Metode Analisis Data
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.
1. Analisis Deskriptif
Penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif merupakan penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya bersifat sekadar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang ditekankan pada gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki.
Untuk mengetahui tingkat sumbangan atau kontribusi sektoral dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral yaitu dengan menggunakan teknik analisis:
a. Analisis Kontribusi Sektoral
Distribusi persentase sektoral dihitung berdasarkan perbandingan persentase antara besarnya nilai-nilai tiap sektor PDRB.
Keterangan: = nilai PDRB sektor i
PDRB
= total jumlah PDRB
b. Analisis Pertumbuhan
Laju pertumbuhan sektoral digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan masing-masing sektor dari tahun ke tahun dengan memperbandingkan perubahan pendapatan suatu sektor dengan pendapatan sektor tersebut sebelumnya.
Keterangan: = nilai PDRB sektor i
= nilai PDRB sektor i tahun sebelumnya
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang digunakan adalah:
a. Analisis Location Quotient
Analisis Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. (Tarigan, 2005: 82).
LQ digunakan untuk melihat keunggulan sektoral dari suatu wilayah dengan wilayah lainnya atau wilayah studi dengan wilayah referensi. Alat analisis ini dipakai untuk mengetahui sektor basis dan non basis di suatu wilayah. Analisis LQ dilakukan dengan membandingkan distribusi prosentase masing- masing sektor di masing-masing wilayah kabupaten atau kota dengan provinsi. (Lincolin Arsyad: 1999).
Rumus yang dipakai untuk menghitung LQ adalah sebagai berikut:
Keterangan: LQ = Location Quotient
= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah
analisis = PDRB total di wilayah analisis
= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah = sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah
= PDRB total di wilayah referensi Kriteria pengukuran LQ adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan di tingkat kota/kabupaten maupun di tingkat provinsi memiliki tingkat spesialisasi atau dominasi yang sama.
2. Bila nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di tingkat kota/kabupaten lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibandingkan di tingkat provinsi. Sektor ini dalam perekonomian daerah di kota/kabupaten memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis.
3. Bila nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di tingkat kota/kabupaten kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan di tingkat provinsi. Sektor ini dalam perekonomian daerah di kota/kabupaten dikategorikan sebagai sektor non basis.
Metode LQ dibedakan menjadi dua, yaitu Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ).
a)
Static Location Quotient
Analisis SLQ digunakan untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah kabupaten/kota terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi Analisis SLQ digunakan untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah kabupaten/kota terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi
Keterangan:
= nilai produksi subsektor i pada wilayah analisis
= total PDRB wilayah analisis
= nilai produksi subsektor i pada daerah referensi
= total PDRB daerah referensi
Jika SLQ > 1 berarti sektor tersebut merupakan sektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah (sektor basis) atau sektor tersebut cenderung akan mengekspor keluaran produksinya ke wilayah lain atau mungkin mengekspor ke luar negeri. Dan, jika SLQ < 1 berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor ungggulan dan kurang potensial (sektor non basis) dan cenderung mengimpor dari wilayah lain atau dari luar negeri.
b) Dynamic Location Quotient
Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah modifikasi dari SLQ, dengan mengakomodasi faktor laju pertumbuhan keluaran sektor ekonomi dari waktu ke waktu. DLQ dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: (Tri Widodo, 2006:119)
Keterangan:
= laju pertumbuhan sektor i wilayah analisis = rata-rata laju pertumbuhan sektor total di wilayah
analisis = laju pertumbuhan sektor i di wilayah referensi
= rata-rata laju pertumbuhan sektor total di wilayah
referensi = Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di wilayah
analisis = Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di wilayah
referensi Kriterianya, jika DLQ menunjukkan nilai lebih dari satu (DLQ > 1) maka perkembangan sektor pada wilayah analisis lebih lambat daripada di wilayah referensi. Hal ini referensi Kriterianya, jika DLQ menunjukkan nilai lebih dari satu (DLQ > 1) maka perkembangan sektor pada wilayah analisis lebih lambat daripada di wilayah referensi. Hal ini
b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan Dynamic Location Quotient
Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dijadikan kriteria dalam menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan kurang produktif.
