Penelitian Terdahulu

E. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sejenis pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, antara lain: Achmad Nuzul Chohiri (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Cilacap Pada Masa Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah”. Metode analisis data mengggunakan analisis LQ, SS,

Tipologi Sektoral, Tipologi Klassen serta Uji Beda Dua Mean. Hasil analisis menunjukkan ada tiga sektor yang merupakan sektor unggulan pada masa sebelum otonomi daerah (sektor pertanian; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor pertambangan dan penggalian) dan ada lima sektor unggulan di masa sesudah otonomi daerah (sektor

pertanian; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor pertambangan dan penggalian, ditambah sektor listrik, gas, dan air bersih; dan sektor pengangkutan dan komunikasi). Berdasarkan analisis SS mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Kabupaten Cilacap sebelum otonomi daerah lebih cepat dan akibat pengaruh bauran industri cenderung mengarah ke perekonomian yang tumbuh relatif lambat serta memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan sesudah otonomi daerah laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cilacap lebih tinggi, akibat bauran industri cenderung mengarah pada perekonomian yang akan tumbuh relatif lambat pula serta memiliki daya saing rendah.

Panca Dian Safitri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Potensi Daerah Kabupaten Pati Pada Masa Sebelum dan Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah (Periode 1995- 2006)” memiliki kesimpulan bahwa menurut analisis LQ menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan sektor basis pada kedua periode. Berdasarkan analisis MRP menunjukkan

bahwa tidak terjadi perubahan sektor potensial pada kedua periode ini. Hasil analisis Overlay menunjukkan bahwa sektor unggulan pada peiode sebelum otonomi daerah adalah sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air bersih; dan keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Pada periode selama pelaksanaan otonomi daerah, sektor unggulan Kabupaten Pati adalah sektor pertanian; listrik, gas dan air bersih; keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Dari pengujian bahwa tidak terjadi perubahan sektor potensial pada kedua periode ini. Hasil analisis Overlay menunjukkan bahwa sektor unggulan pada peiode sebelum otonomi daerah adalah sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air bersih; dan keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Pada periode selama pelaksanaan otonomi daerah, sektor unggulan Kabupaten Pati adalah sektor pertanian; listrik, gas dan air bersih; keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Dari pengujian

Putri Masita (2010) dalam penelitiannya yang berjudul: “Analisis Penentuan Potensi Ekonomi Kabupaten Wonosobo Tahun 1996- 2006”

memiliki kesimpulan yaitu berdasarkan analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1996-2006 Kabupaten Wonosobo mengalami perubahan pola struktur pertumbuhan. Pada tahun 1996, 1998, dan tahun 2000 merupakan daerah dengan klasifikasi daerah berkembang cepat. Sedangkan pada tahun 1997, 1999, 2001 sampai 2006 merupakan daerah relatif tertinggal. Pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder. Sedangkan sektor basis yang mendukung perekonomian Kabupaten Wonosobo selama kurun waktu 1996-2006 adalah sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan; sektor angkutan dan komunikasi; dan sektor bank, lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Akbar Prima Rambang (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Wilayah BAKORWIL II Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001- 2009”. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: LQ; Gabungan SLQ dan DLQ; SS; dan Tipologi Klassen. Hasil analisis SLQ sektor yang

merupakan sektor basis dalam perekonomian BAKORWIL II yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor jasa-jasa. Sedangkan hasil analisis DLQ yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Hasil analisis Gabungan SLQ dan DLQ sektor yang merupakan sektor unggulan dalam perekonomian BAKORWIL II yaitu sektor pertanian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Hasil analisis SS, komponen differential shift wilayah BAKORWIL II tahun 2001-2009 semua sektor ekonomi menunjukkan < 0 (negatif), maka pertumbuhan seluruh sektor ekonomi di wilayah BAKORWIL II relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah. Hasil analisis Tipologi Klassen, sektor ekonomi yang merupakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat di wilayah BAKORWIL II yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih.

Dessy Berta Simangunsong (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Struktur Ekonomi, Sektor Basis, dan Sektor Potensial

Ekonomi Kota Yogyakarta Tahun 2006- 2010” memiliki kesimpulan yaitu berdasarkan analisis LQ menunjukkan bahwa sektor basis yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis SS menunjukkan bahwa sektor kompetitif di kota Yogyakarta adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Berdasarkan analisis MRP pertumbuhan yang menjadi sektor yang Ekonomi Kota Yogyakarta Tahun 2006- 2010” memiliki kesimpulan yaitu berdasarkan analisis LQ menunjukkan bahwa sektor basis yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis SS menunjukkan bahwa sektor kompetitif di kota Yogyakarta adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Berdasarkan analisis MRP pertumbuhan yang menjadi sektor yang