ANALISA BIAYA TINJAUAN PUSTAKA

5 Mustakimah Mohamed, Suzana Yusup, Saikat Maitra 2012 Decomposition study of calcium carbonate in cockle shell 1. empat ukuran partikel berbeda yaitu 0,125-0,25 mm, 0.25-0.5 mm, 1-2 mm, dan 2-4 mm 2. Reaktivitas dekomposisi dilakukan dengan menggunakan Thermal Gravimetri Analyzer TGA pada tingkat pemanasan 20°C menit di dalam atmosfer N 2 Nitrogen yang inert 3. Energi aktivasi, E, proses itu ditemukan bervariasi dari 179,38 - 232,67 kJ mol

2.9 ANALISA BIAYA

Saat ini, ketertarikan akan sumber – sumber bahan baku yang berasal dari limbah semakin meningkat. Sebagai contoh, cangkang hewan laut yang dapat digunakan sebagai bahan baku yang dapat dimanfaatkan kembali. Di negara maju seperti Jepang hewan laut seperti tiram digunakan kembali sebagai bahan baku pembuatan adsorben yang disebabkan cangkang tiram merupakan sumber kalsium [1]. Produksi kerang - kerangan di Indonesia dari tahun 2002 ke tahun berikutnya semakin meningkat. Hal ini terlihat dari data produksi dari tahun 2002 sampai dengan 2006 secara berturut – turut, sebesar 7.00 ton, 12,86 ton, 12,99 ton, 16,35 ton dan 18,87 ton. Dari jumlah produksi kerang yang semakin meningkat maka akan dihasilkan limbah cangkang yang semakin meningkat pula dan cangkang kerang dengan komposisi kalsium oksida dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan adsorben [2]. Kandungan CaCO 3 pada cangkang kerang sebesar 95 – 99 berat, sehingga sangat baik untuk dijadikan sebagai bahan baku adsorben. Dengan cara kalsinasi, maka akan dihasilkan senyawa pengaktif yaitu CaO [4]. Untuk itu perlu dilakukan kajian potensi ekonomi adsorben dari limbah cangkang kerang bulu. Tabel 2.4 merupakan harga pembelian bahan baku produksi: Tabel 2.4 Harga Bahan Baku Bahan Baku Harga Satuan Kebutuhan Biaya Cangkang Kerang Bulu Rp 4.000,00 1 kg 1 kg Rp 4.000,00 Total Keseluruhan Rp. 4.000,00 Universitas Sumatera Utara Berikut ini akan dibahas harga kebutuhan listrik sesuai dengan peraturan menteri ESDM Tahun 2014 untuk kebutuhan industri dengan kebutuhan daya sebesar 3500 VA yang terdapat pada tabel 2.5 dibawah: Tabel 2.5 Harga Kebutuhan Listrik Peralatan No. Peralatan HargakWh Kebutuhan kW Waktu jam Biaya 1. Ball mill Rp.1.112,00 0,18 3 Rp 600.48,00 2. Furnace Rp.1.112,00 0,8 4 Rp 3.558,4,00 Total Keseluruhan Rp. 4.158,88 Maka perhitungan biaya total produksi yaitu :  Total Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Total Biaya listrik = Rp 4.000,00 + Rp 4.158,88 = Rp 8.158,88 kg Harga produksi pembuatan adsorben cangkang kerang bulu sebesar : Rp 8.158,88 kg. Berikut merupakan harga masing-masing jenis adsorben di pasaran [12]: 1. Karbon Aktif Lokal = Rp 15.000kg 2. Karbon Aktif HayCarb = Rp 40.000kg 3. Manganese = Rp 11.000kg 4. Silika Pasir Kuarsa = Rp 3.000kg 5. Zeolit = Rp 7.000kg 6. Pasir Aktif = Rp 11.000kg Berdasarkan penelitian Esty Rahmawati [18], proses adsorpsi logam PbII oleh Karbon Aktif lokal dimana 1 liter larutan PbII 25 ppm dibutuhkan 0,287 gram adsorben. Untuk menyesuaikan konsentrasi larutan dengan penelitian ini maka dengan 1 liter larutan logam PbII 60 ppm dibutuhkan 0,688 gram. Jadi, pada skala industri dengan 1000 liter larutan logam PbII 60 ppm dibutuhkan 0,688 kg adsorben. Sebagai perbandingan, maka diambil contoh perhitungan estimasi biaya bahan baku adsorben Karbon aktif lokal sebagai berikut: Karbon Aktif lokal = 0,688 kg x Rp 15.000,00 = Rp 10.320,00 Universitas Sumatera Utara Sehingga jika dibandingkan antara pembuatan adsorben dari cangkang kerang bulu dengan karbon aktif lokal maka biaya produksi untuk pembuatan adsorben dari cangkang kerang bulu lebih rendah dibandingkan harga produksi pembuatan adsorben dari karbon aktif lokal dengan selisih biaya sebesar Rp 2.161,00. Selain itu dengan sumber bahan yang lebih ramah lingkungan, maka adsorben ini layak dijadikan sebagai adsorben yang efektif dan komersil sehingga dapat diproduksi secara industri. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini, ketertarikan akan sumber – sumber bahan baku yang berasal dari limbah semakin meningkat. Sebagai contoh, cangkang hewan laut yang dapat digunakan sebagai bahan baku yang dapat dimanfaatkan kembali. Karena cangkang hewan laut sangat mudah untuk dikumpulkan, cangkang tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku. Sebagai informasi, cangkang hewan laut memiliki berat yang ringan dengan sedikit pigmen, contohnya adalah kerang yang digunakan sebagai sumber kalsium [1]. Produksi kerang-kerangan di Indonesia dari tahun 2002 ke tahun berikutnya semakin meningkat. Hal ini terlihat dari data produksi dari tahun 2002 sampai dengan 2006 secara berturut-turut, sebesar 7.00 ton, 12,86 ton, 12,99 ton, 16,35 ton, dan 18,87 ton. Dari jumlah produksi kerang yang semakin meningkat maka akan dihasilkan limbah cangkang yang semakin meningkat pula dan cangkang kerang dengan komposisi kalsium oksida dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan adsorben [2]. Penelitian tentang menghilangkan senyawa toksik dari limbah air sering dilakukan oleh para peneliti. Proses pengendapan secara kimia dengan menggunakan alum AlOH 3 dan feri oksida digunakan dalam level industri. Akan tetapi, senyawa yang beracun juga dihasilkan dan sulit untuk dilakukan penanganan terhadap limbah yang dihasilkan. Penghilangan senyawa toksik dengan adsorpsi merupakan metode yang menarik disebabkan ramah lingkungan serta pengoperasian yang mudah. Salah satu adsorben yang dapat digunakan adalah cangkang kerang yang banyak mengandung CaCO 3 . Kalsium karbonat merupakan bahan yang sesuai dalam penghilangan senyawa toksik seperti fosfat dan limbah logam dikarenakan CaO yang merupakan komponen pengaktif untuk pengadsorpsi senyawa beracun tersebut yang dihasilkan dari senyawa CaCO 3 [3]. Kandungan CaCO 3 pada cangkang kerang sebesar 95 – 99 berat. Sehingga sangat baik untuk dijadikan sebagai bahan baku adsorben. Dengan cara kalsinasi, maka akan dihasilkan senyawa pengaktif yaitu CaO [4]. Universitas Sumatera Utara