11
tuduhan yang dilayangkan sebagian orang kepada tokoh aku. Lagi-lagi, Djenar bermain dengan pengulangan kata-kata. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan
fungsi pengulangan kata-kata kunci yang terdapat dalam cerpen “Saya di Mata Sebagian Orang”.
Sebagian orang menganggap saya munafik. Sebagian lagi menganggap saya pembual. Sebagian lagi menganggap saya sok gagah. Sebagian lagi
menganggap saya sakit jiwa. Sebagian lagi mengaggap saya murahan Padahal saya tida pernah merasa munafik. Tidak pernah merasa membual.
Tidak pernah merasa sok gagah. Tidak pernah merasa sakit jiwa. Tidak pernah merasa murahan “Saya di Mata Sebagian Orang”, hlm. 73
b. Permainan kebanalan; narasi yang berfantasi
Ciri wacana posmodernis berikutnya yang terdapat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-main dengan Kelaminmu adalah permainan, yakni adanya
kebanalan. Dalam kebanalannya ini, wacana-wacana posmodernis menyajikan dunia-dunia yang bertabrakan –dunia yang masuk akal bertabrakan dengan dunia
yang secara paten tidak masuk akal. Dunia yang penuh dengan magic realism. Kebanalan ini antara lain dapat dijumpai dalam cerpen “Mandi Sabun Mandi”
dan “Penthouse 2601”. Dalam cerpen “Mandi Sabun Mandi”, benda mati dipersonifikasikan menjadi tokoh yang juga bisa mengamati, melihat dunia. “tokoh-
tokoh” ini antara lain adalah Meja dan Cermin yang terdapat dalam penginapan tempat pasangan selingkuh itu memadu kasih.
“Pasti mereka bukan suami istri. Hei Meja, aku tak sok tahu, aku memang tahu. Tanpa aku, motel ini tak akan laku. Kau tahu Meja, motel yang tak ada
cerminnya itu kuno Apa? Variasi? Bisa saja. Tapi variasi seperti itu bukan variasinya suami istri, Meja. Kau tak percaya?............................................................................
“Apa? Kamu tak salah lihat? Kalau begitu kali ini aku kalah taruhan, Meja. Ternyata ia tak takut menghamili perempuannya. Mungkin benar, mereka suami istri
yang sedang mencari variasi.” “Kamu tak kalah taruhan, kamu benar, Cermin.”
“Hei, apa maksudmu, Meja?” “Mandi Sabun Mandi”, hlm, 17-18
Percakapan antara Meja dan Cermin ini ada dalam dunia mereka sendiri, dan tokoh laki-laki dan perempuan yang tengah bercinta itu juga berada dalam dunianya
sendiri. Mereka tidak mengetahui atau menyadari jika aktivitas seksual mereka
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
12
diamati oleh mebel-mebel yang “dihidupkan” oleh Djenar. Dalam satu “dunia” kamar kedua jenis tokoh, benda mati vs benda hidup, dipertmukan.
Dunia benda mati yang bertabrakan dengan dunia manusia juga terdapat dalam cerpen “Penthouse 2601”. Tokoh dalam cerpen ini adalah seorang
penthouse 2601. Sama seperti manusia, Penthouse 2601 juga bisa merasakan, melihat, dan memikirkan fenomena-fenomena yang dia jumpai melalui kacamatanya.
Penthouse 2601 menemukan kenyataan bahwa dirinya tidak diperlakukan dengan benar oleh orang-orang yang menempatinya.
Kebanalan tokoh Penthouse 2601 terlihat pada kutipan berikut ini.
Aku bukan seperti kamar-kamar lain bernama superior, deluxe, suite, regency suite, presidential suite, yang berdesak-desakan di lantai bawah. Mereka bertetangga.
Jarak antara satu kamar dengan yang lain begitu dekat, sehingga kapan saja mereka dapat berbincang-bincang, mengerling, berpacaran, dan menikah. Tidak seperti aku
yang terletak di lantai tertinggi, lantai dua puluh enam. Hanya ada dua kamar sejenisku pada satu lantai, namun kami sangat berjauhan, sejauh mataku
memandang, di sepanjang koridor hanya ada aku. “Penthouse 2601”
Tokoh Meja, Cermin, dan Penthouse 2601 merupakan kreasi imajinatif Djenar. Tokoh-tokoh itu bukan manusia, melainkan benda mati yang sekedar
dihidupkan saja. Benda mati yang hanya bisa “melihat” bagaimana aktivitas manusia di luar dunia mereka, dunia yang mereka hadapi, dan sikap benda mati ketika
disodori dunia yang “bertentangan” dengan “kebendamatian” mereka. Dunia yang bertabrakan ditemui dalam cerpen “Payudara Nai Nai”. Dalam
cerpen ini, dunia ‘Nai Nai yang berpayudara besar’ dengan dunia ‘Nai Nai yang berpayudara rata’ bercampur baur. Pemisah-batas antara dua dunia itu hanya ada
pada lamunan Nai Nai saja. Demikian pula dengan kemenangan-kemenangan yang diperoleh Nai Nai. Kemenangan itu dia peroleh dalam dunia fantasi yang
dibangunnya.
c. Pluralitas