63 Dalam footnote nomor halaman ditulis dengan singkatan p.
untuk pagina atau page, kemudian diikuti dengan nomor yang dimaksud dengan sela satu ketukan. Jadi misalnya : p. 28, p. 105, dan sebagainya.
Apabila bahan yang dikutip terdapat dalam lebih dari satu halaman, digunakan singkatan pp., seperti mis alnya pp. 1-19, pp. 85-86, dan
sebagainya. Dalam hal halaman dengan nomor ratusan, maka untuk halaman yang terakhir angka ratusannya tidak usah ditulis, kecuali
angka ratusannya diikuti dengan angka nol. Jadi : pp. 142-49; pp. 216- 250; tetapi perhatikan : pp. 200-207; pp. 205-207; pp. 301-16; pp. 100-
47. Apabila yang dikutip adalah bahan dalam bagian awalpreliminer- yang nomor halamannya ditulis dalam angka Romawi dalam huruf
kecil-maka dalam footnotepun dituliskan dengan angka Romawi dalam huruf kecil, seperti misalnya p. vi, p. x, dan sebagainya.
7.22 Cara Memasukkan Footnote
Ada dua cara yang umum digunakan untuk memasukkan footnote. Yang pertama langsung menempatkan footnote di bawah
pernyataan kutipan. Yang kedua menempatkan footnote pada kaki halaman, pada halaman bagian bawah.
1.
Footnote langsung. Footnote langsung ditempatkan langsung di bawah pernyataan kutipan tanpa menunggu selesainya alinea
dalam uraian dalam teks. Sebagai contohnya :
. . . dan penderita sehingga penggunaan karbohidrat dalam badan penderita menjadi
berjalan sebagaimana mestinya. 20
20 D.B. Van Dalen, 1962. Understanding Educational Researh : An Introduction. McGraw -Hill Book Company, Inc., New York. p.19.
Ol e h ka r e na i t u ba gi s e or a ng dokt e r ya ng ba i k t i da kl a h c ukup ha nya me nge t a hui ba ga i ma na c a r a
ke r j a pa nc r e a s , ba ga i ma na hukumnya j i ka ke l e nj a r i t u t i da k be ke r j a , da n pe nya ki t . . .
.
2. Footnote kaki. Footnote kaki ditempatkan di bagian bawah
halaman, di kaki halaman. Footnote ini lebih populer karena
64 rapi letaknya dan tidak mengganggu pembacaannya. Cara
penempatan footnote inilah yang dianut dalam tata tulis ini. Selanjutnya jika disebutkan footnote, yang dimaksudkan adalah
footnote kaki ini. Footnote ini dipisahkan dengan uraian dalam teks oleh suatu garis yang tak terputus-putus dari tepi kiri ke
tengah halaman sepanjang lima ketukan. Garis pemisah ini berjarak satu setengah atau dua spasi dari baris terakhir
daripada teks, sedangkan footnotenya berjarak dua spasi tunggal dari garis pemisah itu.
Indensi dari footnote tetap seperti indensi teks, yaitu sebanyak tujuh ketukan. Garis tepinya pun demikian juga, sama dengan garis tepi
daripada teks. Tetapi jarak barisnya hanya satu spasi tunggal. Apabila terdapat lebih dari satu footnote, antara masing-masing footnote diberi
jarak dua spasi tunggal. Contohnya dapat dilihat footnote nomor 23 di bagian bawah halaman ini.
7.23 Footnote Berganda
Ada kemungkinan suatu kutipan berasal lebih dari satu sumber. Bilamana demikian, maka sumber-sumber itu semuanya disebutkan
dalam satu footnote. Antara masing footnote hanya dihubungkan dengan tanda titik koma atau semicolon. Sebagai contoh lihatlah footnote
nomor 23. 7.24 Footnote Per Bab
Footnote dalam Tugas Akhir diberi nomor urut dari nomor satu sampai nomor terakhir, sesuai dengan nomor superskrip dalam teks
kutipan. Ada dua cara pemberian nomor footnote : 1 bab demi bab atau 2 untuk seluruh bab. Apabila diambil cara yang pertama, maka untuk
tiap-tiap bab yang baru dimulai lagi dengan footnote nomor pertama. Sudah tentu jika cara ini yang dipakai, superskrip kutipan dalam teks
pun untuk tiap-tiap bab baru dimulai lagi dengan dengan nomor satu.
Cara yang kedua memberi nomor footnote secara kontinyu tanpa pandang bab. Artinya untuk bab berikutnya pun nomor
footnotenya dilanjutkan dari nomor footnote dalam bab di depannya.
65 Kedua cara itu mengandung segi-segi yang menguntungkan
dan merugikan. Keuntungan dari cara yang pertama adalah oleh karena bagian-bagian atau bab-bab dari pada Tugas Akhir kadang-kadang
diambil untuk diterbitkan, maka apabila kebetulan bukan bab pertama yang diambil, tak perlu penulisnya membuat footnote baru yang dimulai
dengan nomor pertama. Demikian juga oleh karena dalam cara footnote bab demi bab harus disusun Daftar Kepustakaan di bagian belakang
tiap-tiap bab, maka jika bab itu akan dipetik dan diterbitkan, penulis tidak usah membuat Daftar Kepustakaan yang baru. Segi negatipnya
adalah justru karena dibelakang tiap-tiap bab harus diberi Daftar Kepustakaan yang terpisah, maka ini memperbanyak pekerjaan
menyusun Daftar Kepustakaan.
Keuntungan dari cara yang kedua adalah penulis tak perlu menyusun Daftar Kepustakaan secara terpisah-pisah. Ini memungkinkan
pembaca mengetahui keseluruhan Daftar Kepustakaan yang digunakan dalam Tugas Akhir tanpa membolak-balik halaman. Akan tetapi jika
bab-bab tertentu dari pada Tugas Akhir itu akan diterbitkan, terpaksa penulisnya membuat footnote dan Daftar Kepustakaan yang baru.
7.25 Menyingkat Footnote