Pengertian Pengangkutan dan Perjanjian Pengangkutan Pengertian Pengangkutan

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG ANGKUTAN UMUM DAN TARIF

A. Pengertian Pengangkutan dan Perjanjian Pengangkutan Pengertian Pengangkutan

Kegiatan dari transportasi memindahkan barang commodity of goods dan penumpang dari satu tempat origin atau port of call ke tempat lain atau part of destination, maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahanpengiriman barang- barangnya. 10 Keberadaan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktifitas kehidupan manusia sehari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh pengangkutan. Bahkan salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan. 11 Sedangkan pengertian angkutan menurut Undang Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Angkutan adalah kegiatan pemindahan orang danbarang dari satu tempat asal ke tempat lain tujuan dengan menggunakan sarana kendaraan 10 Soegijatna Tjakranegara, S.H, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Jakarta, Rineka Cipta, 2003 hal.1 11 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2005, hal.3 Universitas Sumatera Utara yang harus diperhatikan adalah keseimbangan antara kapasitas moda angkutan dengan jumlah barang maupun orang yang memerlukan angkutan. Pada pokoknya pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat secara efisiensi. 12 Angkutan darat terdiri atas: 1. Angkutan jalan raya 2. Angkutan jalan rel atau kereta api a.d.1. Angkutan jalan raya, meliputi angkutan yang menggunakan alat angkut berupa manusia, binatang, pedati, sepeda motor, becak, bus, truck, dan kendaraan bermotor lainnya. Tenaga yang digunakan adalah tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga uap, BBM bahan bakar minyak, dan diesel. a.d.2. Angkutan jalan rel, menggunakan kereta api yang terdiri dari lokomotif, gerbong barang dan kereta penumpang. Jalan yang dipergunakan berupa jalan baja, baik dua rel maupun mono rel dengan tenaga penggerak berupa tenaga uap, diesel, dan tenaga listrik. 13 Abdulkadir Muhammad mendefinisikan Pengangkutan sebagai proses kegiatan pemindahan penumpang danatau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan berbagai jenis alat pengangkut yang diatur undang-undang sesuai dengan angkutan dan kemajuan teknologi. 14 12 Ibid., 13 Prof. R. Soekardono, SH, Hukum Dagang Indonesia, Jakarta, CV.Rajawali, hal. 23 14 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal.1 Universitas Sumatera Utara Poerwosutjipto,HMN mengtakan bahwa Pengangkutan adalah perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari satu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. 15 Sutio Usman Adji, dkk menyampaikan bahwa hukum pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal-balik, pada mana pihak pengangkut mengikat diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang ke tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya pengirim penerima; pengirim atau peneima; penumpang berkeharusan untuk menunaikan biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut. 16 Jika dilihat dari berbagai pengertian dan defenisi pengangkutan diatas, maka dapat diketahui berbagai aspek pengangkutan, yaitu sebagai berikut: a. Pelaku, yaitu pihak yang melakukan pengangkutan. Pelaku ini ada yang berupa badan hukum yang melaksanakan pengangkutan seperti perusahaan pengangkutan, baik berupa orang secara alamiah maupun orang dalam arti badan hukum seperti Perseroan Terbatas PT atau Koperasi. Orang secara alamiah sebagai 15 HMN. Purwusutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum Pengangkutan, Jakarta, Djambatan, 2001, hal.2 16 Hasim Purba, Op.Cit., hal.4 Universitas Sumatera Utara pelaku misalnya buruh pelabuhan yang menyangkut dan mengangkat barang-barang dari dan ke kapal. b. Alat pengangkutan, yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggarakan pengangkutan. Alat ini digunakan secara mekanik atau elektronik dengan teknologi tinggi yang harus memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti kendaraan bermotor, kapal laut, kapal udara, derek crene dan lain-lain. c. Barang danatau penumpang, yaitu objek yang dimuat dan diangkut. Barang muatan yang diangkut adalah barang yang dapat diperdagangkan atau tidak dapat diperdagangkan dan berbagai jenis yang diklasifikasikan sebagai barang umum general good, barang-barang yang berbahaya dangerous good, barang yang mudah rusak perishable good, barang beracun termasuk pula animal product, jenazah, hewan, ikan, tumbuh-tumbuhan dan lain- lain. d. Perbuatan, yaitu suatu kegiatan yang menyangkut barang atau penumpang sejak permuatan atau boarding dengan penurunan di tempat tujuan dengan selamat. e. Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan nilai tambah atau kegunaan barang yang diangkut di tempat tujuan. Universitas Sumatera Utara f. Tujuan pengangkutan, yaitu barang danatau orang dapat selamat sampai di tempat tujuan. Perjanjian Pengangkutan Untuk melakukan pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat tujuan dilakukan dengan suatu perjanjian. Perjanjian pengangutan adalah suatu perjanjian timbal-balik consensuil antara pengangkutan dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan dirinya untu menyelenggarakan pengangkutan barang, dan atau orang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan dirinya untuk membayar biaya angkutan. 