Kajian Yuridis Mengenai Dampak Hukum Akibat Naik-Nya Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Regulasi Kenaikan Tarif Angkutan Umum (Studi Pada Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM))

(1)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku – Buku

Basri, Hasnil, 2002, Hukum Pengangkutan, Medan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU

Fajar, Mukti dan Yulianto Achnmad, 2004, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Lestari, Ningrum, 2004, Usaha Perjalanan Wisata dalam Perspektif Hukum Bisnis, Bandung, Citra Aditya Bisnis

Marzuki,Peter, 2010, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana

Muhammad, Abdulkadir ,2007, Arti Penting dan Strategi Multimoda Pengangkutan Niaga di Indonesia, Perspektif Hukum Bisnis di Era Globalisasi, Yogyakarta, Genta Press

Muhammad, Abdulkadir, 2002, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung, Citra Aditya Bakti

Nasution, M.Nur, 2004, Manajemen Transportasi, Jakarta, Ghalia Indonesia Purba, Hasim, 2005 Hukum Pengangkutan di Laut Perspektif Teori dan Praktek,

Medan, Pustaka Bangsa Press

Purba, Hasim, 2005, Hukum Pengangkutan Laut, Medan, Pustaka Bangsa Press Purwusutjipto, HMN, 2010, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3

Hukum Pengangkutan, Jakarta, Djambatan

Tjakranegara, Soegijatna, 2003, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Jakarta, Rineka Cipta


(2)

Nurbaiti, Siti, 2009, Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api), Jakarta, Penerbit Universitas Trisakti

B. Undang – Undang

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 31 Tahun 2015

Tentang Tarif Dasar, Tarif Dasar Batas dan Tarif Dasar Batas Bawah Angkutan Penumpang Antarkota Antarprovinsi kelas Ekonomi di Jalan dengan Mobil Bus Umum

C. Internet

Masriadam.blogspot.co.id/2012/10/perlindungan-hukum-korban-kecelakaan.html?m=1., diakses pada 28 Mei 2016

http://ikhwanbukhari.blogspot.com/2012/12/makalah-dampak-kenaikan-harga-bahan.html, diakses pada 10 Mei 2016

wiboworizky.blogspot.co.id”dampak kenaikan harga BBM” diakses pada 31 Mei 2016

D. Wawancara

Hasil Wawancara dengan Halason Rajagukguk, selaku Sekretaris I dari KPUM (Koperasi Pengangkutan Umum Medan)


(3)

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PELAKSANAAN KPUM

A. Hak dan Kewajiban KPUM dalam Pelaksanaan Penyelenggaraan Angkutan Umum

Koperasi Pengangkutan Umum Medan adalah badan usaha yang bergerak di bidang transportasi yang dengan ini menyediakan angkutan-angkutan umum untuk menjalankan roda transportasi dengan tujuan untuk membantu kehidupan bermasyarakat dan mensejahterakan kehidupan anggota-anggota nya.

Dalam menjalankan sistem roda transportasi, tentunya KPUM mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dijalankan demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Perlu kita ketahui sebelumnya KPUM adalah singkatan dari Koperasi Pengangkutan Umum Medan yang bergerak di bidang transportasi darat, dengan menyediakan beberapa akomodasi seperti: armada pengangkutan, rute trayek perjalanan yang hendak dituju, izin mengangkut terhadap pemerintah serta izin rute yang hendak dilalui.

Hak dan Kewajiban KPUM sudah diatur di dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) KPUM berdasarkan Badan Hukum No. 2381/B.H/III Tgl 10 Februari 1964 dengan perubahan sebagai berikut:28

- NOMOR 2381/B.H/III/12-67 Tanggal 28 Mei 1969 - NOMOR 2381.A/B.H/III Tanggal 8 Maret 1975 - NOMOR 2381.B/B.H/III Tanggal 14 Mei 1979


(4)

- NOMOR 2381.C/B.H/III Tanggal 1 Nop 1994

Pengaturan hak dan kewajiban KPUM dibuat jelas agar semua anggota dapat mematuhi apa yang sudah tertulis dan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KPUM. Berikut adalah hak dan Kewajiban yang tertulis yang dibuat oleh pihak KPUM dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KPUM:

Pasal 12 (1) Pengurus bertugas untuk:

a. Memimpin organisasi dan perusahaan Koperasi.

b. Melakukan segala perbuatan hukum dan atas nama Koperasi. c. Mewakili Koperasi di hadapan dan di luar pengadilan.

(2) a. Untuk kepentingan Koperasi mengangkat dan memberhentikan Manager dan Pegawai lainnya.

b. Hal-hal yang bersangkutan dengan Manager diatur oleh Pengurus. (3) Tugas tiap Anggota Pengurus ditetapkan dalam peraturan khusus yang

disahkan oleh rapat Pengurus.

Pasal 13

Anggota pengurus tidak menerima gaji, akan tetapi dapat diberikan uang jasa menurut keputusan rapat anggota.

Pasal 14

(1) Pengurus harus segera mengadakan catatan pada waktunya dalam Buku Daftar Anggota tentang masuk dan berhentinya Anggota.


(5)

(2) Pengurus harus segera mengadakan catatan pada waktunya tentang dimulai dan berhentinya jabatan Pengurus.

