Sistem traceability merupakan suatu konsep, tools, prosedur kerja dan peralatan untuk tracking danatau tracing TT dalam lingkungan produksi dan
distribusi Verdenius dalam Smith et al. 2006. Sistem konvensional TT akan menghasilkan data lokasi dan identifikasi produk yang digunakan untuk
manajemen recall. Sistem TT yang berorientasi mutu quality-oriented tracking and tracing,
QTT, akan menambah manfaat untuk memperoleh data parameter yang relevan dengan mutu produk misalnya suhu atau kelembaban relatif, yang
dapat digunakan untuk mengontrol aliran produk pada rantai makanan. Terdapat 5 elemen dalam sistem QTT yaitu 1 tujuan dan keuntungan, 2 manajemen
penawaran dan permintaan, 3 kualitas informasi pelacakan dan penelusuran, 4 kualitas teknologi pelacakan, dan 5 proses dan produk.
2.7 Batch Dispersion
Batch produksi lazim terdapat di industri pangan. Batch produksi ini
kadang-kadang berdasarkan dari kapasitas peralatan pengolahan, tetapi juga bisa berdasarkan pada efisiensi kebutuhan. Proses produksi batch sering kali
menimbulkan masalah keamanan pangan seperti penurunan mutu dan kontaminasi baik fisik, kimia maupun mikrobiologi. Masalah tersebut kemungkinan diakibat
oleh adanya penyebaran batch atau batch dispersion yang terlalu banyak karena melayani beberapa pembeli atau pengencer Grunow et al. 2008. Batch
dispersion merupakan jumlah downward dispersion bahan baku dan upward
dispession produk jadi. Downward dispersion adalah jumlah batch produk jadi
yang mengandung bagian dari batch bahan baku. Upward dispersion adalah jumlah perbedaan batch bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan batch
produk jadi Dupuy et al. 2005. Berikut merupakan ilustrasi dari upward dispersion
dan downward dispersion jika terjadi masalah. Suatu konsep dispersi batch telah diperkenalkan oleh Grunow et al. 2008
untuk menafsir pengaruh keputusan yang dibuat dalam produksi dan distribusi yang didasarkan pada jumlah retailler yang dilayani oleh suatu batch produksi.
Pengukuran dispersi batch, Db didefinisikan :
dimana n adalah jumlah retailler yang dilayani batch. Batch dispersion hanya terjadi jika pelayanan suatu batch lebih dari satu retailler. Dalam pengukuran
dispersi peningkatan jumlah retailler yang dilayani dari batch tunggal merupakan suatu peningkatan kuadratik. Definisi batch dispersion pada cara ini tidak hanya
menunjukkan tujuan pencegahan distribusi batch ke retailler yang banyak tapi juga membuat lebih mudah untuk memasukkannya dalam formulasi model
Grunow et al. 2008. Ilustrasi ukuran dispersi batch dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2 Ilustrasi ukuran dispersi batch.
Sumber : Grunow et al. 2008
Masalah keamanan pangan juga mengakibatkan perusahaan untuk meminimalkan biaya. Jika masalah keamanan pangan berasal dari batch bahan
baku, maka perusahaan akan mengidentifikasi dan menarik semua produk yang mengandung bahan baku dari batch bahan baku. Jika hal tersebut menyangkut
pada produk akhir, maka perusahaan akan mengidentifikasi batch bahan baku dan menarik kembali semua produk akhir. Jadi untuk meminimalkan biaya krisis
keamanan pangan perusahaan harus meminimalkan jumlah produk yang ditarik kembali Dupuy et al. 2005.
Identifikasian produk sangat penting untuk sistem traceability, tanpa adanya identifikasi produk maka tidak dapat mencapai sistem penelusuran
tracebillity. Terdapat tiga tingkat identifikasi produk yaitu batch, unit perdagangan dan unit logistik. Sebuah batch menunjukkan pada produk yang
diproduksi atau dipanen pada kondisi yang sama, dimana satu batch dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti waktu, luas, volume, atau gangguan produksi. Produk
dari satu batch dapat ditempatkan atau dikemas dalam satu atau lebih unit perdagangan atau kontainer. Tingkat kedua adalah unit perdagangan yaitu berupa
gabungan produk dari satu batch atau lebih. Setiap unit perdagangan harus memiliki ID Identity yaitu berupa nomor khusus yang diberikan untuk setiap
unit perdagangan, sehingga setiap unit perdagangan memiliki ID yang berbeda- beda yang membantu untuk penelusuran produk. Sedangkan tingkat ketiga adalah
unit logistik merupakan penggabungan antara unit perdagangan satu dengan unit perdagangan yang lainnya yang dikemas ke dalam unit yang lebih besar ARM
2005.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2010, bertempat di PT Red Ribbon Indonesia, Muara Baru Jakarta.
3.2 Kerangka Pemikiran
Keamanan pangan dan mutu merupakan isu yang sangat penting dalam pemasaran produk perikanan di tingkat internasional. Isu ini kembali mencuat
ketika beberapa negara pengimpor melakukan penolakan terhadap produk perikanan Indonesia. Penyebab terjadinya penolakan produk perikanan antara lain
adalah adanya kandungan antibiotik seperti kloramfenikol yang melebihi batas yang telah ditetapkan oleh negara yang bersangkutan serta dikarenakan oleh sifat
dari produk perikanan yang mudah mengalami penurunan mutu. Penurunan mutu udang dapat terjadi selama proses produksi, peyimpanan dan distribusi, sehingga
perlu dikelola dan dikontrol secara langsung oleh pihak perusahaan. Dengan adanya penolakan atau penarikan kembali dapat mengakibatkan peningkatan
biaya operasional total dari perusahaan. Penolakan atau penarikan kembali terhadap produk perikanan tersebut
dapat diminimalisasi dengan memperbaiki sistem produksi batch atau lot dan pelayanan terhadap pembeli atau retailler. Batch atau lot merupakan suatu jumlah
makanan yang diproduksi dan dikelola dibawah kondisi yang seragam atau sama. Batch
dapat sejumlah kemasan kecil, peti, kantong, drum atau karton yang ditandai dengan nomor batch yang sama ARM 2005. Suatu batch biasanya
melayani permintaan dari banyak retailler sehingga ukuran batch yang ada sangat besar. Dengan ukuran batch yang besar tersebut kemungkinan dapat
mengakibatkan kontaminasi pada produk yang dapat mempengaruhi mutu dari produk yang dihasilkan. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut perusahaan
dapat menerapkan konsep batch dispersion. Konsep ini dapat diterapkan dengan mengurangi jumlah retailler yang dilayani oleh batch yang sama sehingga dapat
meminimalkan penyebaran batch.