13 asam. Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak [1].
nCH
3
O C O
.... CH
3
C CH
CH
2
OH CH
3
.... C
O CH
3
+ CH
2
OH
nCH
3
O C
O ....
CH CH
2
.... C
O O
CH
2
CH
2
O
[ ]
nH 2n-1CH
3
OH +
Gambar 2.6 Reaksi poliesterifikasi metil ester dan etilen glikol [13]
2.8 PROSES PEMBUATAN POLIESTER
Proses pembuatan poliester merupakan proses polimerisasi kondensasi atau polimerisasi step-growth dimana dalam prosesnya terjadi pembentukan produk
samping air atau alkohol. Proses ini dapat dilakukan dengan cara mereaksikan secara langsung diasam atau anhidrida dengan diol. Akan tetapi, cara ini sering
dihindari karena diperlukannya temperatur tinggi untuk menghilangkan molekul air. Selain itu, reaksi ini juga biasanya hanya menghasilkan poliester dengan berat
molekul rendah. Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan mereaksikan dimetil ester
dengan diol. Cara ini memiliki keuntungan bila dibandingkan dengan mereaksikan asam dan diol secara langsung karena reaksi berlangsung lebih cepat dan dimetil
ester sendiri lebih mudah dimurnikan dan memiliki sifat kelarutan yang lebih baik [45].
2.9 POTENSI EKONOMI POLIESTER DARI ALSD
Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia. Dalam pengolahan minyak sawit ini diperoleh beberapa turunan diantaranya
adalah ALSD. Dengan meningkatnya produksi minyak sawit di Indonesia dari tahun ke tahun memberikan gambaran bahwa perolehan ALSD turut meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari data produksi minyak sawit di Indonesia pada tabel 1.1. ALSD sebagai hasil samping ini memiliki potensi yang cukup besar untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan poliester.
Universitas Sumatera Utara
14 Poliester saat ini umumnya disintesis menggunakan senyawa hidrokarbon
yang tidak dapat diperbaharui. Data statistik produksi poliester di dunia dapat dilihat pada tabel 1.2. ALSD diduga memiliki potensi menggantikan senyawa
hidrokarbon sebagai bahan baku pembuatan poliester sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari ALSD yang merupakan limbah.
Karena memiliki potensi yang cukup baik, perlu dilakukan kajian potensi ekonomi poliester dari ALSD. Namun, dalam tulisan ini hanya akan dikaji potensi
ekonomi secara sederhana. Sebelum melakukan kajian tersebut, perlu diketahui harga bahan baku yang
digunakan dalam produksi dan harga jual poliester. Dalam hal ini, harga poliester mengacu pada harga polietilena tereftalat PET. Berikut ini adalah harga bahan
baku dan produk dalam produksi poliester dari ALSD. Harga ALSD
= Rp 5.293,66kg [46] Harga Poliester komersial
= Rp 38.924,-kg [47] Harga-harga di atas menunjukkan selisih harga yang cukup signifikan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari 150 gram ALSD yang digunakan dapat dihasilkan poliester sebanyak 80,7833 gram. Dari segi nilai
keuntungan kasar, selisih harga bahan baku ALSD dan produk poliester dapat dihitung yaitu :
Harga ALSD = 0,15 kg x Rp 5.293,66kg = Rp 794,05
Harga Poliester komersial = 0,0807833 kg x Rp 38.924,-kg = Rp 3.144,41
Sehingga dapat diperoleh keuntungan kasar sebesar Rp 2.350,36kg. Saat ini, Kementerian Perindustrian Kemenperin Indonesia sedang
menargetkan industri oleokimia Indonesia menjadi produsen nomor satu di dunia pada 2020. Hal ini didukung dengan kinerja industri oleokimia nasional dari tahun
ke tahun menunjukkan tren yang menggembirakan, sebagai keuntungan atas tarikan pasar dan dukungan kebijakan pemerintah. Industri oleokimia berperan
dalam mengolah minyak sawit menjadi produk kimia bernilai tambah tinggi antara lain Fatty Acid, Fatty Alcohol, Glycerine, Methyl Ester, dan atau
turunannya [48]. Sebagai produsen terbesar minyak sawit mentah CPO di dunia, Indonesia
berpeluang menjadi basis industri oleokimia dunia. Oleh karena itu, Indonesia
Universitas Sumatera Utara
15 perlu mengubah pola pikir untuk mengandalkan produksi minyak sawit menjadi
aneka turunan minyak sawit bernilai tambah tinggi. Berdasarkan kajian ekonomi yang telah dipaparkan, produksi poliester dari ALSD memiliki potensi untuk
dikembangkan dalam skala industri yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN