SEKTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
F. SEKTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
Terwujudnya penguatan daya saing dan daya tahan ekonomi daerah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan salah satu agenda utama pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini sebagai tema pembangunan bagi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun anggaran 2013 yang termuat pada visi dan misi pembangunan daerah lima tahunan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013 – 2017 (Bappeda DIY, 2013).
Salah satu bentuk pengejawantahan dari tema tersebut adalah Program Pemberdayaan Masyarakat atau Comunity Development (CD) dalam rangka untuk mewujudkan penanggulangan pengentasan kemiskinan di DIY. Konsep pemberdayaan pada umumnya memiliki 2 (dua) kecenderungan, yaitu: 1) kecenderungan primer, yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu, misalnya melalui upaya membangun aset material guna mendukung kemandirian; dan 2) kecenderungan sekunder, yang menekankan pada proses memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya (Ife & Tesoriero, 2006:140). Hakikat dari konsep pemberdayaan Salah satu bentuk pengejawantahan dari tema tersebut adalah Program Pemberdayaan Masyarakat atau Comunity Development (CD) dalam rangka untuk mewujudkan penanggulangan pengentasan kemiskinan di DIY. Konsep pemberdayaan pada umumnya memiliki 2 (dua) kecenderungan, yaitu: 1) kecenderungan primer, yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu, misalnya melalui upaya membangun aset material guna mendukung kemandirian; dan 2) kecenderungan sekunder, yang menekankan pada proses memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya (Ife & Tesoriero, 2006:140). Hakikat dari konsep pemberdayaan
masyarakat secara berkesinambungan. Adapun tujuan kesejahteraan berkesinambungan ini kemudian dijabarkan menjadi:
1. Menumbuhkan, mengembangkan dan menguatkan wirausaha Mandiri dan Kelompok Usaha Masyarakat melalui kelompok-kelompok usaha ekonomi produktif.
2. Menumbuhkan, mengembangkan dan menguatkan Kelompok Usaha Masyarakat yang dapat memberikan kesempatan kepada anggotanya guna melakukan usaha ekonomi produktif.
3. Membentuk Kelompok Usaha yang dapat mendukung dan memperlancar usaha ekonomi produktif bagi anggotanya.
4. Mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran di daerah.
5. Mengurangi angka permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
6. Menumbuhkan, mengembankan dan menguatkan motivasi kepada Kelompok Usaha agar mampu dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi anggotanya secara berkesinambungan.
proses pembangunan. Pendekatan yang berbasis lokal pada dasarnya menginginkan sikap yang memberikan keperpihakan kepada kepentingan komunitas lokal .Pendekatan ini juga akan menempatkan pengetahuan lokal (local knowledge) dan para jenius lokal (local geniuses) di latar depan, Dalam pendekatan ini, akan mengakomodasi potensi maupun modal sosial (sosial kapital ) masyarakat sebagai sumber daya pembangunan menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan. Sebenarnya sudah banyak program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah, namun belum membawa perubahan yang berarti. Program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak dilaksanakan diberbagai negara. Strategi pembangunan yang dikembangkan bangsa Indonesia selama ini adalah bertumpu pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang dianggap tinggi tersebut ternyata tidak diikuti dengan pemerataan distribusi pendapatan pada semua golongan masyarakat. Sehingga terjadi trade ‐off antara pertumbuhan dan pemerataan. Mencermati beberapa kekeliruan paradigmatik penanggulangan kemiskinan, dimana analisis yang seharusnya memunculkan variabel-variabel yang signifikan untuk menanggulangi kemiskinan justru variabel yang tidak signifikan dimasukkan, maka strategi yang harus dilakukan untuk mengatasi kemiskinan: seyogyanya juga tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi tapi memperhatikan dimensi lain, Masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan. Sebenarnya sudah banyak program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah, namun belum membawa perubahan yang berarti. Program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak dilaksanakan diberbagai negara. Strategi pembangunan yang dikembangkan bangsa Indonesia selama ini adalah bertumpu pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang dianggap tinggi tersebut ternyata tidak diikuti dengan pemerataan distribusi pendapatan pada semua golongan masyarakat. Sehingga terjadi trade ‐off antara pertumbuhan dan pemerataan. Mencermati beberapa kekeliruan paradigmatik penanggulangan kemiskinan, dimana analisis yang seharusnya memunculkan variabel-variabel yang signifikan untuk menanggulangi kemiskinan justru variabel yang tidak signifikan dimasukkan, maka strategi yang harus dilakukan untuk mengatasi kemiskinan: seyogyanya juga tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi tapi memperhatikan dimensi lain,
Dari sisi anggaran perlu adanya direposisi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membuka peluang dan kesempatan berusaha bagi orang miskin berpartisipasi dalam proses pembangunan ekonomi. Sehingga bentuk program-program dan kegiatan yang diusung melalui APBD di masing-masing SKPD diwajibkan untuk berorientasi pada program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan dan perlindungan.
Kurang optimalnya networking atau jejaring dengan pihak pengusaha- pengusaha di luar CSR serta melibatkan langsung peran perguruan Tinggi Negeri maupun swasta dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik penanggulangan Kemiskinan. Kebijakan-kebijakan yang masih didominasi aspek politis sehingga sinergitas kebijakan baik tingkat Provinsi maupun Kab./Kota tidak selaras, oleh karena itu perlu adanya peningkatan koordinasi secara kontiyu agar kebijakan dapat berpihak pada rakyat miskin.
Kebijakan dan program seyogyanya untuk memberdayakan bagi kelompok miskin. Kemiskinan memiliki sifat yang multidimensional, maka penanggulangannya tidak cukup hanya dengan mengandalkan pendekatan