a Hapusnya persetujuan ditentukan dalam persetujuan oleh para pihak. Misalnya, persetujuan akan berlaku untuk
waktu tertentu. b Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu
persetujuan. Misalnya, menurut Pasal 1066 ayat 3 KUH Perdata, bahwa para ahli waris dapat mengadakan
persetujuan untuk selama waktu tertentu untuk tidak melakukan pemecahan harta warisan. Akan tetapi, waktu
persetujuan tersebut oleh ayat 4 Pasal 1066 KUH Perdata dibatasi berlakunya hanya untuk lima tahun.
Hapusnya suatu persetujuan tersebut menurut R. Setiawan merupakan suatu jenis persetujuan yang berdasarkan undang-undang berlaku atau
batal berdasarkan dengan ketetapan waktu. Artinya, persetujuan tersebut berlaku atau batal dikarenakan adanya persetujuan atau karena undang-
undang itu sendiri yang menyatakan suatu persetujuan tersebut dianggap batal. Adapun ketentuan para pihak yang saling bersepakat tersebut yang
dapat menjadi penentu atas berlaku atau batalnya suatu perikatan tersebut sesuai dengan yang diperjanjikan sebelumnya.
H. Fungsi Suatu Kontrak
Kontrak secara umum seperti apa yang telah disinggung pada pembahasan sebelumnya merupakan suatu bentuk perjanjian yang dibuat
Universitas Sumatera Utara
secara tertulis. Pembuatan kontrak secara tertulis tersebut juga memiliki fungsi tersendiri. Menurut Salim H.S. fungsi kontrak tersebut dibedakan
menjadi dua macam, yakni fungsi yuridis dan fungsi ekonomis.
36
Fungsi yuridis suatu kontrak itu ialah sebagai suatu jaminan atau kepastian hukum
bagi para pihak yang saling bersepakat, atau para pihak yang memiliki kepentingan masing-masing dalam suatu kontrak. Sedangkan fungsi
ekonomis suatu kontrak itu menurut Salim H.S. ialah menggerakkan sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih renda menjadi nilai yang
lebih tinggi.
36
Salim H.S., 2 Op.cit., hlm. 45
Universitas Sumatera Utara
BAB III
Tinjauan Umum Tentang Kontrak Elektronik
A. Definisi Kontrak Elektronik
Kontrak pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama. Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, kontrak itu sendiri berarti
perjanjian yang dituangkan menjadi suatu bentuk tertulis yang mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak sebagai mana yang telah
disepakati oleh masing-masing pihak yang saling bersepakat. Namun, dalam perkembangannya, kontrak itu sendiri mengalami suatu evolusi, di
mana perubahan tersebut terjadi karena suatu perkembangan zaman yang semakin canggih. Hal tersebutlah yang akhirnya menciptakan suatu
metode baru dalam melakukan suatu kegiatan berkontrak sebagaimana yang sering didengar saat ini, yakni kontrak elektronik.
Dalam Pasal 1 angka 17 UU ITE dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kontrak elektronik itu ialah perjanjian para pihak yang
dibuat melalui Sistem Elektronik. Artinya, para pihak tersebut melaksanakan kesepakatannya melalui sistem elektronik.
Pengaturan mengenai kontrak elektronik yang berkembang sampai saat ini pada awalnya berasal dari UNCITRAL. Pada tahun 1996
47
Universitas Sumatera Utara
UNCITRAL berhasil mengeluarkan aturan hukum yang cukup penting yakni UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce.
37
2 Dilakukan oleh Subjek Hukum yang cakap atau yang Pada aturan-
aturan yang dibuat melalui UNCITRAL Model Law ini bersifat sebagai peraturan yang memberi kejelasan mengenai tata cara bertransaksi melalui
sistem elektronik. Sehingga, aturan-aturan yang dimuat di dalam UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce tersebut tidaklah
bersifat memaksa. Negara-negara yang menyetujuinya diperbolehkan untuk mengikuti sebagian, seluruhnya, atau tidak mengikuti aturan-
aturannya sama sekali. UNCITRAL sendiri merusmuskan Model Law on Electronic Commerce dengan tujuan untuk menggalakkan aturan- aturan
hukum yang seragam dalam penggunaan jaringan komputer guna transaksi-transaksi yang bersifat komersial.
