Uji Asumsi Klasik Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif

Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel PAD, DAU, DAK, DBH, dan BL memiliki nilai minimum dan nilai maksimum yang positif. Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diperoleh: a. Variabel PAD memiliki nilai minimum 958.747 dan maksimum 1.210.000.000 dengan rata-rata PAD sebesar 62.405.000 dengan jumlah sampel sebanyak 33 kabupaten dan kota. b. Variabel DAU memiliki nilai minimum 63.068.373 dan maksimum 1.270.000.000 dengan rata-rata DAU sebesar 427.390.000 dengan jumlah sampel sebanyak 33 kabupaten dan kota. c. Variabel DAK memiliki nilai minimum 17.807.400 dan maksimum 856.000.000 dengan rata-rata DAK sebesar 51.683.000 dengan jumlah sampel sebanyak 33 kabupaten dan kota. d. Variabel DBH memiliki nilai minimum 653.056 dan maksimum 374.000.000 dengan rata-rata DBH sebesar 43.367.000 dengan jumlah sampel sebanyak 33 kabupaten dan kota. e. Variabel BL memiliki nilai minimum 32.801.248 dan maksimum 1.600.000.000 dengan rata-rata BL sebesar 30.5110.000 dengan jumlah sampel sebanyak 33 kabupaten dan kota.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik

Analisa dilakukan dengan model analisa regresi berganda. Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi klasik. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian sudah normal, serta bebas dari gejala multikolinearitas, heterokedastisitas serta autokorelasi. Uji asumsi klasik terdiri dari:

4.2.2.1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S dengan kriteria : Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan normal. Sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data dikatakan tidak normal. Tabel 4.2 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 132 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation 6.55302660E7 Most Extreme Differences Absolute .088 Positive .088 Negative -.066 Kolmogorov-Smirnov Z 1.016 Asymp. Sig. 2-tailed .253 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015 Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai signifikansi adalah 0,253 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal karena 0,253 0,05. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histogram dan plot data yang terdistribusi normal. Gambar 4.1 Histogram Berdasarkan gambar 4-1 di atas, dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal, dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng skewness ke kiri maupun ke kanan atau normal. Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sumber : Lampiran diloah dari SPSS, 2015 Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot. Pada gambar 4-2, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

4.3.2.2. Uji Multikolonieritas

Hasil uji multikolonieritas dalam penelitian ini digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolonieritas dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor VIF, menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen, melihat nilai Condition Index CI dengan kriteria: Besarnya tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu: Tolerance 0.10, Variance Inflation Factor VIF 10, Condition Index 10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian: Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 6.812E7 1.441E7 4.728 .000 Pendapatan Asli Daerah 2010-2013 .908 .053 .664 17.239 .000 .401 2.495 Dana Alokasi Umum 2010-2013 .439 .039 .416 11.163 .000 .427 2.340 Dana Alokasi Khusus 2010-2013 .041 .086 .012 .473 .637 .868 1.152 Dana Bagi Hasil 2010- 2013 -.220 .197 -.045 -1.112 .268 .370 2.701 a. Dependent Variable: Belanja Langsung 2010-2013 Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan penelitian ini bebas dari gejala multikolinearitas. Jika dilihat pada tabel semua variabel independen memiliki VIF 10. Selain itu nilai toleransi untuk setiap variabel independen lebih besar dari 0,1 tolerance 0.1. Dengan demikian disimpulkan tidak ada multikolinearitas dalam model regresi ini.

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Metode pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Uji Park. Uji Park dilakukan dengan cara meregresikan nilai residual Lnei2 dengan masing-masing variabel independen Lnx1 dan Lnx2. Uji Park mendeteksi ada tidaknya gejala multikolonieritas dengan melihat nilai sig pada output yang diperoleh. Nilai sig pada setiap variabel harus lebih besar dari 0,05. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian : Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 11.832 9.887 1.197 .234 ln_PAD -.120 .309 -.064 -.389 .698 ln_DAU .437 .803 .102 .544 .588 ln_DAK .807 .454 .185 1.778 .078 ln_DBH .116 .349 .042 .332 .740 a. Dependent Variable: ln_kuadrat_res Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan seluruh nilai Sig pada setiap variabel lebih besar dari 0,05. Hal ini mengidikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.

4.2.2.4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena obsevasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu sama lain. Hal ini sering ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi posotif, 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3. Angka diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,962 a ,925 ,922 6,65542E7 1,386 a. Predictors: Constant, Dana Bagi Hasil 2010-2013, Dana Alokasi Khusus 2010-2013, Dana Alokasi Umum 2010-2013, Pendapatan Asli Daerah 2010-2013 b. Dependent Variable: Belanja Langsung 2010-2013 Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015 Dari tabel diatas memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,386. Angka ini terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapatt disimpulkan bahwa tidak ada terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

4.2.3. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

3 91 94

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah di Provinsi Aceh

1 50 99

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Belanja Langsung Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi

1 37 98

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 35 106

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Barat

3 56 90

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

4 59 87

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

0 0 13

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

0 0 12