Pengungkapan Sebab-Sebab Masalah Belajar

F. Pengungkapan Sebab-Sebab Masalah Belajar

Setelah guru mengetahui siapa murid yang bermasalahdalam belajar dan apa jenis masalah yang dialaminya, selanjutnya guru perlu mengungkapkan mengapa masalah itu terjadi. Usaha yang didasarkan pada anggapan bahwa guru tidak dapat mengambil keputusan yang bijaksana tentang bagaimana membantu mengatasi masalah yang dialami oleh murid dalam belajar, jika guru itu sendiri tidak memiliki gambaran yang jelas tentang apa masalah

Bimbingan dan Konseling SD | 72 Bimbingan dan Konseling SD | 72

Tahap penentuan letak masalah merupakan tahap penentuan dimana sebenarnya masalah itu terjadi. Dalam tahap ini perlu dilacak bagian-bagian mana dari tujuan-tujuan pengajaran yang belum dikuasai oleh murid. Tujuan itu tidak hanya mengenai tujuan-tujuan formal saja, tetapi juga tujuan-tujuan informal yaitu tujuan-tujuan yang ada di pikiran guru. Setiap mata pelajaran mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan-tujuan itu merupakan tingkah laku yang diharapkan terjadi setelah murid melaksanakan kegiatan belajar.\

Setelah guru mengetahui letak masalah yang sesungguhnya, guru dapat melaksanakan tahap berikitnya, yaitu memperkirakan sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami oleh murid dalam belajar. Guru sukar menentukan sebab-sebab terjadinya masalah yang sesungguhnya karena masalah belajar itu sangat kompleks. Hal ini mengandung pengertian bahwa :

1. Masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan. Suatu masalah belajar yang sama dialami oleh 2 orang murid atau lebih, belum tentu disebabkan oleh faktor yang sama.

2. Dari sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan. Seringkali suatu kondisi yang sama dimiliki oleh seorang murid atau lebih menimbulkan masalah yang berlainan pada masing-masing individu.

3. Sebab-sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Kadang-kadang masalah belajar yang dihadapi oleh siswa tidak timbul dari satu sebab saja, melainkan dapat timbul dari berbagai sebab yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain.

Pada dasarnya masalah belajar itu dapat terjadi oleh berbagai faktor, antara lain :

1. Faktor-faktor yang bersumber dari murid itu sendiri

a. Tingkat kecerdasan rendah Tidak diragukan lagi bahwa taraf kecerdasan atau kemampuan dasar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang tinggi pada seseorang anak

Bimbingan dan Konseling SD | 73 Bimbingan dan Konseling SD | 73

b. Kesehatan sering terganggu Belajar tidak hanya melibatkan pikiran, tetapi juga jasmaniah. Badan yang sering sakit-sakitan, kurang vitamin, dan kurang gizi, dapat membuat seseorang tidak berdaya, tidak bersemangat, dan tidak memiliki kemampuan dalam belajar. Apabila seseorang tidak bersemangatdan tidak memiliki kemampuan dalam belajar, maka besar kemungkinan orang yang bersangkutan tidak dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.

c. Alat penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi dengan baik Penglihatan dan pendengaran merupakan alat indera yang terpenting untuk belajar. Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan oleh dunia luar, umpamanya dari guru, tidak mungkin dapat diterima oleh orang yang bersangkutan. Oleh sebab itu, murid tidak dapat menerima dan memahami bahan-bahan pelajaran, baik yang disampaikan oleh guru maupun melalui buku-buku bacaan.

d. Gangguan alat perseptual Setelah sesuatu pesan diterima oleh mata dan telinga, langkah berikutnya dalam proses belajar adalah mengirimkan pesan itu ke otak, sehingga pesan itu dapat ditafsirkan. Langkah itu disebut persepsi (koestir P.dan A. Hadisaputro, 1978). Apa yang sebenarnya dalam persepsi adalah proses pengolahan tanggapan baru (yang diterima melalui indera) dengan pertolongan ini akan menghasilkan dan memberikan arti atau makna tertentu kepada tanggapan yang diterima. Tetapi, persepsi itu bisa juga salah, kalau ada gangguan-gangguan pada alat perseptual.

e. Tidak menguasai cara-cara belajar yang baik Kegagalan belajar tidak semata-mata disebabkan oleh tingkat kecerdasan rendahatau karena faktor-faktor kesehatan, tetapi juga dapat disebabkan karena tidak menguasai cara-cara belajar yang baik. Ternyata terdapat hubungan yang berarti antara cara-cara belajar yang diterapkan dengan hasil belajar yang dicapai (rosmawati, 1983). Ini berarti bahwa murid yang cara-cara belajarnya lebih baik cenderung memperoleh hasil yang lebih baik pula,dan demikian juga sebaliknya. Untuk memungkinkan murid dapat menerapkan cara-cara belajar yang baik, sejak dini murid hendaklah diperkenalkan dan dibiasakan menerapkan cara-cara belajar yang baik dalam kehidupannya sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah.

Bimbingan dan Konseling SD | 74

2. Faktor-Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Keluarga

a. Kemampuan ekonomi orang tua kurang memadia Hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh hanya dengan menghandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru didepan kelas, tetapi membutuhkan juga alat- alat yang memadai seperti buku tulis, pensil, pena, peta, dan terlebih lagi buku bacaan. Sebagian besar alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid-murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai sudah barang tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara memuaskan.Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua murid, maka murid yang bersangkutan akan menanggung resiko- resiko yang memang tidak diharapkan.

b. Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tuanya Pendidikan tidak hanya berlangsung disekolah tetapi juga didalam keluarga.Sayangnya, masih banyak orangtua yang beranggapan bahwa tugas mendidik hanyalah tugas sekolah saja. Para orang tua seperti itu menganggap bahwa tugas orang tua tidak lebih dari sekedar mencukupi kebutuhan lahir anak seperti makan, minum, pakaian san alat-alat pelajaran serta kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat kebendaan. Oleh sebab itu, para orang tua yang seperti itu selalu sibuk dengan pekerjaan mereka sejak pagi sampai sore, bahkan ada juga yang sampai malam untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Mereka tidak memiliki waktu lagi untuk memperhatikan dan mengawasi anak-anaknya belajar dan bermain.

c. Harapan orang tua terlalu tinggi terhadap anak Disamping adanya orang tua yang kurang meemperhatikan dan mengawasi anak- anaknya, terdapat pula orang tua yang memiliki pengharapan yang sangat tinggi terhadap anak-anaknya. Mereka memaksa anak-anak untuk selalu rajin belajar dan memperoleh nilai tinggi tanpa mempertimbangkan apakah anak memiliki kemampuan yang cukup memadai untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar dan memperoleh nilai tinggi. Bagi murid- murid yang ditakdirkan tidak memiliki kemampuan yang cukup tinggi dengan sendirinya akan merasakan tugas-tugas dan harapan-harapan itu sebagai suatu siksaan, dan pada gilirannya dapat menimbilkan putus asa dan tak acuh lagi pada murid itu sendiri.

d. Orang tua pilih kasih terhadap anak Keadan anak dalam suatu keluarga tidak selalu sama. Mereka dilahirkan dengan membawa kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ada anak yang dilahirkan dengan membawa potensi yang cukup tinggi, tetapi ada juga yang sebaliknya. Ada anak yang dilahirkan sesuai yang diharapkan, tetapi ada juga yang sebaliknya. Keadaan-keadaan ini

Bimbingan dan Konseling SD | 75 Bimbingan dan Konseling SD | 75

e. Hubungan keluarga tidak harmonis Orang tua merupakan tumpuan harapan anak-anak. Mereka mengharapkan pendidikan, bimbingan, kasih sayang dari orang tua agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Harapan-harapan itu hanya mungkin terwujud apabila dalam keluarga itu terdapat hubungan yang harmonis antara yang satu dengan yang lain. Apabila di dalam suatu keluarga terdapat hubungan yang tidak harmonis maka anak merasa tidak aman dan tidak dapat memusatkan perhatiannya dalam belajar. Hal ini terjadi karena proses belajar memang menuntut adanya ketenangan dan ketentraman di rumah.

3. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah dan Masyarakat Masalah-masalah yang dialami murid dalam belajar tidak saja bersumber dari keadaan rumah tangga atau keadaan murid, tetapi dapat juga bersumber dari sekolah atau lembaga pendidikan itu sendiri. Kondisi-kondisi sekolah yang dapat menimbulkan masalah pada murid antara lain adalah kurikulum kurang sesuai, guru kurang menguasai bahan pelajaran, metode mengajar kurang sesuai, alat-alat dan media pengajaran kurang memadai.