17 Pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan ialah pengangkut dan pengirim untuk pengangkutan barang, pengangkut dan penumpang untuk pengangkutan penumpang. Dalam hal penumpang diwakili oleh majikannya, majikan itu berstatus sebagai pihak. Perjanjian pengangkutan bersifat timbal balik, artinya kedua belah pihak masing-masing mempunyai kewajiban dan hak. Kewajiban pengangkut menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.sedangkan kewajiban pengirim atau penumpang adalah membayar biaya pengangkutan. Dalam pengertian “menyelenggarakan pengangkutan” tersimpul pengangkutan dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas perintahnya. Istilah “dengan selamat” mengandung arti bahwa apabila pengangkutan berjalan “tidak 17 Soegijatna Tjakanegara, S.H, Op.Cit., hal.67 Universitas Sumatera Utara selamat”, itu menjadi tanggung jawab pengangkut. Keadaan tidak selamat mempunyai dua arti, yaitu: 1. Pada pengangkutan barang, barangnya tidak ada, lenyap, atau musnah, atau barangnya ada tetapi rusak sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh berbagai kemungkinan peristiwa; 2. Pada pengangkutan penumpang, penumpang meninggal dunia atau menderita lukacacat sementara atau tetap, karena sesuatu peristiwa atau kejadian. Dari definisi diatas, dapat kita ketahui pihak-pihak yang terkait dalam proses angkutan, yaitu: 1. Pihak Pengangkut Untuk angkutan darat pihak pengangkut terdiri atas perusahaan Oto Bis dan Perusahaan Kereta Api. Untuk perusahaan angkutan Oto Bis dapat dilakukan oleh BUMNBUMD, badan usaha milik swasta nasional, koperasi atau perorangan. Pihak pengangkut ini mempunyai kewajiban untuk mengangkut barang ataupun orang dari satu tempat ke tempat lain dengan selamat. 2. Pihak Pengirim Pengirim barang bisa saja bukan sebagai pemilik barang tersebut, tetapi dia diberikan kuasa untuk melakukan pengiriman barang ke tempat tujuan sesuai dengan perjanjian pengangkutan. Pihak pengirim pemakai jasa angkutan berkewajiban menyerahkan ongkos yang disepakati serta menyerahkan barang yang dikirim pada alamat tujuan yang jelas. Universitas Sumatera Utara Ditempat tujuan tersebut diserahterimakan kepada penerima yang mana dan alamatnya tercantum dalam surat angkutan sebagai pihak ketiga yang turut serta bertanggung jawab atas penerimaan barang. 3. Kedudukan pihak penerima barang karena sesuatu perjanjian untuk berbuat sesuatu bagi penerima barang apakah barang itu diterimanya sebagai suatu hadiah Pasal 1217 KUHPerdata. Hubungan kerja antara pengirim dan pengangkut, sebagai pihak- pihak dalam perjanjian transportation adalah consensuil bukan berdiri sama tinggi gecoordineerd karena disini tidak terdapat hubungan kerja antara buruh dan majikan dan tidak terdapat pula hubungan pemborongan menciptakan hal-hal baru mengadakan benda baru. 18 Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpangpemilik barang. Dalam Bahasa Belanda, perjanjian disebut juga dengan overeenkomst dan hukum perjanjian disebut dengan overseenkomstenrecht. Hukum perjanjian diatur juga diatur dalam pasal 1313 KUHperdata yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya. Ketentuan pasal ini kurang tepat karena ada beberapa kelemahan yang perlu dikoreksi. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapat diketahui dari rumusan kata kerja “mengikatkan diri”, sifatnya hanya datang dari 18 Ibid., Universitas Sumatera Utara satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu ialah “saling mengikatkan diri” jadi ada consensus antara dua pihak. 2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa consensus. Dalam pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan penyelenggaraan kepentingan zaakwarneming yang tidak melawan hukum onrechtmatige daad yang tidak mengandung suatu consensus. Seharusnya dipakai istilah “persetujuan” 3. Pengertian perjanjan terlalu luas. Pengertian perjanjian mencakup juga perjanjian kawin yang diatur dalam bidang hukum keluarga. Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur mengenai harta kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam buku III KUHperdata sebenarnya hanya meliputi perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan bersifat kepribadian personal. 4. Tanpa menyebut tujuan. Dalam rumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu jelas untuk apa. Sedangkan pengangkutan adalah perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barangorang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengiriman mengikatkan dirinya untuk membayar uang angkutan. Universitas Sumatera Utara Jadi dapat disimpulkan bahwa, perjanjian pengangkutan menurut Subekti yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar ongkos.

B. Jenis-jenis, Asas-asas, dan Tanggung Jawab Perjanjian Pengangkutan Jenis-jenis pengangkutan