Proyeksi Masa Depan

Proyeksi Masa Depan

Perubahan yang terjadi dalam tubuh NU, tidak perlu dibicarakan lagi, tetapi yang ingin saya kemukakan di sini adalah perubahan dalam elit muda NU. Elit muda yang semula belajar di pesantren, kemudian meneruskan ke IAIN, menunjukkan perubahan yang menarik dalam menggeluti dunia pemikiran dari pada kalangan lain. Ia berani keluar dari wacana pemikiran yang selama ini hanya berkisar pada kitab kuning, meloncat ke dunia pemikiran yang lebih maju dengan mencoba memahami pemikiran terbaru dari penulis-penulis kontemporer dan pemikir Islam mutakhir, termasuk dalam wacana-wacana filsafat Barat Lapisan generasi ini muncul sebagai dampak dari usaha yang dibuat oleh generasi Gus Dur saya sebut sebagai hasil usaha dari generasi Gus Dur, karena di samping Gus Dur ada orang-orang yang seide dengan Gus Dur dan terus berkiprah.

Dampak dari kiprah yang dilakukan NU generasi Gus Dur ini melahirkan dampak yang tampak pada kelompok elit muda NU yang aktifitasnya tampak lebih kritis, berani, kreatif dan intens. Sa- yangnya, kelompok seperti ini hanya baru terbentuk di kota. Mencari kelompok seperti ini di desa, tentu masih jauh.

Bagaimana masa depan ide Gus Dur dan NU? Saya terus terang tidak berani membuat ramalan. Namun yang sangat dirasakan mendesak dilakukan sekarang ini adalah pentingnya kaderisasi. Generasi muda produk dari upaya yang dilakukan Gus Dur, dengan segenap aktivitas yang dilakukan, jelas menginginkan tindak lanjut. Tetapi tidak tersedia saluran untuk mendapatkan latihan praktis dalam menerjemahkan ide-ide mereka dalam praktek. Juga saluran untuk mendapatkan pendidikan non-agama yang lebih tinggi. Sebagaimana saya kemukakan di muka, aktivis muda NU itu kebanyakan orang pesantren dan IAIN.

*) Disusun dari transkripsi wawancara-Editor.

1. Dari sudut pemerintah, NU sebagai ormas Islam terbesar menerima kebijakan asas tunggal merupakan angin segar untuk ormas-ormas keagamaan yang lain. Terbukti kemudian, ormas-ormas lain satu demi satu menerima asas tunggal ini. Penerimaan itu bukan tanpa reaksi, karena penerimaan asas tunggal ini NU oleh kalangan tertentu dipandang sebagai oportunis dan akomodasionis terhadap kebijakan pemerintah. Di tubuh NU sendiri, sebetulnya tidak begitu saja Pancasila diterima sebagai asas tunggal. Wacana yang berkembang di masyarakat bahkan sudah sampai pada satu kesimpulan melepaskan Islam dari asas organisasi sudah di luar kewajaran. 2. Banyak kalangan yang mengidentifikasi konflik antara Idham Chalid dan beberapa Kiai NU itu sebagai konflik antara kubu politisi dengan kubu pesantren. Sebutan kubu pesantren dalam konteks ini sangat tidak tepat karena yang terjadi sesungguhnya konflik Idham Chalid dengan beberapa kiai pesantren. 3. Dengan sikapnya ini banyak orang Islam yang marah, sementara orang lain melihat berdirinya ICMI ini merupakan kesempatan yang baik untuk umat Islam yang selama ini kehilangan kekuatan politiknya. Oleh banyak orang, ICMI dipandang sebagai titik awal pemerintah untuk mengembalikan peran politik umat Islam. Sementara Gus Dur berpendapat lain, baginya ICMI merupakan upaya dari pemerintah untuk merangkul umat Islam dan akan menumbuhkan primordi alisme yang selama ini dikuatirkan banyak orang. 4. NU bagi saya merupakan organisasi massa yang masih menampakkan corpus civil society. Suatu masyarakat yang tidak tergantung kepada pemerintah dan benar-benar lahir dari bawah. LSM-LSM yang belakangan ini merebak di Indonesia yang mengklaim memiliki akses ke bawah, lahir di kota dan baru kemudian mencari massa di desa. Pada sisi lain, NU juga memiliki pola organisasi dari atas tetapi akarnya di bawah. Ini yang membuat NU unik. Ia masyarakat di luar pemerintah tetapi ia tidak anti pemerintah. 5. Seperti diketahui Monitor kemudian dibekukan SIUPP-nya. Pilihan sulit yang dihadapi Gus Dur adalah, larut dalam emosi massa yang marah dan kemudian pemerintah mem-by pass dengan pembekuan SIUPP atau tetap konsisten dengan sikapnya sebagai demokrat. Ia tidak setuju dengan Monitor tetapi ia juga tidak setuju emosi massa yang kemudian diredam pemerintah dengan pembekuan SIUPP. Bagi Gus Dur pemerintah mestinya mengambil tindakan dengan jalan hukum tidak dengan jalan pembekuan. 6. Meskipun Gus Dur tampak oposan terhadap pemerintah seperti tercermin dalam beberapa kritiknya atas kebijakan pemerintah Orde Baru, pemerintah tahu, Gus Dur adalah orang yang sangat loyal kepada Negara Tidak pernah ia oposan dalam arti menentang ideologi negara Kritik-kritik yang dikemukakan pun selama ini tetap dalam kerangka demokrasi yang tidak bertentangan dengan UUD 1945, dan tentu saja tetap berdasarkan Pancasila. 7. Dari sudut ini, orang seperti Gus Dur memang diperlukan. Ia berani menyerukan tuntutan masyarakaat kepada negara agar koridor demokrasi di buka lebih lebar. Ia tahu persis bagaimana kondisi masyarakat di bawah karena ia se-g turun ke daerah-daerah, tahu akar masalah, sehingga bisa dimaklumi kalau ia menyerukan demokrasi misalnya itu semata-mata kebutuhan kelas menengah tetapi juga suara kalangan bawah. Dalam idiom-idiomnp ia sering menyebut tukang becak, petani, nelayan yang merasakan bagaimana susahnya mencari nafkah untuk hidup sehari-hari.