon sering pula ditanam di pekarangan untuk persediaan bahan bakar arang dan daunnya dimanfaatkan
untuk pakan ternak. Di Ambon Maluku, kulit pohon sengon kadang-kadang digunakan secara lokal sebagai pengganti sabun Soerianegara dan Lemmens
1993, diacu dalam Krisnawati 2011.
BAB III BAHAN DAN METODE