siapa penanda tangannya, dan 6 Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa penanda
tangan telah memberikan persetujuan terhadap informasi elektronik yang terkait.
Fungsi dari tanda tangan elektronik atau tanda tangan digital itu sendiri dalam Pasal 52 angka 1 sebagai alat autentikasi dan verifikasi
atas: 1 Identitas penanda tangan.
2 Keutuhan dan keautentikan informasi elektronik. Artinya, tanda tangan digital ini digunakan untuk memastikan
bahwa penerima menerima pesan yang diterima sungguh berasal dari pengirim yang dimaksudkan.
43
Kontrak elektronik yang dibuat melalui sistem elektronik yang dioperasikan atau yang dipergunakan sesuai dengan syarat syah suatu
kontrak elektronik tersebut memiliki tujuan atau fungsi tertentu. Jika suatu kontrak elektronik tersebut telah memenuhi syarat syahnya, maka kontrak
elektronik tersebut dapat berfungsi sama seperti kontrak secara Dengan demikian sewaktu pembuktian si
pengirim tidak dapat mengelak bahwa ia telah mengirimkan data tersebut kepada si penerima.
F. Fungsi Kontrak Elektronik
43
http:motif-tif.blogspot.com201305digital-signature-tanda-tangan- digital.html diakses pada tanggal 7 april 2014
Universitas Sumatera Utara
konvensional, fungsi tersebut yakni fungsi yuridis, yakni sebagai suatu jaminan kepastian hukum bagi para pihak yang terkait atau yang
berkepentingan dalam kontrak yang dibuat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Analisis Hukum Perdata Tentang Syarat Sah Kontrak Berdasar UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
A. Perbandingan Keunggulan Dan Kelemahan Aturan Hukum Tentang Kontrak Menurut KUH Perdata Dan UU ITE
Aturan-aturan hukum yang mengatur tentang kontrak yang telah dibuat memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Berikut
ini uraian mengenai masing-masing aturan hukum tersebut sebelum merumuskan keunggualan dan kelemahannya.
1. KUH Perdata KUH Perdata merupakan kumpulan atas aturan-aturan Hukum
Perdata yang dibuat untuk mengatur berbagai kegiatan antar perorangan sehingga tercipta keadilan dan keseimbangan bagi setiap orang yang
melakukan suatu kegiatan yang berkenaan dengan hukum. KUH Perdata ini dibuat berdasarkan aturan-aturan yang umum. Artinya, KUH Perdata
merupakan sumber atas sebagian besar aturan-aturan hukum yang berkembang di Indonesia saat ini.
Menelaah secara khusus mengenai kontrak atau perjanjian, pada KUH Perdata didasari pada Pasal 1313 yang berbunyi suatu persetujuan
65
Universitas Sumatera Utara
adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Secara umum, perjanjian yang
dimaksud ialah perjanjian yang lahir karena kesepakatan antara kedua belah pihak, sesuai dengan asas konsensual yang menyebutkan perjanjian
itu lahir ketika telah tercapai kata sepakat. Dalam pasal tersebut tidak dijelaskan mengenai bentuk-bentuk perjanjian, mekanisme atau cara
pelaksanaan perjanjian, dan media yang dipergunakan yang diperbolehkan atau yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan bagi para pihak yang
terkait. Artinya, dalam hal ini KUH Perdata membenarkan bagi siapa saja yang berhak dan berwenang untuk mengadakan berbagai bentuk perjanjian
sesuai dengan kebutuhan masing-masing, selama perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku.
Dalam perkembangan tekhnologi yang saat ini semakin canggih, tentu akan menimbulkan suatu perbuatan hukum baru yang bisa saja tidak
ada pengaturannya dalam KUH Perdata itu sendiri. UU ITE dan PP No. 82 Tahun 2012, merupakan suatu produk hukum yang dibuat untuk mengatur
mengenai perbuatan hukum yang dilakukan melalui media elektronik, di mana ada sebagian isinya merupakan turunan dari KUH Perdata itu
sendiri. Dengan demikian KUH Perdata tersebut dapat dikatakan membutuhkan suatu aturan pendukung untuk menjalankan aturan-
aturannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 dan PP No. 82 Tahun 2012 UU ITE dan PP No. 82 Tahun 2012 merupakan suatu produk
hukum yang dibuat khusus untuk mengatur mengenai kegiatan hukum yang dilakukan melalui media elektronik. Di dalam kedua aturan hukum
tersebut terdapat beberapa aturan-aturan yang diambil dari KUH Perdata dan UNCITRAL. UU ITE ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
hukum akan perkembangan zaman di mana tidak ada pengaturan secara khusus dalam KUH Perdata. Sehingga memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat dalam kegiatannya melalui media elektronik. Pengaturan mengenai kontrak elektronik terdapat dalam Pasal 1
angka 17 yang berbunyi kontrak elektronik adalah perjanjian yang dibuat para pihak melalui sistem elektronik. Namun, dalam Pasal 5 angka
4 UU ITE menyatakan bahwa ketentuan mengenai Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada angka 1
tidak berlaku untuk : a Surat yang menurut undang-undang harus dibuat dalam
bentuk tertulis; dan b surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang
harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
Artinya, dalam pembuatan suatu kontrak melalui sistem elektronik
Universitas Sumatera Utara
tersebut dibatasi, tidak bisa mencakup mengenai segala bentuk dan jenis kontrak, tidak seperti KUH Perdata yang tidak membatasi jenis dan bentuk
kontrak yang akan dibuat oleh para pihak yang bersepakat. Dengan kata lain, kontrak elektronik ini hanya sebatas mengenai perjanjian jual-beli,
atau bentuk perjanjian yang bersifat komersial saja. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik beberapa point
yang menjadi acuan sebagai perbandingan keunggulan dan kelemahan aturan hukum tentang kontrak berdasarkan kedua aturan hukum tersebut.
Point-point tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : 1. Keunggulan KUH Perdata dan UU ITE
KUH Perdata UU No. 11 Tahun 2008
Merupakan bentuk peraturan yang dibuat secara umum, sehingga hampir
semua aturan-aturan yang lahir dan berkenaan dengan Keperdataan di
Indonesia bersumber dari KUH Perdata.
Merupakan suatu bentuk peraturan hukum yang dibuat khusus untuk
mengatur mengenai kegiatan hukum yang dilakukan melalui sistem
elektronik, di mana belum ada pengaturannya yang secara khusus di
Indonesia. Dalam penerapannya, KUH Perdata
mengatur mengenai segala bentuk dan jenis perjanjian.
Setiap perjanjian yang dibuat melalui sistem elektronik dikatakan sah apabila
telah dipenuhi syarat sahnya suatu
Universitas Sumatera Utara
kontrak elektronik.
Bagan dibuat oleh penulis
2. Kelemahan KUH Perdata dan UU ITE
KUH Perdata UU No. 11 Tahun 2008
Tidak diatur secara jelas dan rinci mengenai media maupun metode
pembuatan suatu kontrak. Hanya dapat mengatur mengenai
perjanjian jual-beli ataupun yang bersifat komersial saja, karena terdapat
batasan mengenai pembuatan kontrak.
Bagan dibuat oleh penulis Berdasarkan uraian dalam tabel tersebut, UU ITE masih memiliki
banyak kelemahan dibandingkan dengan KUH Perdata, karena aturan- aturan yang terdapat dalam UU ITE tersebut tidak dapat mengatur
mengenai berbagai jenis dan bentuk suatu kontrak, hal ini dikarenakan dibatasinya kewenangan UU ITE untuk mengisyaratkan suatu kontrak itu
dinyatakan sah, karena ada sebagian bentuk kontrak yang menurut Undang-undang diharuskan dibuat ke dalam bentuk tertulis di atas kertas.
Artinya, walaupun di dalam UU ITE telah dijelaskan mengenai syarat sah atas suatu kontrak, namun harus mengacu kepada KUH Perdata sebagai
penentu keabsahan suatu kontrak.
Universitas Sumatera Utara
B. Perbedaan Syarat Sah Kontrak Antara KUH Perdata Dengan UU ITE Serta Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Tersebut
Kontrak merupakan hasil atau bentuk tertulis atas suatu pencapaian kesepakatan oleh para pihak. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan sebagai
peraturan bagi para pihak untuk saling memenuhi prestasi sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak itu sendiri. Pada Kontrak Elektronik itu
sendiri juga mempunyai tujuan yang sama. Kontrak memiliki syarat sah yang harus dipenuhi, sehingga kontrak tersebut memiliki kekuatan hukum
dan bisa menjadi alat bukti yang sah di depan pengadilan. Namun terdapat beberapa perbedaan syarat sah kontrak antara kedua aturan hukum
tersebut. Di samping itu ada pula faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan syarat sah kontrak menurut aturan hukum itu
masing-masing. Berikut ini akan diuraikan mengenai syarat sah kontrak dan faktor penyebab terjadinya perbedaan syarat sah kontrak menurut
masing-masing aturan hukum tersebut : 1. Syarat sah kontrak menurut KUH Perdata dan UU ITE
a. Syarat sah kontrak menurut KUH Perdata Secara umum, syarat sah kontrak menurut KUH Perdata
merupakan isi dari Pasal 1320 KUH Perdata. Namun, selain isi dari pasal tersebut, ada hal tambahan yang juga dinyatakan sebagai syarat sah atas
suatu kontrak. Syarat sah kontrak tersebut terbagi menjadi syarat sah
Universitas Sumatera Utara
umum dan khusus. Berikut pembagiannya : 1 Syarat sah umum berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata :
a Kesepakatan kehendak, b Kecakapan para pihak,
c Suatu hal tertentu, d Syarat halal.
