menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang
rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas
efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.
MenurutBrigham1993:79 “profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan
suatu alat analisis untuk dapat menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasioprofitabilitas mengukur efektifitas
manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan
dan investasi”.
Pada sektor perbankan, profitabilitas menjadi ukuran spesifik dari kinerjasebuah bank, dimana profitabilitas merupakan tujuan dari manajemen
perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan meminimalisasi risiko yang ada.
2.1.6 Return On Equity ROE
ROEReturn On Equity merupakan rasio antaralaba sesudah pajak terhadap total modal sendiri equity yang berasal dari setoran modal pemilik,
laba tidak dibagi dan cadangan lain yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien bank menggunakan modal sendiri untuk
menghasilkan laba atau keuntungan bersih.
Universitas Sumatera Utara
Return On Equity ROE menjadi salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengukur tingkat kembalian bank atau efektivitas bank
dalam menghasilkan keuntungan profitabilitas dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh bank.Bagi para pemegang saham dan calon
investor, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran
dividen.Kenaikan dalam rasio ROE berarti terjadi peningkatan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan
menyebabkan kenaikan harga saham bank Lukman Dendawijaya, 2005:119. Peningkatan harga saham perusahaan akan memberikan keuntungan return
yang tinggi pula bagi para investor sehingga hal ini berpengaruh pada meningkatnya daya tarik investor terhadap perusahaan. ROE dapat
dirumuskan sebagai berikut :
��� = ���������ℎ������ℎ�����
������������ × 100
2.1.7 Capital Adequacy Ratio CAR
CAR Capital Adequacy Ratio merupakan rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. CAR menjadi rasio
kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.Semakin tinggi CAR maka semakin baik
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kreditaktiva produktif yang berisiko.Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu
Universitas Sumatera Utara
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas Kuncoro dkk, 2002.
Menurut Lukman Dendawijaya 2005:121 “Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untukmenunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan”.CAR memperlihatkan seberapa jauh
seluruh aktiva bank yang mengandung risiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal bank sendiri
disamping bank juga memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman utang, dan lain-lain. CAR dapat
dirumuskan sebagai berikut :
��� = ���������
����������������������������� × 100
Berdasarkan standar yang ditetapkan Bank for International Settlement BIS, Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyediakan modal minimal
8 dari aktiva tertimbang menurut risiko ATMR SE BI Nomor 265BPPP tanggal 29 Mei 1993.
2.1.8 Net Interest Margin NIM