(3) Pengurus harus berusaha agar Anggota mengetahui akibat pencatatan dalam Buku Daftar Anggota.

(4) Setiap Anggota Pengurus harus memberi bantuan kepada Pejabat dan Pemeriksa untuk melakukan tugasnya dan ia diwajibkan untuk memberikan keterangan yang diperlukan dan memperlihatkan segala buku, warkat persediaan barang, alat-alat perlengkapan dan uang koperasi yang ada padanya.

(5) Tiap Anggota Pengurus harus berusaha agar pemeriksaan sebagai tersebut dalam ayat 4 tidak diperhambat, baik sengaja atau tidak oleh Anggota Pengurus atau oleh Pegawai.

Pasal 15

(1) Pengurus diwajibkan agar tiap kejadian dicatat sebagaimana mestinya. (2) Pengurus wajib memberitahukan kepada Anggota tiap kejadian yang

mempengaruhi jalannya koperasi. Pasal 16

(1) Pengurus wajib memberi laporan kepada Pejabat tentang keadaan serta perkembangan organisasi dan usaha-usaha nya sekurang-kurang nya 3 bulan sekali.

(2) Pengurus diwajibkan berusaha agar segala laporan pemeriksaan Koperasi dapat diketahui oleh setiap anggota dan pejabat.


(6)

(3) Pengurus diwajibkan supaya ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Khusus dan Keputusan Rapat Anggota diketahui dan dimengerti oleh segenap Anggota.

(4) Pengurus diwajibkan unuk memelihara kerukunan di antara Anggota dan mencegah segala hal yang menyebabkan timbulnya perselisihan paham. (5) Perselisihan yang timbul karena hanya kepentingan khusus Koperasi atau

dalam hubungan sebagai Anggota harus diselesaikan oleh Pengurus dengan jalan damai tanpa memihak ke salah satu pihak.

(6) Pengurus harus melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga Koperasi, Peraturan-Peraturan Khusus dan Keputusan-Keputusan Rapat Anggota, terutama pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan.

Pasal 17

(1) Setiap Anggota Pengurus menanggung tehadap Koperasi yang diderita Koperasi karena kelalaian dalam melaksanakan tugas kewajibannya masing-masing.

(2) Jika kelalaian itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan beberapa orang Anggota Pengurus, maka karena itu mereka bersama menanggung kerugian tadi untuk keseleruhannya, akan tetapi seseorang anggota pengurus bebas dari tanggungannya jika ia dapat membuktikan bahwa kerugian tadi bukan karena kesalahannya serta ia telah berusaha dengan segera dan secukupnya untuk mencegah akibat dari pada kelalaian tadi.


(7)

Pasal 18

(1) Anggota Pengurus Koperasi ini tidak boleh menjadi Anggota Pengurus Koperai lainnya yang sejenis kecuali untuk Koperasi Pusat atau Gabungan atau Induknya.

(2) Anggota Pengurus Harian dari Koperasi tidak boleh merangkap Anggota Pengurus Harian di Pusat, Gabungan atau Induknya.

Apabila pengangkut lalai dalam penyelenggaraan pengangkutan yang menjadi kewajibannya, sehingga menimbulkan kerugian bagi pengirim atau penerima atau penumpang, maka ia bertanggung jawab membayar ganti rugi seperti yang diatur dalam Pasal 1236 KUHpdt. Pengusaha pengangkutan kendaraan bermotor umum bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang dan kerusakan barang yang berada dalam kendaraan tersebut, kecuali bila ia dapat membuktikan bahwa kerugian itu terjadi di luar kesalahannya atau buruhnya.29

B. Hak dan Kewajiban Supir Angkutan Umum sebagai Pengangkut Kewajiban supir sebagai pengangkut

Dalam Undang-Undang 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya tidak ada pengaturan kewajiban dan hak mengenai pengangkutan barang maupun penumpang. Karena itu diikuti ketentuan mengenai kewajiban dan hak dalam Bab I s.d Bab IV buku III KUHPdt.

29Abdulkadir Muhammad, SH, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, Udara, (Bandung: PT. Citra


(8)

Akan tetapi sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang/pemilik barang.

Dalam perjanjian pengangkutan darat, kewajiban pokok pengangkut adalah sebagai berikut ini:30

1. Menyelenggarakan pengangkutan penumpang atau barang dari tempat pemuatan sampai di tempat tujuan dengan selamat;

2. Merawat, menjaga, memelihara barang atau penumpang yang diangkut sebaik-baiknya;

3. Menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan lengkap, utuh, tidak rusak, atau tidak terlambat;

4. Melepaskan dan menurunkan penumpang di tempat tujuan/pemberhentian sebaik-baiknya.

Kewajiban-kewajiban ini sesuai dengan ketentuan pasal 1235 KUHPdt. Kewajiban pokok ini diimbangi dengan hak pengangkut atas biaya pengangkutan.

Apabila pengangkut lalai dalam penyelenggaraan pengangkutan yang menjadi kewajibannya, sehingga menimbulkan kerugian bagi penumpang, maka ia bertanggung jawab membayar ganti kerugian seperti diatur dalam 1236 KUHPdt. Pengusaha pengangkutan kendaraan bermotor umum bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang dan kerusakan barang yang berada dalam kendaraan tersebut, kecuali bila ia dapat membuktikan bahwa kerugian itu terjadi di luar kesalahannya atau buruhnya.