2 Syarat sah khusus yakni : a Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu,
b Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu, c Syarat akta pejabat tertentu yang bukan notaris untuk
kontrak-kontrak tertentu, d Syarat izin dari yang berwenang.
Walaupun dalam Pasal 1320 KUH Perdata tidak disebutkan bentuk tertulis sebagai syarat sah kontrak, namun jika dilihat syarat sah khusus
tersebut, maka suatu kontrak tersebut diharuskan untuk dibuat ke dalam bentuk tertulis. Hal ini sejalan dengan pernyataan dalam Pasal 1682 KUH
Perdata, di mana diharuskan suatu penghibahan itu atas persetujuan notaris, serta naskah aslinya disimpan oleh notaris tersebut. Tujuan dari
pembuatan suatu kontrak ke dalam bentuk tertulis itu sendiri agar menjamin kepastian hukum dan sebagai alat bukti yang sah. Sehingga
hak-hak dari para pihak yang bersepakat tersebut tetap terjaga.
Universitas Sumatera Utara
b. Syarat sah kontrak menurut UU ITE Secara umum, syarat sah bagi suatu kontrak itu tetap mengacu
kepada Pasal 1320 KUH Perdata. Hal ini juga dimaksudkan oleh Pasal 47 angka 2 PP No. 82 Tahun 2012 yang menyebutkan bahwa syarat sah
kontrak elektronik itu ialah : 1 Kesepakatan.
2 Dilakukan oleh Subjek Hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 3 Objek yang disepakati.
4 Objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Namun, selain syarat sah kontrak yang secara umum tersebut, ada pula diatur mengenai syarat sah khusus atas suatu transaksi yang dibuat
melalui sistem elektronik. Syarat tersebut mengatur mengenai media atau sistem elektronik yang akan dipergunakan. Hal ini diatur dalam Pasal 16
angka 1 UU ITE yang menyatakan bahwa persyaratan minimum bagi suatu sistem elektronik ialah :
1 Dapat menampilkan kembali informasi elektronik danatau dokumen elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi
yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan,
Universitas Sumatera Utara
2 Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan keteraksesan informasi elektronik dalam
penyelenggaraan sistem elektronik tersebut, 3 Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk
dalam penyelenggaraan sistem eleketronik tersebut, 4 Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang
diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan
penyelenggaraan sistem elektronik tersebut, dan 5 Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga
kebaruan, kejelasan, dan kebertanggung-jawaban prosedur atau petunjuk.
Berdasarkan uraian atas syarat sah kontrak menurut masing- masing aturan hukum tersebut, yang menjadi perbedaan ialah mengenai
tata cara pembuatan kontrak itu sendiri. Jika menurut KUH Perdata suatu kontrak itu untuk menjamin kepastian hukumnya harus dinyatakan dalam
bentuk tertulis dan dibuat berdasarkan akta notaril, maka pada kontrak elektronik itu sendiri lebih mengacu kepada sistem elektronik yang
menjadi sarana pembuatan kontraknya sebagai salah satu syarat penentunya.
2. Faktor penyebab terjadinya perbedaan syarat sah kontrak tersebut
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi faktor penyebab utama terjadinya perbedaan syarat sah kontrak menurut kedua aturan hukum
tersebut ialah mengenai media yang dipergunakan. Artinya, walaupun tidak disebut dalam Pasal 1320 KUH Perdata mengenai media tempat
merancang suatu kontrak itu, namun ada terdapat pengaturan bahwa suatu kontrak itu dibuat di atas kertas, atau dengan kata lain dalam bentuk
tertulis, sesuai dengan ketetntuan Pasal 1682 KUH Perdata. Sedangkan pada kontrak elektronik itu sendiri, yang menjadi syarat khusus ialah
kontrak elektronik itu harus dalam bentuk dokumen elektronik yang sah, dan untuk mendapatkan sebuah dokumen elektronik yang sah itu maka
perangkat atau sistem elektronik yang dipergunakan itu harus sesuai dengan ketentuan Pasal 16 angka 1 UU ITE. Tidak hanya itu, menurut
Pasal 5 angka 4 UU ITE merupakan pembatasan terhadap suatu dokumen elektronik itu sendiri. Artinya, suatu dokumen elektronik yang
seharusnya dibuat secara tertulis, namun pada kenyataannya dibuat melalui sistem elektronik, maka kontrak tersebut dinyatakan batal demi
hukum, karena bertentangan dengan ketentuan undang-undang yang menyatakan bahwa surat tersebut harus dibuat tertulis.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
Kesimpulan dan Saran