3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2010, bertempat di PT Red Ribbon Indonesia, Muara Baru Jakarta.
3.2 Kerangka Pemikiran
Keamanan pangan dan mutu merupakan isu yang sangat penting dalam pemasaran produk perikanan di tingkat internasional. Isu ini kembali mencuat
ketika beberapa negara pengimpor melakukan penolakan terhadap produk perikanan Indonesia. Penyebab terjadinya penolakan produk perikanan antara lain
adalah adanya kandungan antibiotik seperti kloramfenikol yang melebihi batas yang telah ditetapkan oleh negara yang bersangkutan serta dikarenakan oleh sifat
dari produk perikanan yang mudah mengalami penurunan mutu. Penurunan mutu udang dapat terjadi selama proses produksi, peyimpanan dan distribusi, sehingga
perlu dikelola dan dikontrol secara langsung oleh pihak perusahaan. Dengan adanya penolakan atau penarikan kembali dapat mengakibatkan peningkatan
biaya operasional total dari perusahaan. Penolakan atau penarikan kembali terhadap produk perikanan tersebut
dapat diminimalisasi dengan memperbaiki sistem produksi batch atau lot dan pelayanan terhadap pembeli atau retailler. Batch atau lot merupakan suatu jumlah
makanan yang diproduksi dan dikelola dibawah kondisi yang seragam atau sama. Batch
dapat sejumlah kemasan kecil, peti, kantong, drum atau karton yang ditandai dengan nomor batch yang sama ARM 2005. Suatu batch biasanya
melayani permintaan dari banyak retailler sehingga ukuran batch yang ada sangat besar. Dengan ukuran batch yang besar tersebut kemungkinan dapat
mengakibatkan kontaminasi pada produk yang dapat mempengaruhi mutu dari produk yang dihasilkan. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut perusahaan
dapat menerapkan konsep batch dispersion. Konsep ini dapat diterapkan dengan mengurangi jumlah retailler yang dilayani oleh batch yang sama sehingga dapat
meminimalkan penyebaran batch.
Batch disini merupakan jumlah produksi produk udang berdasarkan supplier nya. Berikut merupakan ilustrasi dari upward dispersion dan downward dispersion jika
terjadi masalah.
Gambar 3 Ilustrasi dari upward dispersion dan downward dispersion jika terjadi masalah.
Keterangan : S1 = Supplier 1, S2 = Supplier 2, S3 = Supplier 3, G = Mutu,
= Kontaminasi
Ilustrasi diatas memperlihatkan penelusuran apabila terjadi masalah baik diproduk akhir maupun dibahan baku. Apabila terjadi masalah baik penurunan
mutu atau keamanan pangan maupun kontaminasi pada produk akhir maka akan dilakukan penelusuran upward dispersion, sedangkan apabila terjadi masalah
baik penurunan mutu atau keamanan pangan maupun kontaminasi di bahan baku maka akan dilakukann penelusuran downward dispersion.
Penyebaran batch yang terlalu banyak maka banyak pula dokumen- dokumen yang dicatat untuk proses penelusuran, akan tetapi apabila terjadi
masalah akan sulit karena terlalu banyak formulir pencatatan selain itu juga apabila terjadi penarikan kembali akan memerlukan biaya operasional yang lebih
tinggi. Menurut Derrick dan Dillon 2004 banyaknya formulir pencatatan akan mempersulit proses penarikan kembali terhadap produk sehingga sistem
traceability yang dibentuk atau yang ditetapkan kurang efektif. Untuk itu perlu
Periode
S1batch1 S2batch2
S3batch3
A dan B
G1 G2
G3 G4
G5 G6
A: G1
G3 G5
B: G2
G4 C:
G1 G3
G6 A dan C
B dan C
Jepang Amerika
Lain-lain Penerimaan
bahan baku
Sortasi
Pembekuan
Pengemasan
Distribusi U
p w
a r
d
d i
s p
e r
s i
o n
D o
w n
w a
r d
d i
s p
e r
s i
o n
dilakukan pencegahan penyebaran batch yang terlalu banyak dengan menggunakan konsep batch dispersion.
Penelitian mengenai model pendekatan batch dispersion ini akan meninjau jumlah batch, ukuran batch kg, batch yang digunakan untuk memenuhi
permintaan setiap retailler pada setiap periode waktu produksi satu minggu, biaya set up biaya total, biaya penyimpanan, biaya produksi. Selain itu juga
dilakukan identifikasi pada setiap batch produk dengan batch ID, untuk memperoleh informasi tentang jumlah batch, jenis produk, waktu produksi, dan
lokasi produksi. Pendekatan model batch dispersion yang dimaksud adalah untuk menganalisis efisiensi biaya produksi dan mencegah penurunan mutu produk yang
dapat mengakibatkan penarikan kembali produk yang terjadi di perusahaan, sehingga kerugian yang dialami perusahaan dapat dihindari atau dikurangi.
Penarikan kembali recall terhadap batch produk dapat diminimalisasikan dengan menggunakan model pendekatan batch dispersion. Model pendekatan
tersebut menggunakan model matematika yaitu MILP Mixed-integer linear programming
kemudian model tersebut berkembang menjadi prinsip heuristik. Cara menganalisis data dengan prinsip heuristik terdiri dari dua pendekatan yaitu
penggabungan batch-batch dalam satu periode produksi dan penggabungan batch dari berbagai periode. Dengan penerapan metode pendekatan tersebut maka
perusahaan dapat memperbaiki sistem produksi untuk mencegah terjadinya penurunan mutu dan penarikan kembali recall. Diagram alir dari kerangka
pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Diagram alir kerangka pemikiran
Penolakan terhadap produk udang beku Isu keamanan pangan dan mutu terhadap
produk perikanan
Perbaikan dalam sistem produksi batch dan pelayanan terhadap retailler
Penerapan metode pendekatan batch dispersion
3.3 Jenis dan Sumber Data