(9)

Pengangkut bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang dalam jangka waktu pengangkutan, kecuali kalau pengangkut dapat membuktikan bahwa kerugian itu terjadi di luar kesalahannya dan buruhnya. Pengangkut juga tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang bawaan penumpang, kecuali juga terbukti bahwa kehilangan atau kerusakan barang itu disebabkan oleh kesalahan pengangkut atau kelalaian pengangkut. Barang penumpang harus dijaga oleh penumpang.

Dalam pengangkutan darat pada umumnya, pengangkut tidak bertanggung awab terhadap kerugian yang timbul karena:

1. Keadaan memaksa (overmacht); 2. Cacat pada barang itu sendiri;

3. Kesalahan atau kelalaian pengirim atau ekspeditur;

4. Keterlambatan tibanya barang di tempat tujuan karena keadaan memaksa (pasal 92 KUHD). Dalam hal ini barang tidak rusak atau tidak musnah. Dalam perjanjian pengangkutan, kewajiban pokok pengirim ialah membayar biaya pengangkutan yang telah disepakati, sebagai imbalan haknya atas penyelenggaraan pengangkutan barangnya oleh pengangkut.

Kewajiban pokok penumpang ialah membayar biaya pengangkutan sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan, sebagai imbalan haknya atas pengangkutan sampai di tempat tujuan. Perbedaannya terletak pada akibat hukum jika kewajiban itu tidak dipenuhi.

Tiap pengangkut dapat merumuskan syarat-syarat perjanjian secara tertulis pada dokumen pengangkutan. Penumpang yang akan menggunakan jasa


(10)

pengangkutan yang bersangkutan dapat meliputi butir-butir ketentuan yang diuraikan berikut ini:

Syarat-syarat pokok

1. Apabila pada jam pemberangkatan mobil pengangkut rusak mendadak, sehingga tidak dapat diperbaiki, maka pengangkutan dibatalkan dan biaya pengangkutandikembalikan penuh, atau penumpang secepatnya diberitahu untuk dipindahkan ke mobil lain yang sejenis.

2. Apabila pengangkutan memperoleh gangguan perjalanan di luar dugaan, yang bukan kesalahan penumpang atau bukan kerusakan mobil, maka biaya pengangkutan dikembalikan seluruhnya atau sebagian sesuai dengan jenis gangguan tersebut.31

Menurut H.M.N Purwosutjipto, kewajiban dari pihak pengangkut adalah sebagai berikut:32

1. Menyediakan alat pengangkut yang akan digunakan untuk menyelenggarakan pengangkutan.

2. Menjaga keselematan orang (penumpang) dan/atau barang yang diangkutnya. Dengan demikina maka sejak pengangkut menguasai orang (penumpang) dan/ atau barang yang akan diangkut, maka sejak saat itulah pihak pengangkut mulai bertanggung jawab (Pasal 1235 KUHPerdata).

3. Kewajiban yang disebutkan dalam Pasal 470 KUHD yang meliputi: a. Mengusahakan pemeliharaan, perlengkapan atau

peranakbuahan alat pengangkutnya;

b. Mengusahakan kesanggupan alat pengangkut itu untuk dipakai menyelenggarakan pengangkutan menurut persetujuan;

c. Memperlakukan dengan baik dan melakukan penjagaan atas muatan yang diangkut.

4. Menyerahkan muatan ditempat tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

31Hasnil Basri, Op.Cit, hal. 24


(11)

Menurut Pasal 124 ayat (1) UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terdapat beberapa kewajiban yang harus dipenuhi pengemudi kendaraan bermotor umum, yaitu:

1. Mengangkut penumpang yang membayar sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan.

2. Memindahkan penumpang dalam perjalnan ke kendaraan lain yang sejenis dalam trayek yang sama tanpa dipungut biaya tambahan jika kendaraan mogok, rusak, kecelakaan, atau atas perintah petugas. 3. Menggunakan jalur jalan yang telah ditentukan atau menggunakan

lajur paling kiri, kecuali saat akan mendahului atau mengubah arah. 4. Memberhentikan kendaraan selama menaikkan dan/atau menurunkan

penumpang.

5. Menutup pintu selama kendaraan berjalan, dan;

6. Mematuhi batas kecepatan paling tinggi untuk angkutan umum.

Disamping hal-hal diatas, KPUM pun membuat hal-hal yang menjadi kewajiban para pengangkut, antara lain:33

1. Pengemudi MPU-KPUM wajib memiliki SIM Umum dan Kartu Tanda Pengenal Pengemudi (KTPP).

2. Pengemudi wajib memeriksa kelengkapan surat-surat izin operasional (STNK, STUK, KP) sebelum mengoperasikan kendaraan MPU-KPUM. 3. Pengemudi diharuskan untuk tidak memberikan kendaraan kepada orang

yang tidak bertanggung jawab (supir-supir liar).

33Berdasarkan Undang-Undang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi


(12)

Sehubungan dengan surat Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan No.551.21/1237/DISHUB/XI/2015 tanggal 23 November 2015 perihal Angkutan Kota Beroperasi tidak sesuai ketentuan, maka dengan itu diberitahukan kepada para pengemudi untuk berkewajiban mematuhi hal hal berikut:

1. Agar kendaraan MPU-KPUM yang dimiliki oleh Pengemudi untuk melengkapi identitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meliputi:

- Cat Warna Kuning - Nomor Kendaraan - Nomor trayek - Lambang Koperasi - Sticker

- Tulisan KPUM/Angkutan Kota

2. Tidak menggunakan Kaca Film bagi Angkutan Umum dan apabila pada kendaraan sudah terpasang, dihimbau untuk segera melepaskannya.

