45 kata-katanya sendiri, dan dalam bahasa yang biasa digunakan
oleh pengutipnya sendiri. Karena itulah maka mengutip kata demi kata tidak sering dilakukan, dan hanya dilakukan jika
dirasa sangat perlu semata-mata, yaitu jika dengan kata-kata atau bahasa sendiri justru oleh pengutip dikhawatirkan
semangat dan kekuatan dari ide, pendapat, atau kesimpulan itu menjadi kurang dapat diungkapkan sebagaimana mestinya.
3. Terlalu banyak mengutip mengganggu kelancaran bahasa.
Kutipan-kutipan yang terlalu banyak akan mengakibatkan uraian-uraian yang kurang lancar, tidak streamline. Hal
semacam itu akan segera dirasakan oleh pembaca atau penilai yang kritis, sebab seorang pembaca atau penilai dapat
diibaratkan seorang penumpang mobil yang sensitif, yang segera merasakan tidak enak melewati jalan yang sebentar-
sebentar berganti antara jalan yang beraspal yang lancar dan tidak bersuara dengan jalan kerikil yang bergelombang dan
berisik.
7.11 Dimana Kutipan Ditempatkan
Dalam suatu Tugas Akhir, kutipan akan dijumpai paling banyak dalam bagian inti yang membahas landasan-landasan teori
penunjang. Dalam bagian ini dibeberkan banyak teori yang relevan, dianalisis, dikomparasi, dan kemungkinan dikonstruksi teori baru.
Menyusul bagian lain yang relatip juga banyak mengutip ialah bagian yang menyajikan data. Kemudian dalam lampiran mungkin disertakan
juga kutipan penurunan rumus, spesifikasi peralatan yang dipakai, atau lembaran data. Akan tetapi sama sekali tidak lazim membuat kutipan
dalam bagian awal atau dalam bagian yang berisi kesimpulan dan saran- saran.
Footnote kadang-kadang juga diisi dengan suatu kutipan. Ini dilakukan jika penulis bermaksud menyediakan bahan cross-reference
yang agak lengkap, sedang bahan itu dipandang tidak pada tempatnya jika disajikan dalam naskah.
46
7.12 Kutipan Langsung dan Kutipan Tidak Langsung
Kutipan yang persis seperti kata-kata yang digunakan dalam bahan aseli disebut kutipan langsung. Kutipan langsung dibagi menjadi
kutipan langsung yang panjang dan kutipan langsung yang pendek. Dua macam kutipan langsung ini mengikuti standar tata tulis yang berbeda.
Kutipan langsung dalam bahasa Inggris disebut direct qoutation. yang panjang disebut long direct quotation, sedang yang pendek disebut short
direct quotation.
Di samping kutipan langsung ada kutipan yang tidak langsung. Kutipan inilah yang disebut paraphrase atau indirect quotation. Juga
paraphrase dapat dibagi menjadi paraphrase panjang dan paraphrase pendek. Seperti sudah dibicarakan di atas paraphrase merupakan kutipan
tidak menurut kata-kata, tetapi menurut pokok pikiran atau semangatnya, dan dinyatakan dalam kata-kata dan bahasa sendiri.
Penulisan paraphrase panjang dan pendek juga akan dibedakan untuk kepentingan kejelasan.
7.13 Paraphrase
Paraphrase, atau indirect quotation, atau petikan pokok pikiran, atau ringkasan kesimpulan disusun menurut jalan pikiran dan dinyatakan
dalam bahasa pengutip. Walaupun yang kita kutip ditulis dalam bahasa Inggris, misalnya, paraphrasenya kita tuliskan dalam bahasa Indonesia;
sebab bahasa Indonesia merupakan standar Tugas Akhir di Indonesia.
Untuk memberikan kredit kepada sumber yang dikutip, maka di belakang kalimat paraphrase dicantumkan suatu superskrip footnote.
Superskrip biasanya atau terbanyak dinyatakan dalam bentuk angka- angka Arab, yang diketik agak diangkat sedikit, setinggi setengah spasi
tunggal. Misalnya,
. . . Bukan watak seorang sarjana untuk mengumpulkan data yang semata-mata dapat
mendukung kebijaksanaan penguasa.1 Tulisan ilmiah tidak . . .
Superskrip dituliskan langsung di belakang kalimat paraphrase, tanpa diberi sela ketukan, dan tidak diberi tanda titik penutup. Dalam
47 footnote kemudian disebutkan dengan teliti sumber kutipan, seperti
misalnya,
1 Van Dalen, D.B., 1962. Understanding Educational Research : An Introduction. McGraw -Hill Book Company, Inc., New York, p.348.
Paraphrase tidak dituliskan di antara tanda petik . . ., melainkan langsung dijalin dalam kalimat atau alinea. Ketentuan ini
berlaku baik untuk paraphrase pendek maupun paraphrase panjang, tidak perduli apakah nama penulis sumber aslinya dicantumkan atau tidak
dalam teks paraphrase. 7.14 Paraphrase Panjang
Kutipan tidak langsung sebaiknya dilakukan sependek mungkin, dikondensasikan sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari
satu alinea. Praktek mengutip langsung pada umumnya memang tidak lebih dari satu alinea; malahan alinea yang pendek, yaitu alinea yang
tidak lebih dari setengah halaman. Jika karena suatu hal kutipan tidak langsung melebihi satu alinea, kutipan semacam itu disebut kutipan
panjang, atau paraphrase panjang.
Untuk paraphrase satu alinea, maka superskrip footnote di belakang alinea menunjukkan bahwa alinea itu alinea paraphrase. Nama
penulis sumbernya tidak harus dimasukkan dalam teks kutipan. Walaupun demikian sumbernya sudah jelas, karena telah disebutkan
dalam footnote kutipannya.
Untuk paraphrase yang lebih dari satu alinea katakanlah dua alinea maka timbul kesulitan bagaimana mengidentifikasi bahwa alinea-
alinea itu dua-duanya adalah alinea paraphrase. Ada beberapa cara untuk memecahkan kesulitan itu, tiga di antaranya akan dibicarakan.
1.
Memberikan superskrip footnote di tiap-tiap akhir alinea. Superskripnya harus dituliskan dengan dua angka yang
berbeda, walaupun sumber sama, dan dalam footnote disebutkan sumber yang sama dengan menyebutkan ibid. dari
kata Latin ibidum yang artinya referensi sama dengan di atasnya pada footnote yang kedua. Akan tetapi dengan cara ini
48 maka ruangan halaman menjadi terdesak oleh footnote,
sedangkan footnote itu sendiri menjadi tumpukan dari ibid. 2.
Menyebutkan nama penulis yang dikutip pada bagian permulaan alinea paraphrase dan memberikan superskrip pada
akhir kalimat paraphrase. Misalnya,
Apabila upah dapat diberikan menurut potensi kerja atau banyaknya produksi, maka karyawan
akan didorong untuk berprestasi atau menyerahkan hasil produksi yang sebesar-
besarnya dan meng-upgrade dirinya untuk keperluan prestasi atau produksi, demikian
menurut Maier ... Efisiensi dan produksi akan menjadi nilai yang menonjol, sedangkan waktu
luang akan dipandang sebagai pemborosan ...
Apabila metode ini diterapkan secara sporadik, maka dalam negara itu orang-orang yang cerdas
dan energik akan meninggalkan lembaga kerja yang menggunakan sistem upah yang tidak dapat
menghargai kecerdasan dan prestasi mereka ...2
2 Maier, N.R.F., 1955., Psychology In Industry : A Psychological Approach to Industrial Problems. George G. Harahap Co. Ltd.,
London. pp.389-390
. Cara tersebut akan menghemat footnote dan menghindarkan
terlalu banyak ibid. untuk paraphrase yang terdiri dari beberapa alinea. Akan tetapi oleh karena nama penulis yang dikutip, yang dicantumkan
dalam bagian pertama dari kalimat dalam alinea permu laan tidak begitu menonjol dan menarik perhatian pembaca, maka dapat menimbulkan
kesan seakan-akan hanya alinea terakhirlah yang merupakan alinea paraphrase. Akan lebih kabur lagi jika sekiranya paraphrase memakan
ruangan satu halaman penuh atau mungkin dalam beberapa kejadian satu setengah sampai dua halaman. Ini terjadi misalnya jika diperlukan sekali
suatu excerpt atau ringkasan dari suatu buku, suatu laporan penelitian, atau suatu majalah berkala. Pembaca mungkin menjadi lupa dan
mengira bahwa yang dibaca yang dibaca pendapat orisinil, sedang sebenarnya ia sedang membaca suatu paraphrase. Untuk kutipan
langsung keadaan semacam itu tidak menjadi persoalan, karena kutipan
49 langsung harus diketik satu spasi tunggal pada garis tepi ketikan yang
baru dengan indensi empat ketukan. Maka untuk mengatasi persoalan yang sangat panjang itu dapat diambil jalan yang arbitrer, yaitu ketikan
tetap dengan jarak satu spasi ganda karena paraphrase tetapi pada suatu garis tepi yang baru seperti kutipan langsung, dengan indensi empat
ketukan. Tentulah sebaiknya pada awal paraphrase disebutkan nama penulis sumber kutipan, dan akhir paraphrase itu diberikan superskrip
footnote. Jadi misalnya,
Ma i e r be r pe nda pa t a pa bi l a upa h da pa t di be r i ka n me nur ut pr e s t a s i ke r j a a t a u ba nya knya pr oduks i ,
ma ka pa r a ka r ya wa n a ka n di dor ong unt uk be r pr e s t a s i a t a u me nye r a hka n ha s i l pr oduks i
ya ng s e be s a r - be s a r nya da n me ng- upgr a de di r i nya unt uk ke pe r l ua n pr e s t a s i a t a u pr oduks i . . .
[dan seterusnya, alinea lain untuk kemudian disambung dengan alinea yang terakhir dan diberi catatan superskrip footnote]
. . . Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh sistem upah menurut besarnya produksi adalah
bagaimana mengubah jasa-jasa ke dalam satuan produksi atau bagaimana mengukur pekerjaan-
pekerjaan yang hasilnya tidak dapat langsung
dihitung . . .2
7.15 Paraphrase Pendek