Tinjauan Tentang Manajemen Berbasis Sekolah

xxxv Sekolah yang menerapkan budaya mutu harus berusaha menghindarkan rintangan atau hambatan yang menghalangi siswa dalam proses belajar. 13 Komitmen Seorang manajer harus memiliki komitmen terhadap budaya mutu. Manajemen hendaknya tidak hanya sebatas komitmen yang diberikan akan tetapi juga memberikan sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. 14 Tanggung Jawab Jika tanggung jawab telah dimiliki oleh setiap orang dalam sebuah sekolah, maka mutu sekolah akan mengalami perbaikan. Pada dasarnya tanggung jawab mutu merupakan tanggung jawab semua orang bukan hanya satu atau dua orang saja.

3. Tinjauan Tentang Manajemen Berbasis Sekolah

a. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang ditunjukkan dengan pernyataan politik dalam Garis – Garis Besar Haluan Negara GBHN. Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala – gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Menurut Fasli Jalal dan Dedi Supriadi 2001:160, “Manajemen Berbasis Sekolah adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi dalam bidang pendidikan”. Definisi ini mengidentifikasi bahwa MBS berpotensi untuk xxxvi meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu di tingkat sekolah sehingga menjamin semakin rendahnya kontrol pemerintah pusat. Selain itu juga semakin meningkatnya otonomi untuk menentukan sendiri apa yang perlu dikerjakan untuk mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi. Sejalan dengan definisi tersebut, Sudarwan Danim 2006:34 mendefinisikan “MBS sebagai suatu proses kerja komunitas sekolah dengan cara menerapkan kaidah-kaidah otonomi, akuntabilitas, dan partisipasi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara bermutu”. Sedangkan E. Mulyasa 2004:24 mendefinisikan “MBS sebagai paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah pelibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional”. Disini dijelaskan bahwa otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap kepada kebutuhan setempat. Sedangkan pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu dan mengontrol pengelolaan pendidikan. Hal ini senada dengan pengertian yang dilontarkan oleh BPPN dan Bank Dunia dalam E. Mulyasa, 2004:11 bahwa “MBS adalah bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional”. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partispasi langsung kelompok – kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Fattah dalam E. Mulyasa:24-25 mengemukakan bahwa kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti MBS yang dipandang memiliki tingkat efektifitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut ini: 1 Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru xxxvii 2 Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal 3 Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru dan iklim sekolah 4 Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan

b. Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respons pemerintah terhadap gejala – gejala yang muncul di masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah sebagaimana dikutip oleh Ibrahim Bafadal 2003:84 menyatakan bahwa “MBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian wewenang, kekuasaan dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah”. Senada dengan hal tersebut Supriono dan Achmad Supari 2001:5 menyebutkan bahwa: Tujuan utama penerapan manajemen berbasis sekolah MBS adalah untuk mengelola efisiensi pengelolaan serta mutu dan relevansi pendidikan di sekolah. Dengan adanya wewenang otonom yang lebih besar dan lebih luas bagi sekolah untuk mengelola urusannya, efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan akan lebih tinggi, karena sekolahlah yang lebih tahu tentang kebutuhan dan kondisinya. Dengan adanya kewenangan yang lebih besar, rasa memiliki dan tanggung jawab personel sekolah akan lebih tinggi pula, yang berakibat kepada kinerja mereka yang lebih baik. Sedangkan E. Mulyasa 2004:25 merumuskan tiga tujuan MBS, antara lain: 1 Peningkatan efisiensi melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi 2 Peningkatan mutu melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah 3 Pemerataan pendidikan melalui peningkatan partisipasi masya- rakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah Manajemen Berbasis Sekolah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dalam hal ini MBS banyak memberikan manfaat terhadap kemajuan dunia pendidikan selanjutnya. Sebuah artikel berjudul Manajemen Berbasis Sekolah: Belajar dari Pengalaman Orang Lain karya Agus Dharma yang dipublikasikan di http:www.re- xxxviii searchengines.com pada tanggal 30 April 2003 menyebutkan ada enam manfaat yang bisa dipetik dari MBS yaitu: 1 Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran 2 Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting 3 Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran 4 Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di setiap sekolah 5 Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program sekolah 6 Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua level

c. Komponen Manajemen Bebasis Sekolah

Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap komponen – komponen itu sendiri. Sedikitnya ada tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, antara lain: 1 Manajemen kurikulum dan program pengajaran Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum. 2 Manajemen tenaga kependidikan Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. 3 Manajemen kesiswaan Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik dari suatu sekolah sehingga kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. 4 Manajemen keuangan dan pembiayaan xxxix Sekolah harus mampu untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Komponen keuangan dan pembiayaan pada sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan – kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bersama komponen – komponen lainnya. 5 Manajemen sarana dan prasarana pendidikan Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. 6 Manajemen pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, dan menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah 7 Manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan dan keamanan sekolah. Manajemen komponen – komponen tersebut merupakan bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien.

4. Tinjauan Tentang ISO 9001:2000