3. Tidak menggunakan Bangku Tambahan/Bangku Tempel pada Kendaraan MPU-KPUM.

Untuk peningkatan disiplin dalam tertib lalu lintas, KPUM mewajibkan kepada seluruh Anggota/Pengemudi MPU-KPUM untuk:34

1. Menjalani Rute Trayek sesuai dengan Izin Trayek yang dimiliki.

34Berdasarkan Undang-Undang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tannga Koperasi


(13)

2. Melengkapi seluruh surat-surat operasional kendaraan dan bagi pengemudi diwajibkan memiliki SIM Umum serta Kartu Tanda Pengenal Pengemudi (KTTP).

3. Melengkapi atribut Armada MPU-KPUM, antara lain: - No.Pintu / No.KPUM

- Sticker terbaru (Tahun 2015-2016) - Logo Koperasi

Disamping hal-hal diatas, supir/pengendara angkutan umum juga diwajibkan untuk memberikan iuran harian kepada pihak KPUM,antara lain sebagai berikut:

- Jasa Organisasi Rp. 8.300,-

- Simpanan Wajib Biasa Rp. 400,- - Simpanan Wajib Khusus Rp. 2.050,-

- Dana Khusus Rp. 250,-

- Dana Kesejahteraan Rp. 500,-

- Simpanan Supir Rp. 5.500,-

Rp. 17.000,- Selain daripada itu, KPUM mewajibkan para supir angkutan umum untuk menjadi anggota STM Pengemudi KPUM, dimana dengan membayar Iuran Rp. 2.000/hari, anggota STM sudah mendapatkan manfaat sebagai berikut:35


(14)

1) Bila Anggota meninggal dunia akibat Kecelakaan/Tabrakan pada saat mengemudikan Kendaraan MPU-KPUM akan diberikan Santunan sebesar Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah).

2) Bila Anggota meninggal dunia secara wajar/sakit akan mendapat Santunan sebesar Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah)

3) Bila Anggota rawat inap di Rumah Sakit atau Dukun Patah akibat kecelakaan/tabrakan pada saat mengemudikan Kendaraan MPU-KPUM, akan menerima Santunan sebagai berikut:

a. 3 – 30 (1 bulan) : Rp. 800.000 b. 3 – 60 (2 bulan) : Rp. 1.500.000 c. 3 – 90 (3 bulan) : Rp. 2.000.000

4) Bila Anggota Sakit dan Opname akan menerima Bantuan Perobatan dengan perincian:

a. 3 – 30 (1 bulan) : Rp. 800.000 b. 3 – 60 (2 bulan) : Rp. 1.000.000 c. 3 – 90 (3 bulan) : Rp. 1.200.000

5) Bila Anggota Ditahan karena kecelakaan/tabrakan saat mengemudikan Kendaraan MPU-KPUM akan menerima santunan sebagai berikut:

a. 3 – 30 hari (1 bulan) : Rp. 800.000 b. 3 – 60 hari (2 bulan) : Rp. 1.000.000 c. 3 – 90 hari (3 bulan) : Rp. 1.200.000 d. 3 – 120 hari (4 bulan) : Rp. 1.400.000 e. 3 – 150 hari (5 bulan) : Rp. 1.600.000


(15)

f. 3 – 180 hari (6 bulan) : Rp. 1.800.000 g. 3 – 210 hari (7 bulan) : Rp. 2.000.000 h. 3 – 240 hari (8 bulan) : Rp. 2.200.000 i. 3 – 270 hari (9 bulan) : Rp. 2.400.000 j. 3 – 300 hari (10 bulan) : Rp. 2.600.000 k. 3 – 330 hari (11 bulan) : Rp. 2.800.000

6) Supir kecelakaan/tabrakan saat mengemudikan MPU-KPUM mengakibatkan jatuhnya korban dan diselesaikan secara damai (antara supir dan si korban) akan mendapatkan santunan sebesar Rp.700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah)

7) Bila istri yang sah dari anggota meninggal dunia, akan menerima santunan sebesar

Rp.1.700.000,- (satu juta tujuh ratus ribu rupiah)

8) Bila anak kandung yang belum berumah tangga dan masih menjadi tanggungan meninggal dunia, akan menerima santunan sebesar Rp.850.000,- (delapan ratus lima puluh ribu rupiah)

9) Bila istri anggota yang sakit dan opname sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari akan mendapatkan santunan sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) 10) Bila istri anggota yang sah melahirkan dengan normal tidak akan

mendapat santunan, kecuali operasi Caesar dan opname sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari akan mendapatkan santunan sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah)


(16)

11) Bila anak anggota yang sah sakit dan opname sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari akan mendapa santunan sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu)

12) Bila anggota melaksanakan pernikahan dan menyampaikan undangan secara resmi, maka akan menerima sumbangan/bingkisan senilai Rp.350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah)

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa supir angkutan diwajibkan untuk membayar iuran ke KPUM dengan biaya Rp.19.000,- (Sembilan belas ribu rupiah) per hari nya. Rp.17.000,- (tujuh belas ribu rupiah) untuk biaya iuran harian, dan Rp.2000,- (dua ribu rupiah) untuk biaya iuran STM MPU-KPUM.

Selain kewajiban, terdapat juga hak-hak yang diberikan kepada pengangkut. Hak-hak yang dimiliki oleh pengangkut, antara lain:

1. Pihak pengangkut berhak menerima biaya pengangkutan.

2. Pemberitahuan dari pengirim mengenai sifat, macam dan harga barang yang akan diangkut, yang disebutkan dalam Pasal 469, 470 ayat (2), 479 ayat (1) KUHD.

3. Penyerahan surat-surat yang diperlukan dalam rangka mengangkut barang yang diserahkan oleh pengirim kepada pengangkut berdasarkan Pasal 478 ayat (1) KUHD.

Selain itu dalam UU No.22 tahun 2009 terdapat beberapa hak-hak dari pihak pengangkut, yaitu:

1. Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu


(17)

yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian angkutan (Pasal 195 ayat (1) UU No.22 Tahun 2009)

2. Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan (Pasal 195 ayat (2) UU No.22 Tahun 2009)

3. Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang yang diangkut secara lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban (Pasal 195 ayat (3) UU No.22 Tahun 2009)

4. Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau penerima sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati, perusahaan angkutan umum berhak memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu dalam penyimpanannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 196 UU No. 22 tahun 2009).

Disamping hal itu, adapula hak-hak yang diberikan oleh pihak KPUM kepada para anggota (supir angkutan umum) nya, antara lain:36

- Dengan membayar iuran harian ke pihak KPUM, supir/pengemudi angkutan umum berhak untuk mengambil hasil simpanan pengemudi setiap 6 bulan sekali.

- Dengan menjadi anggota STM MPU-KPUM dan membayar iuran wajib sebesar Rp.2000,- (dua ribu rupiah) per hari, supir/pengemudi angkutan umum berhak untuk:

36Wawancara dengan Bapak Halason Rajagukguk (sekretaris I KPUM) di Medan Pada Tanggal 9


(18)

a. Supir Angkutan Umum berhak mendapat Santunan sebesar Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah) apabila ada supir angkutan umum meninggal dunia akibat kecelakaan/tabrakan pada saat mengemudikan kendaraan MPU-KPUM.

b. Supir Angkutan Umum berhak untuk mendapatkan santunan apabila supir angkutan umum meninggal dunia secara wjar/sakit Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah) c. Supir Angkutan Umum berhak untuk menerima santunan

sebagai berikut;

 3 – 30 hari : Rp. 800.000,-  3 – 60 hari : Rp.1.500.000,-  3 – 90 hari : Rp.2.000.000,-

Apabila supir angkutan umum mengalami kecelakaan/tabrakan pada saat mengemudikan kendaraan MPU-KPUM dan harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit/Dukun Patah.

d. Supir Angkutan Umum berhak menerima bantuan perobatan sebagai berikut:

 3 – 30 hari (1 bulan) : Rp. 800.000  3 – 60 hari (2 bulan) : Rp. 1.000.000  3 – 90 hari (3 bulan) : Rp. 1.200.000 Apabila Supir Angkutan Umum sakit/opname.

e. Supir Angkutan Umum berhak menerima santunan sebagai berikut:


(19)

 3 – 30 hari (1 bulan) : Rp. 800.000  3 – 60 hari (2 bulan) : Rp. 1.000.000  3 – 90 hari (3 bulan) : Rp. 1.200.000  3 – 120 hari (4 bulan) : Rp. 1.400.000  3 – 150 hari (5 bulan) : Rp. 1.600.000  3 – 180 hari (6 bulan) : Rp. 1.800.000  3 – 210 hari (7 bulan) : Rp. 2.000.000  3 – 240 hari (8 bulan) : Rp. 2.200.000  3 – 270 hari (9 bulan) : Rp. 2.400.000  3 – 300 hari (10 bulan) : Rp. 2.600.000  3 – 330 hari (11 bulan) : Rp. 2.800.000

Apabila supir angkutan umum ditahan karena kecelakaan/tabrakan saat mengemudikan kendaraan MPU-KPUM

f. Supir Angkutan Umum berhak mendapat santunan sebesar Rp.700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah) apabila saat mengemudikan angkutan MPU-KPUM supir mengalami kecelakaan/tabrakan dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. g. Supir Angkutan Umum berhak menerima Rp.1.700.000,- (satu

juta tujuh ratus ribu rupiah) apabila istri sah dari supir tersebut meninggal dunia.

h. Supir Angkutan Umum berhak menerima Rp.850.000,- (delapan ratus lima puluh ribu rupiah) apabila anak kandung nya yang belum pernah berumah tangga meninggal dunia.


(20)

i. Supir Angkutan Umu berhak menerima santunan sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) apabila istri sah dari supir angkutan umum sakit dan opname sekurang-kurangnya 3(tiga) hari

j. Supir Angkutan Umum berhak untuk menerima bantuan sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) apabila istri sah dari supir angkutan melahirkan dengan Operasi Caesar, tetapi tidak untuk persalinan normal.

k. Supir Angkutan Umum berhak menerima santunan sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) apabila anak sah dari supir angkutan tersebut sakit dan opname sekurang-kurangnya 3 hari

l. Supir Angkutan Umum akan menerima sumbangan/bingkisan sebesar Rp.350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) apabila melaksanakan pernikahan dan menyampaikan undangannya secara resmi.

Adapula pengaturan Hak dan Kewajiban Supir yang diatur didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi yang tertulis di Bab V Pasal 7. Di dalam Bab V Pasal 7 A.D dan A.R.T disebutkan Hak dan Kewajiban Anggota. Anggota yang dimaksud adalah supir dari angkutan umum itu sendiri. Supir Angkutan Umum disebut sebagai Anggota karena mereka adalah bagian dari orang-orang yang mewujudkan tujuan dari KPUM itu sendiri. Berikut adalah


(21)

Hak dan Kewajiban yang terdapat dalam ADRT (Anggaran Dasar Rumah Tangga) KPUM tersebut.

Pasal 7

(1) Keanggotaan Koperasi melekat pada diri Anggota sendiri dan tidak dapat dipindahkan kepada orang lain dengan dalih apapun juga.

(2) Setiap Anggota harus tunuk pada ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Khusus dan Keputusan Rapat Anggota.

(3) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi. (4) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan dalam pelaksanaan organisasi dan usaha Koperasi berdasarkan atas azas kekeluargaan.

(5) Menanggung kerugian apabila Koperasi mengalami kerugian atau pembubaran sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar ini.

Pasal 8 Setiap Anggota Berhak:

a. Berbicara tentang hal-hal yang dirundingkan dalam Rapat Anggota. b. Untuk memilih dan dipilih menjadi Pengurus dan Pengawas. c. Untuk menelaah pembuktian Koperasi pada waktu kantor dibuka.

d. Untuk memberi saran-saran dan pendapat guna perbaikan Koperasi baik dalam Rapat Anggota maupun di luar Rapat kepada Pengurus.

e. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan Anggaran Dasar. f. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota.


(22)

g. Memperoleh pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) sesuai dengan simpanan dan jasa usaha.

h. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi.

C. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Penyelengaraan Angkutan Umum Tanggung jawab perusahaan pengangkutan umum terhadap penumpang dimulai sejak diangkutnya penumpang sampai di tempat tujuan yang telah disepakati. Demikian juga halnya dengan tanggung jawab pemilik barang (pengirim) dimulai sejak barang diterima untuk diangkut sampai diserahkannya barang kepada pengirim atau penerima. Besarnya ganti kerugian adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh penumpang, pengirim barang atau pihak ketiga. Kerugian secara nyata ini adalah ketentuan kontrak yang tidak boleh dilanggar oleh pengangkut yang menguntungkannya. Karena ketentuan ini bersifat memaksa (dwingen recht). Tidak termasuk dalam pengertian kerugian yang secara nyata diderita, antara lain:

a) Keuntungan yang diharapkan akan diperoleh

b) Kekurangnyamanan akibat kondisi jalan atau jembatan yang dilalui selama dalam perjalanan.

c) Biaya atas pelayanan yang sudah dinikmati.37

Pengemudi dan pemilik kendaraan bertangggung jawab terhadap kendaraan berikut muatannya yang ditinggalkan dijalan. Ini dapat diartikan jika muatan (penumpang dan barang) yang ditinggalkan di jalan itu menderita

37Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan di Laut Perspektif Teori dan Praktek, Pustaka


(23)

kerugian, pengemudi dan pemilik kendaraan wajib membayar ganti kerugian bersama-sama (tanggung renteng).

Secara hukum, perusahaan pengangkutan umum tetap bertanggung jawab membayar ganti kerugian karena pengemudi adalah karyawan perusahaan pengangkutan umum. Akan tetapi, bukan berarti pengemudi dibebaskan begitu saja dari tanggung jawab akibat kesalahan/kelalaiannya. Dalam hal ini, pengemudi dapat membayar ganti kerugian langsung kepada penumpang atau pemilik barang atau membayar kepada perusahaan pengangkutan umum untuk dibayarkan kepada penumpang dan/atau pemilik barang yang dirugikan.

Pengangkut berwenang melalui pengemudi untuk menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut di tempat pemberhentian terdekat apabila ternyata penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan pengangkutan. Pertimbangan yang digunakanuntuk dapat menurunkan penumpang atau barang yang diangkut benar-benar harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan norma kepatutan, misalnya:38

a) Dalam hal melakukan keributanatau kejahatan dalam kendaraan sehingga penumpang lain terganggu kenyamanannya atau terancam keselamatannya walaupun telah diperingatkan secara patut;

b) Barang yang diangkut ternyata berbahaya, misalnya petasan, gas beracun;


(24)

c) Barang yang diangkut dapat mengganggu kenyamanan penumpang misalnya berbau busuk, berair, ataupun membuat penumpang mabuk.

