rencana kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3. Fungsi Pengawasan
Anggaran menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. 4. Fungsi Alokasi
Anggaran harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian. 5. Fungsi Distribusi
Kebijakan anggaran harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi Stabilisasi Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah PAD
Pemerintah daerah di dalam membiayai belanja daerahnya, selain dengan menggunakan transfer dari pemerintah pusat, mereka juga
menggunakan sumber dananya sendiri yaitu Pendapatan Asli Daerah PAD. PAD menurut Halim 2004 : 67 merupakan “ semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”.
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos
Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam Isdijoso, 2002.
Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli
Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal
Elita dalam Pratiwi, 2007. Daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk
menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai seluruh
penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Ketergantungan daerah otonom kepada bantuan pusat diharapkan seminimal mungkin. Semakain besar
kontribusi yang dapat diberikan oleh PAD terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat.
PAD memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah. Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan PAD yang positif
mempunyai kemungkinan untuk memiliki pendapatan per kapita yang lebih baik Harianto dan Adi, 2007. Apabila suatu daerah PAD-nya
meningkat maka dana yang dimiliki pemerintah akan meningkat pula. Peningkatan ini akan menguntungkan pemerintah, karena dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan daerahnya.
PAD menurut Halim 2004:67 merupakan “Semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. PAD hanya
merupakan salah satu komponen sumber penerimaan keuangan negara disamping penerimaan lainnya berupa dana perimbangan, pinjaman daerah
dan lain-lain penerimaan yang sah juga sisa anggaran tahun sebelumnya dapat ditambah sebagai sumber pendanan penyelenggaraan pemerintahan
di daerah. Keseluruhan penerimaan tersebut setiap tahun tercermin dalam APBD. Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai APBD,
proporsi PAD terhadap total penerimaan tetap merupakan indikasi “derajat kemandirian ” keuangan suatu pemerintah daerah.
Pendapatan asli daerah merupakan sumber murni daerah yang terdiri dari: a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri 132006
adalah terdiri dari : Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang
undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang
mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Negara
BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup ,hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi,
potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari
selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan
denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan dari
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran cicilan penjualan.
2.1.4 Dana Perimbangan