Kontrak elektronik ini juga disebut sebagai kontrak tanpa kertas. Hal ini dikarenakan kontrak tersebut dianggap sah apabila memenuhi
persyaratan sebagai syarat sahnya suatu kontrak elektronik menurut Pasal 47 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Dalam pasal tersebut ada 4 syarat yakni :
1 Terdapat kesepakatan para pihak,
37
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 166
Universitas Sumatera Utara
berwenang mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
3 Terdapat hal tertentu, 4 Objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Namun, ada pula syarat tambahan agar kontrak tersebut bisa dianggap sah,
yakni bila kontrak tersebut dituangkan menjadi suatu dokumen elektronik, maka dokumen elektronik tersebut harus memenuhi syarat sesuai Pasal 5
ayat 3 UU ITE, yakni Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini. Wirapradja dan Budhijanto dalam bukunya menyebutkan bahwa :
Sistem informasi dan teknologinya telah digunakan di banyak sektor kehidupan, mulai dari perdaganganbisnis electronic commercee-
commerce pendidikan electronic education, kesehatan tele-medicine, telekarya, transportasi, industri, pariwisata, lingkungan sampai ke sektor
hiburan, bahkan sekarang timbul pula untuk bidang pemerintahan e- government.”
38
38
E.S. Wiradipradja dan D. Budhijanto, Perspektif Hukum Internasional tentang Cyber Law, dalam Kantaatmadja, et al, Cyberlaw : Suatu Pengantar Jakarta : Elips 11,
2002, hlm.88.
Artinya, penggunaan sistem elektronik sebagai sarana pembuatan suatu kontrak pada saat ini merupakan hal yang dianggap lebih
Universitas Sumatera Utara
menguntungkan. Melalui sistem elektronik tersebut setiap orang dapat mengakses data-data atau dokumen-dokumen yang dianggap penting
tanpa harus menggunakan kertas, melainkan hanya dengan menggunakan perangkat elektronik yang telah memenuhi spesifikasi untuk bisa
mengambil dokumen elektronik tersebut. Hal ini lah yang dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dalam hal melakukan
transaksi secara mudah. Para pelaku bisnis tersebut tidak perlu lagi mengalami kesulitan untuk melakukan transaksi perdagangannya baik
yang bersifat lokal maupun internasional. Mereka bisa memanfaatkan media elektronik tersebut untuk melakukan transaksi perdagangannya.
Dalam Pasal 1 ayat 9 UU ITE dinyatakan bahwa Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda
Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan oleh
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. Dengan demikian, hal tersebutlah yang menjadi dasar acuan bagi para pelaku bisnis untuk melaksanakan
transaksi perdagangannya melalui media elektronik. Karena persyaratan transaksi yang dahulu dilakukan secara konvensional kini bisa dilakukan
tanpa harus menggunakan kertas, namun di dalamnya tetap tercantum berupa identitas para subjek hukum, sehingga dapat terjamin kekuatan
hukum kontrak secara elektronik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Adapun ciri-ciri dari suatu kontrak elektronik itu antara lain ialah : 1 Dapat terjadi secara jarak jauh, tidak ada apapun
penghalangnya, bisa dilakukan kapan dan dimana saja. 2 Para pihak yang berkontrak dalam kontrak elektronik tidak
bertatap wajah secara langsung, bahkan bisa saja tidak akan pernah bertemu.
3 Tidak ada kepastian bahwa kontrak tersebut bisa terjalin dengan syarat yang sah sesuai dengan syarat sah kontrak.
B. Media Pendukung Awal Lahirnya Kontrak Elektronik