Penentuan Murid-Murid Yang Mengalami masalah Belajar

E. Penentuan Murid-Murid Yang Mengalami masalah Belajar

Sesuai dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling, maka yang pertama dan paling awal harusdilakukan dalam rangkaian kegiatan layanan bimbingan belajar adalah menentukan siapa murid yang mengalami masalah dalam belajar. Penentuan siapa murid yang mengalami masalah dalam belajar. Penentuan siapa murid yang mengalami masalah belajar dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur berikut ini.

1. Penilaian Hasil Belajar Guru diharapkan melaksanakan penilaian hasil belajar secara berkesinambungan. Salah satu tujuan dari penelitian hasil belajar adalah untuk mengetahui sejauh mana murid telah mencapai hasil belajar yang direncanakan sebelumnya. Dalam hal ini ada dua jenis acuan yang digunakan yaitu (1) Penilaian Acuan Patokan (PAP), dan (2) Penilaian Acuan Norma (PAN).

a. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Menurut penilaian yang menggunakan acuan patokan, arah atau sasaran apa yang harus dicapai murid dalam belajar ditentukan oleh tujuan-tujuan yang telah dietapkan sebelumnya, yang disebut Tujuan Intruksional Umum (TIU) dan Tujuan Intruksional Khusus (TIK). Istilah tujuan intruksional khusus kadang-kadang disebut juga sasaran belajar.

Menurut penilaian acuan ini, murid dikatakan telah mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan apabila hasil belajar sebagaimana yang diharapkan apabila telah menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan patokan yang ditetapkan yang ditetapkan. Patokan ini dinyatakan dalam bentuk persentase minimal, misalnya 75%, 80%, 90% dan sebagainya. Memang tidak ada ketentuan yang pasti tentang batas persentase minimal yang harus digunakan. Biasanya ditetapkan atas dasar kesepakatan dari para perencana pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Dengan menggunakan batas presentase minimal itu, guru dapat menentukan mana murid yang telah menguasai bahan belajar dan mana yang belum. Murid-murid yang belum menguasai bahan belajar digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah dalam belajar.

b. Penilaian Acuan Norma (PAN) Pelaksanaan penilaian yang menggunakan acuan norma didasarkan atas anggapan bahwa setelah sekelompok murid mengikuti kegiatan belajar, maka tingkat keberhasilan mereka akan menyebar dalam bentuk kurva norma beriku ini :

Bimbingan dan Konseling SD | 70

Gambar 4.1. Kurva Hasil Belajar

Sebagian besar (68%) dari murid itu akan memperoleh hasil belajar sedang (S); sebagian kecil yaitu 13,5% memperoleh hasil belajar baik (B) dan 13,5% lagi kurang (K). Selebihnya berada pada kedua ujung kurva, yaitu +2,5% memperoleh hasil belajar baik sekali (BS), dan 2,5% lagi kurang sekali (KS).

Dengan menggunakan penilaian acuan ini, guru dapat menentukan siapa murid yang paling pandai, kurang pandai, atau paling tidak pandai dibandingkan dengan teman-teman sekelompoknya. Selanjutnya berdasarkan atas pemahaman itu guru dapat memanfaatkannya untuk kepentingan bimbingan dan konseling, baik untuk layanan bimbingan belajar maupun untuk layanan bimbingan lainnya.

2. Pemanfaatan Hasil Tes Intelegensi Belajar dipengaruhi oleh intelegensi atau kemampuan dasar. Semakin tinggi kemampuan dasar semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh. 140

ke atas

Sangat tinggi

Di atas biasa

Biasa/sedang

Di bawah biasa

Di bawah 79

Sangat rendah

Bimbingan dan Konseling SD | 71

Tinggi rendahnya tingkat kemampuan dasar itu biasanya diukur dengan tes kemampuan dasar yang sudah baku (Standarized). Berapa tes yang sering digunakan untuk mengukur tingkatkemampuan dasar murid sekolah dasar antara lain adalah Draw a Man Test (DMT), Colour ProgessiveMatrices Test (CPM), Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC), dan Standford Binet Intelligance Scale (SBIS). Hasil tes ini disimpandi dalam Buku Data Pribadi Murid untuk selanjutnya digunakan dalam rangka pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling umumnya dan layann murid yang bimbingan belajar khususnya.

Hasil belajar yang dicapai murid seyogyanya dapat mencerminkan kemampuan dasar yang dimilikinya. Murid yang tingkat kemampuan dasarnya tinggi diharapkan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Dengan membandingkan tingkat kemampuan dasar yang dimiliki oleh masing-masing murid dengan hasil belajarnya, guru dapat mengetahui apakah murid yang bersangkutan telah mencapai hasilbelajar yang optimal apa belum. Murid-murid yang hasil belajarnya lebih rendah dari tingkat kemampuan dasar yang dimilikinya digolongkan sebagai murid yang bermasalah dan perlu mendapat bantuan khusus melalui layanan bimbingan belajar.

3. Pengamatan (Observasi) Dibandingkan dengan guru sekolah menengah, maka guru sekolah dasar menempati kedudukan yang menguntungkan dalam mengamati keadaan murid sehari-hari. Dia diserahkan tugas untuk memegang dan mengajarkan sebagian besar mata pelajaran yang ada pada sebuah kelas tertentu. Setiap hari mulai dari jam pertama sampai dengan jam pelajaran terakhir guru selalu berhadapan dengan murid yang sama. Kedudukan yang demikian itu memungkinkan dia dapat mengamati keadaan masing-masing murid secara lebih mendalam. Dia dapat mengetahui secara pasti siapa muridnya yang sering datang terlambat ke sekolah, siapa murid yang kebiasaan dan kebiasaannya buruk dalam belajar, dan sebagainya. Berdasarkan pengenalan yang mendalam itu, guru hendaknya dapat pulamemanfaatkan peluang itu untuk usaha bimbingan dan konseling umumnya, dan layanan bimbingan belajar pada khususnya.