Tabel 3.1
Analisis Gabungan SLQ dan DLQ
Tertinggal Sumber: Tri Widodo, 2006: 120 dalam Akbar Prima: 2011, 43
c. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share (SS) digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran dan peranan sektor perekonomian di suatu daerah. Analisis ini merupakan teknik yang berguna dalam menganalisa perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja perekonomian daerah yang reatif lebih besar serta menentukan sektor-sektor yang berkembang di suatu daerah.
Melalui analisis SS ini maka pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural perekonomian wilayah analisis ditentukan oleh tiga komponen yaitu:
1. Provincial Share (PS) digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian wilayah analisis dengan melihat nilai PDRB wilayah analisis sebagai daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian wilayah referensi. Hasil perhitungan PS akan menggambarkan peranan wilayah referensi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian wilayah analisis. Jika pertumbuhan wilayah analisis sama dengan pertumbuhan wilayah referensi maka peranannya tetap.
2. Proportional Shift (P) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor i pada wilayah analisis dibandingkan total sektor di wilayah referensi.
3. Differential Shift (D) adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi wilayah analisis dan nilai tambah bruto sektor yang sama di wilayah refensi.
Secara matematis, PS, P dan D dapat diformulasikan sebagai berikut: (Glasson, 1990 dalam Prima, 2011: 24) …………………….…………… (3.7)
a) Provincial Share (PS)
……………………....… (3.8 a)
b) Proportional Shift (P)
…………………...….. (3.8 b) …………………...….. (3.8 b)
………………………. (3.8 c)
Keterangan:
= Provincial Share wilayah analisis = Proportional Shift wilayah analisis = Differential Shift wilayah analisis
PDRB
= total wilayah analisis = Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sebagai wilayah referensi yang lebih tinggi jenjangnya
= Kota Administrasi Jakarta Selatan sebagai
wilayah analisis = sektor dalam PDRB
= tahun 2010 = tahun awal (tahun 2007)
Jika
> 0, maka wilayah analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat.
Sebaliknya jika
< 0, maka wilayah analisis akan berspesialisasi pada sektor yang ditingkat provinsi lebih
lambat. Jika
> 0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah analisis lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di
provinsi dan bila
< 0, maka pertumbuhan sektor i di < 0, maka pertumbuhan sektor i di
Pergeseran
proporsional
(Proporsional Shift) digunakan untuk mengukur perubahan relatif daya tumbuh perekonomian wilayah analisis dengan perekonomian provinsi. Sedangkan pergeseran diferensial (Differential Shift) digunakan untuk menentukan sejauh mana daya saing sektor lokal dengan perekonomian di tingkat provinsi. (Indah Purnama Sari, 2009)
e. Analisis Tipologi Klassen
Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran status perekonomian daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.
Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010, digunakan rumus:
Keterangan: = PDRB tahun t
= PDRB tahun t-1 Pada penelitian ini, analisis Tipologi Klassen = PDRB tahun t-1 Pada penelitian ini, analisis Tipologi Klassen
Tabel 3.2
Status Perekonomian Per Sektor Analisis Tipologi Klassen
Kuadran I Sektor yang maju dan tumbuh dengan
Kuadran II Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector)
si < s dan ski > sk
Kuadran III Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector)
si > s dan ski < sk
Kuadran IV
Sektor
relatif tertinggal (underdeveloped sector)
si < s dan ski < sk Sumber: Sjafrizal, 2008 dalam Rachman Kurniaji, 2012
Keterangan: si
= laju pertumbuhan sektor tertentu di wilayah (kabupaten/kota)
= laju pertumbuhan sektor tertentu pada Provinsi
ski
= kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB di wilayah (kabupaten/kota)
sk
= kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB Provinsi Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008: 180 dalam Rachman Kurniaji 2012):
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan 1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan
2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.
3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski < sk.
4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan 4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan