Syarat Sah Kontrak Elektronik

Maksud dari cara pertama yang disebutkan di atas ialah jika salah satu pihak yang menerima penawaran tersebut menyatakan suatu penerimaan dengan cara mengirimkan suatu balasan bahwasannya ia telah menyetujui atas penawaran yang diberikan kepadanya. Sedangkan cara kedua itu biasanya dilakukan dalam kontrak baku di mana pokok-pokok persoalan telah ditentukan sendiri oleh si pemberi penawaran, sehingga pihak yang menerima tawaran hanya melakukan balasan penawaran dengan meng-klik tombol OK pada akhir dokumen elektronik. Mengenai hal berakhirnya perjanjian atas suatu transaksi elektronik dirasakan mempunyai kesamaan terhadap apa yang dimaksudkan dalam KUH Perdata. Hal ini dikarenakan pada kontrak elektronik itu sendiri ketika telah tercapai prestasi dari para pihak maka kontrak tersebut dianggap berakhir. Karena yang menjadi perihal dalam kontrak baik kontrak konvensional menurut KUH Perdata maupun kontrak elektronik ialah mengenai prestasi yang harus dipenuhi oleh para pihak yang terikat di dalamnya. Artinya, jika terjadi kendala dalam pemenuhan prestasi atau telah terjadi suatu wanprestasi oleh salah satu pihak, maka dapat dilakukan penyelesaian dengan cara yang telah diatur dalam KUH Perdata.

D. Syarat Sah Kontrak Elektronik

Dalam proses pelaksanaan suatu transaksi elektronik harus Universitas Sumatera Utara memenuhi persyaratan sesuai yang ditentukan oleh PP No. 82 Tahun 2012. Hal ini agar pelaksanaan perjanjiannya dianggap sah dan mempunyai kekuatan dan kepastian hukum, sehingga para pihak terjamin hak-haknya dalam pelaksanaan prestasi yang akan terjadi dikemudiannya. Menurut Pasal 47 ayat 2 PP No. 82 Tahun 2012, syarat sah suatu perjanjian melalui media elektronik ialah : 1 Terdapat kesepakatan para pihak, 2 Dilakukan oleh Subjek Hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, 3 Terdapat hal tertentu, 4 Objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Berikut ini penjelasan mengenai syarat sah kontrak atau perjanjian melalui media elektronik : 1. Kesepakatan Para Pihak Kesepakatan dalam proses tawar menawar antara para pihak tersebut seperti yang diatur pada Pasal 50 ayat 1 sampai dengan ayat 3 PP No. 82 Tahun 2012 telah mencitrakan bahwa antara para pihak harus tercapai suatu kata sepakat. Sehingga dengan tercapai kata sepakat tersebut maka kontrak elektronik tersebut baru lahir. Dalam hal ini sepakat Universitas Sumatera Utara tersebut bukan hanya berdasar atas penentuan mengenai persyaratan atau hal-hal yang harus dipenuhi oleh para pihak saja. Namun, bisa saja terjadi penentuan bentuk persyaratan oleh salah satu pihak saja. Biasanya yang menentukan persyaratan tersebut ialah pihak yang memberikan tawaran offerer. Kontrak tersebut dinamakan dengan jenis kontrak baku, atau kontrak yang isinya hanya berdasarkan atas penentuan dari pemberi tawaran, sehingga si penerima tawaran tidak diberi kesempatan untuk melakukan perubahan persyaratan tersebut. Pihak penerima tawaran biasanya hanya dipersilahkan untuk menyetujui isi dari kontrak tersebut. Hal ini memang tidak dijelaskan secara pasti dalam UU No. 11 Tahun 2008 ataupun dalam PP No. 82 Tahun 2012, namun kontrak baku ini diperbolehkan untuk dilakukan selama isi kontrak tersebut tidak bertentangan dengan asas hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Dilakukan oleh Subjek Hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan Subjek Hukum yang cakap ialah orang-orang yang memiliki kecakapan dalam melakukan suatu tindakan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Orang-orang tersebut yang dimaksud ialah sama dengan apa yang tertera menurut Pasal 1320 KUH Perdata mengenai kecakapan para pihak, Universitas Sumatera Utara ditambah, seseorang tersebut juga andal dalam penggunaan perangkat elektronik yang hendak dipergunakan dalam pelaksanaan kontrak elektronik. Sedang orang yang berwenang menurut undang-undang ialah orang yang mempunyai kewenangan dalam mewakili suatu kontrak elektronik, serta ia memiliki keahlian mengenai perangkat elektronik. 3. Terdapat hal tertentu Artinya, objek dalam suatu kontrak itu harus jelas bentuk ataupun wujudnya, sehingga tidak ada kekeliruan saat kontrak elektronik tersebut berjalan. Para pihak harus saling memberi informasi yang jelas dalam penawaran mengenai suatu objek kontrak. Bila terdapat kekeliruan atau ketidakjelasan mengenai objek sebagaimana yang dimaksud, maka kontrak tersebut dapat batal demi hukum. Dalam hal ini, dikarenakan pihak yang menerima tawaran tidak bisa melihat objek secara langsung, maka bagi pihak pemberi tawaran merupakan suatu keharusan mutlak untuk memberikan informasi mengenai objek yang ditawarkannya tanpa ada unsur menutupi kebenaran akan objek tersebut. 4. Objek harus memenuhi syarat halal Maksud dari syarat halal tersebut ialah objek tersebut tidak boleh bertentangan dengan unsur kesusilaan, ketertiban umum, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalkan, suatu kontrak elektronik itu berkenaan dengan perjudian secara online, maka kontrak elektronik itu Universitas Sumatera Utara sudah pasti bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia, sehingga kontrak elektronik tersebut dengan sendirinya akan batal demi huku m. Selain persyaratan tersebut di atas, dapat dikemukakan juga persyaratan lain yang dapat menjadi syarat sahnya suatu kontrak elektronik. Yakni mengenai sistem elektronik yang dipergunakan tersebut harus memenuhi standar persyaratan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 dan angka 14 UU ITE, karena pelaksanaan kontrak elektronik tersebut haruslah melalui sistem elektronik yang benar-benar bisa mengolah data secara bersama bagi kedua belah pihak.

E. Tanda Tangan Digital

Dokumen yang terkait

Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik - [PERATURAN]

0 2 38

Analisis Yuridis Mengenai Perjanjian Jual Beli yang Dibuat Melalui Media Elektronik Berdasarkan kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

0 0 31

ASPEK HUKUM UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA.

0 0 1

Perjanjian jual beli ID (identity) pada game online ditinjau dari kitab Undang-Undang hukum perdata dan Undang-undang No.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.

0 0 1

KEDUDUKAN DROPSHIPPER DALAM JUAL BELI MELALUI MEDIA INTERNET BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG.

0 0 1

undang undang no 11 tahun 2008 informasi dan transaksi elektronik

0 0 22

ANALISIS HUKUM TENTANG PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM TRANSAKSI BISNIS SECARA ONLINE (E-COMMERCE) BERDASARKAN BURGERLIJKE WETBOEK DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 0 14

SITUS LAYANAN PEMBUNUH BAYARAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

0 0 16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK A. Definisi Perjanjian - Analisis Hukum Perdata Tentang Syarat Sah Kontrak Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 0 33

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang - Analisis Hukum Perdata Tentang Syarat Sah Kontrak Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 0 13