Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.4 Normal Probability Plot Setelah Transformasi Ln Sumber: Data sekunder diolah Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa pola distribusi data mendekati normal.Kemudian pada grafik normal probability plot terlihat titik-titik sebaran lebih mendekati dan mengikuti garis normal jika dibandingkan dengan grafik normal probabilityplot saat sebelum dilakukan transformasi ke logaritma natural. Sehingga untuk uji asumsi klasik selanjutnya menggunakan persamaan regresi LnROE = f LnCAR, LnNIM, LnOEOI.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Pada model regresi yang Universitas Sumatera Utara baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Imflation Factor VIF dan nilai Tolerance, apabila nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0,1 maka terjadi multikolinearitas dan apabila nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0,1 maka tidak terjadi multikolineraritas. Hasil uji mutikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas a. Dependent Variable: LNROE Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan aturan VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance, maka apabila VIF melebihi angka 10 atau Tolerance kurang dari 0,10 maka dinyatakan terjadi gejala multikolinieritas, sebaliknya apabila harga VIF kurang dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Data yang digunakan untuk uji multikolinearitas ini adalah data dari variabel independen setelah dilakukan transformasi Ln. Dari tabel 4.6 diatas diketahui masing-masing nilai VIF sebagai berikut : Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant lnCAR .970 1.031 lnNIM .911 1.097 lnOEOI .931 1.074 Universitas Sumatera Utara a. Nilai VIF untuk variabel CAR adalah 1.031 10 dan nilai tolerance variabel CAR adalah 0.970 0.10 maka variabel CAR dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas. b. Nilai VIF untuk variabel NIM adalah 1.097 10 dan nilai tolerance variabel NIM adalah 0.911 0.10 maka variabel NIM dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas. c. Nilai VIF untuk variabel OEOI adalah 1.074 10 dan nilai tolerance variabel OEOI adalah 0.931 0.10 maka variabel OEOI dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis Ghozali, 2005:139 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian Universitas Sumatera Utara menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukkan pada gambar 4.5 dibawah ini: Gambar 4.5 Grafik Scatterplot Sumber: Data sekunder diolah Universitas Sumatera Utara Pada grafik scatterplot di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model transformasi regresi yang digunakan.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi