tingkat pemerintahan telah ada, yaitu berupa Baitul Mal. Perusahaan PT pun telah dipaktekkan dalam skala kecil dalam bentuk musyarakah.
2.6.3 Masa Keemasan
Setelah terjadi beberapa perkembangan dalam kegiatan ekonomi, pada abad ke 2 Hijriyah para ulama mulai meletakkan kaidah-kaidah bagi dibangunnya
sistem ekonomi Islam di sebuah negara atau pemerintahan.Kaidah-kaidah ini mencakup cara-cara bertransaksi akad, pengharaman riba, penentuan harga,
hukum syarikah PT, pengaturan pasar dan lain sebagainya.Namun kaidah-kaidah yang telah disusun ini masih berupa pasal-pasal yang tercecer dalam buku-buku
fiqih dan belum menjadi sebuah buku dengan judul ekonomi Islam. Ibnu Hazm dalam kitabnya “Al-Muhalla” misalnya, memberi penjelasan
tentang kewajiban negara menjamin kesejahteraan minimal bagi setiap warga negara.Konsep ini telah melampaui pemikiran ahli ekonomi saat ini. Demikian
pula halnya dengan karya-karya fiqih lain, ia telah meletakkan konsep-konsep ekonomi Islam, seperti prinsip kebebasan dan batasan berekonomi, seberapa jauh
intervensi negara dalam kegiatan roda ekonomi, konsep pemilikan swasta pribadi dan pemilikan umum dan lain sebagainya.
2.6.4 Masa Kemunduran
Dengan ditutupnya pintu ijtihad, maka dalam menghadapi perubahan sosial, prinsip-prinsip Islam pada umumnya dan prinsip ekonomi khususnya, tidak
berfungsi secara optimal, karena para ulama seakan tidak siap dan berani untuk langsung menelaah kembali sumber asli tasyri’ dalam menjawab perubahan-
perubahan tersebut. Mereka lebih suka merujuk pada pendapat imam-imam
Universitas Sumatera Utara
mazdhab terdahulu dalam mengistimbat suatu hukum, sehingga ilmu-ilmu keislaman lebih bersifat pengulangan dari pada bersifat penemuan.
Tradisi taklid ini menimbulkan stagnasi dalam mediscover ilmu-ilmu baru, khususnya dalam menjawab hajat manusia di bidang ekonomi.Padahal ijtihad
adalah sumber kedua Islam setelah al-Quran dan as-Sunnah.Dan pukulan telak terhadap Islam adalah ketika ditutupnya pintu ijtihad tersebut.
2.6.5 Masa Kesadaran Kembali
Sejak ditutupnya pintu ijtihad pada abad 15 H, hubungan antara sebagian masyarakat dengan penerapan syariat Islam yang sahih menjadi renggang.
Sebagaimana juga telah terhentinya studi-studi tentang ekonomi Islam, hingga sebagian orang telah lupa sama sekali, bahkan ada sebagian pihak yang
mengingkari istilah “ekonomi Islam”. Ajaran Islam akhirnya terpojok pada hal-hal ibadah mahdloh dan persoalan perdata saja.Lebih ironis lagi sebagian hal itu pun
masih jauh dari ajaran Islam yang benar. Namun demikian, meskipun studi ilmiah modern dalam bidang ekonomi masih sangat terbatas, namun usaha-usaha telah
dilakukan, antara lain: Pertama, studi ekonomi mikro. Dalam hal ini studi terfokus pada masalah-masalah yang terpisah, seperti pembahasan tentang riba, monopoli,
penentuan harga, perbankan, asuransi kebebasan dan intervensi pemerintah pada kegiatan ekonomi dan lain-lain. Langkah ini terlihat dari diadakannya beberapa
seminar dan muktamar, antara lain: Muktamar Internasional tentang fiqih Islam Pada Muktamar Fiqih Islam pertama yang diadakan di Paris tahun 1951
dibahas masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi, riba dan konsep pemilikan.
Universitas Sumatera Utara
Muktamarr Fiqih Islam kedua diadakan di Damaskus pada bulan April 1961.Dalam muktamar tersebut dibahas tentang asuransi dan sistem hisbah
pengawasan menurut Islam. Muktamar Fiqih Islam ketiga diadakan di Kairo pada Mei 1967, membahas tentang asuransi sosial takaful menurut Islam
Muktamar Fiqih Islam keempat diadakan di Tunis pada bulan Januari 1975, membahas masalah pemalsuan dan monopoli.Muktamar Fiqih Islam kelima
diadakan di Riyadh pada bulan Nopember 1977 membahas tentang sistem pemilikan dan status sosial menurut Islam. Muktamar Fiqih Islam sedunia,
diadakan di Riyadh juga yang diorganisir oleh Universitas Imam Muhammad bin Saud pada tanggal 23 Oktober hingga Nopemebr 1976, membahas tentang
perbankan Islam antara teori dan praktek dan pengaruh penerapan ekonomi Islam di tengah-tengah masyarakat. Muktamar Lembaga Riset Islam di Kairo. Dalam
hal ini sedikitnya telah delapan kali mengadakan muktamar yang membahas tentang ekonomi Islam.Pertemuan studi sosiologi negara-negara Arab. Seminar
Dewan Pembinaan Ilmu Pengetahuan, satra dan sosial seksi ekonomi dan keuangan. Muktamar Ekonomi Islam Internasional, antara lain: Muktamar
Ekonomi Islam Sedunia pertama , diadakan di Makkah pada tanggal 21-26 Pebruari 1976 dan Muktamar ekonomi Islam, diadakan di London pada bulan Juli
1977. Hingga saat ini buku-buku tentang ekonomi Islam, baik dalam bahasa
Arab dan bahasa Inggris serta bahasa lainnya dapat kita temukan di toko-toko buku.Buah dari semaraknya studi-studi ekonomi Islam ini membuahkan
berdirinya bank-bank Islam, baik dalam skala nasional maupun
Universitas Sumatera Utara
internasional.Dalam skala internasional misalnya, telah berdiri Islamic Development Bank IDBBank Pembangunan Islam yang kantornya
berkedudukan di Jeddah Saudi Arabia. Dalam agreemen establishing the islamic Development Bank anggaran dasar IDB pada article 2 disebutkan bahwa salah
satu fungsi dan kekuatan IDB pada ayat xi adalah melaksanakan penelitian untuk kegiatan ekonomi, keuangan dan perbankan di negara-negara muslim dapat
sejalan dengan syari’ah. IDB juga telah memberikan bantuan teknis, baik dalam bentuk mensponsori penyelenggaraan seminar-seminar ekonomi dan perbankan
Islam di seluruh dunia maupun dalam bentuk pembiayaan untuk tenaga perbankan yang belajar di bank Islam serta tenaga ahli bank yang ditempatkan di bank Islam
yang baru berdiri. Bukti lain maraknya pelaksanaan ekonomi Islam adalah laporan dari data yang diambil dari Directory Of Islamic Financial Institutions tahun 1988
terbitan IRTIIDB bahwa sedikitnya telah 32 bank Islam berdiri sebelum Bank Muamalat Indonesia berdiri di seluruh dunia, termasuk di Eropa. Bila di
Indoneisa banyak bank konvensional beralih bentuk ke bank syari’ah, berarti pertumbuhan bank syari’ah semakin cepat dan diminati oleh kalangan usahawan,
belum lagi pertumbuhan bank syari’ah di negara lain dalam dekade ini, seperti di Malaysia dan negara-negara Islam lainnya.
2.7 Awal Mula Bank Syariah di Indonesia