Perusahaan memiliki tanggung jawab sebagai berikut, dalam hal terjadi: a) Kecelakaan

Tanggung jawab dan sistem tanggung jawabnya diatur dalam Pasal 192 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu: perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan. Kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan penumpang. Kerugian yang menjadi tanggung jawab perusahaan angkutan umum adalah kerugian yang nyata-nyata dialami atau bagian biaya pelayanan, tanggung jawab ini dimulai sejak penumpang diangkut dan berakhir di tempat tujuan yang telah disepakati oleh penumpang berdasarkan perjanjian pengangkutan antara penumpang dan perusahaan pengangkutan. Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian barang bawaan penumpang kecuali jika penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengangkut.39

Empat hal tanggungjawab yang sekaligus diatur, yaitu:

1) Tanggung jawab perusahaan angkutan umum untuk mengganti kerugian. 2) Ganti kerugian tersebut diberikan kepada penumpang yang meninggal

dunia atau akibat luka-luka.

39Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api), Penerbit Universitas Trisakti,


(25)

3) Kerugian terjadi akibat penyelenggaraan angkutan.

4) Dikaitkan dengan teori prinsip tanggung jawab di bidang angkutan, maka sistem tanggung jawab yang dianut adalah Presumption of Liability.hal ini dapat diketahui dari kalimat ... “kecuali terbukti oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan penumpang”. Berdasarkan sistem tanggung jawab Presumption of Liability, perusahaan angkutan umumlah yang harus membuktikan adanya kerugian yang diderita penumpang, sehingga menyebabkan penumpang meninggal atau luka.

Akan tetapi, dalam sistem ini, perusahaan angkutan umum dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya untuk membayar ganti kerugian, jika perusahaan angkutan dapat membuktikan salah satu dari suatu hal, yaitu: 1. Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari

atau overmacht atau force Majeure: 2. Karena kesalahan penumpang sendiri.40

b) Kehilangan, kerusakan, dan cacat pada barang

Tanggung jawab pengangkut terhadap pengirim barang. Tanggung jawab dan sistem tanggung jawab perusahaan angkutan umum diatur dalam Pasal 193 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu: perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena musnahnya barang, hilang atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa


(26)

musnah, hilang atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim.

Batas jumlah ganti kerugian yang harus dibayarkan oleh perusahaan angkutan kepada pengirim yang barangnya musnah, hilang, atau rusak, ditentukan dalam pasal 193 ayat (2), yaitu dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami. Tanggung jawab perusahaan dimulai sejak barang diangkut sampai barang diserahkan di tempat tujuan yang disepakatinya.

Tanggung jawab pengangkut terhadap orang yang dipekerjakannya diatur dalam Pasal 191 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakannya dalam kegiatan penyelenggaraan pengangkutan.

Ketentuan ini sama dengan ketentuan umum yang terdapat dalam Pasal 1367 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Untuk angkutan jalan, maka yang diberlakukan adalah Pasal 191, karena berlaku adagium lex specialis derogate lex generalis.

Baik ketentuan Pasal 191 maupun Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata, menegaskan bahwa perusahaan angkutan umum perusahaan angkutan umum bertanggung jawab secara perdata untuk memberikan ganti kerugian kepada penumpang, kepada pengirim barang, maupun terhadap pihak ketiga yang


(27)

diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakannya dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan. Orang yang dipekerjakan disini adalah awak kendaraan, seperti pengemudi, pengemudi cadangan, kondektur, dan pembantu pengemudi.

Misalnya seseorang karena kelalaiannya menyebabkan penumpang mengalami luka-luka, bahkan meninggal atau rusaknya barang-barang yang diangkut, atau menyebabkan kerugian harta benda maupun jiwa pihak ketiga, maka terhadap peristiwa tersebut, pengangkut bertanggung jawab secara perdata atas tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh penumpang atau ahli warisnya atau pengirim barang atau pihak ketiga. Sedangkan terhadap supir hanya dikenakan tuntutan secara pidana karena menyebabkan luka atau meninggalnya seseorang. Jadi supir tidak dapat dituntut secara perdata, karena secara tegas sudah diatur dalam ketentuan umum Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata maupun ketentuan khusus Pasal 191. Hal ini juga disebabkan karena sifat hubungan hukum antara perusahaan pengangkutan umum dengan supirnya adalah bersifat perjanjian perburuhan yang menimbulkan hubungan hukum atas dan bawah, tidak sejajar dan bersifat perjanjian pemberian kuasa tanpa upah. Tanpa upah karena upahnya dalam perjanjian perburuhan.

Akan tetapi ketentuan yang terdapat dalam Pasal 191 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata betentangan dengan ketentuan Pasal 234 ayat (1) yang menyebutkan: “Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh


(28)

penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi”.

Pihak ketiga dalam ayat ini adalah orang yang berada di luar kendaraan bermotor, atau instansi yang bertanggung jawab di bidang jalan serta sarana dan prasarana lalu intas dan angkutan jalan. Yang dimaksud dengan “bertanggungjawab” dijelaskan dalam penjelasan Pasal 234 ayat 1 adalah pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkat kesalahan akibat kelalaian.

Ketentuan ini berdasarkan Pasal 234 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tidak berlaku jika:

1) Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau diluar kemampuan pengemudi, keadaan memaksa termasuk keadaan yang secara teknis tidak mungkin dielakkan oleh pengemudi, seperti gerakan orang dan/atau hewan secara tiba-tiba.

2) Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga dan/atau; 3) Disebabkan oleh gerakan orang dan/atau hewan walaupun diambil

tindakan pencegahan.

Selanjutnya dalam pasal 235 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ditentukan:

1) Jika korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, pengemudi pemilik kendaraan bermotor, dan atau perusahaan angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris dan korban berupaya biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman dengan tindak menggugurkan tuntutan perkara pidana.

2) Jika terjadi cidera terhadap badan atau kesehatan korban akibat kecelakaan lalu intas sebagaimana dimaksud dalam pasal 229 ayat (1) huruf b dan huruf c, pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan atau perusahaan angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada korban berupa biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.

Yang dimaksud dengan “membantu berupa biaya pengobatan” diatur dalam penjelasan pasal 229 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yaitu berupa


(29)

biaya yang diberikan kepada korban, termasuk pengobatan dan perawatan atas dasar kemanusiaan (penjelasan pasal).

a. Kecelakaan lalu lintas ringan b. Kecelakaan lalu lintas sedang c. Kecelakaan lalu lintas berat

Pengemudi dalam Pasal 234 UU No. 22 Tahun 2009 tersebut dapat mempunyai arti:

1) Pengemudi selaku supir pribadi, yitu orang yang dipekerjakan oleh pemilik kendaraan;

2) Pengemudi selaku pemilik kendaraan motor pribadi;

3) Pengemudi selaku awak kendaraan yang dipekerjakan oleh perusahaan angkutan umum.

Dalam ketentuan Pasal 229 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas dapat digolongkan atas:

a) Kecelakaan lalu lintas ringan; b) Kecelakaan lalu lintas sedang; c) Kecelakaan lalu lintas berat.

Ketentuan pasal 229 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas ringan adalah kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan atau barang. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang. Kecelakaan lalu lintas


(30)

berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, kelalaian kendaraan, serta kelalaian jalan dan/atau lingkungan.

Sebagai pelaksanaan Pasal 239 ayat (2) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengatur bahwa Pemerintah membentuk perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu pemerintah mempunyai PT. Jasa Raharja (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tugas dan fungsinya ada 2 (dua) yaitu:

1. Memberikan santunan atas kejadian kecelakaan pada korban kecelakaan lalu lintas darat, laut, udara, dan penumpang kendaraan umum.

2. Menghimpun dana pajak kendaraan bermotor melalui Samsat yang mana dana itu nantinya untuk membayar santunan.

Adapun cara memperoleh santunan adalah sebagi berikut: a. Menghubungi kantor Jasa Raharja terdekat

b. Mengisi formulir pengajuan dengan melampirkan:

 Laporan polisi tentang kecelakaan Lalu Lintas dari Unit Laka Satlantas Polres setempat dan atau dari instansi berwenang lainnya.

 Keterangan kesehatan dari dokter / RSyang merawat.  KTP / identitas korban / ahli waris korban.


(31)

 Formulir pegajuan diberikan Jasa Raharja secara cuma-cuma.

Untuk memperoleh dana santunan caranya adalah dengan mengisi formulir yang disediakan secara cuma-cuma oleh PT. Asuransi kerugian Jasa Raharja (Persero), yaiyu:

1. Formulir model K1 untuk kecelakaan ditabrak kendaraan bermotor dapat diperoleh di Polres dan Kantor Jasa Raharja terdekat.

2. Formulir K2 untuk kecelakaan penumpamg umum dapat diperoleh di Kepolisian/Perumka/Syahbandar laut/Bandar Udara dan Kantor Jasa Raharja terdekat.

Dengan cara pengisian formulir sebagai berikut:

a. Keterangan identitas korban/ahli waris diisi oleh yang mengajukan dana santunan.

b. Keterangan kecelakaan lalu lintas diisi dan disahkan oleh Kepolisian atau pihak yang berwenang lainnya.

c. Keterangan kesehatan/keadaan korban diisi dan disahkan rumah sakit/dokter yang merawat korban.

d. Apabila korban meninggal dunia, tentang keabsahan ahli waris diisi dan disahkan oleh pamong praja/lurah/camat

Dalam hal korban meninggal dunia, maka santunan meninggal dunia diserahkan langsung kepada ahli waris korban yang sah, adapun dimaksud ahli waris adalah:


(32)

2. Dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah, kepada anak-anaknya yang sah

3. Dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah dan anak-anaknya yang sah, kepada Orang Tuanya yang sah

4. Dalam hal korban meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris, kepada yang menyelenggarakan penguburannya diberikan penggantian biaya-biaya penguburan.41

Terdapat hal-hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965 mengatur:

1. Korban yang berhak atas santunan yaitu setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan. 2. Jaminan Ganda. Kendaraan Bermotor Umum (bis) berada dalam kapal,

apabila kapal ferry dimaksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis yang menjadi korban diberian jaminan ganda.

3. Korban yang mayatnya tidak ditemukan. Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak ditemukan dan atau hilang didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri.

b. Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965 mengatur:

1. Korban yang Berhak atas Santunan, adalah pihak ketiga yaitu:

a) Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang menimbulkan kecelakaan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan tersebut, contoh: pejalan kaki ditabrak kendaraan bermotor. b) Setiap orang yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor

dan ditabrak, dimana pengemudi kendaraan bermotor yang ditumpangi dinyatakan bukan sebagai penyebab kecelakaan,


(33)

termasuk dalam hal ini para penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor pribadi.

2. Tabrakan Dua atau Lebih Kendaraan Bermotor

a) Apabila dalam laporan hasil pemeriksaan Kepolisian dinyatakan bahwa pengemudi yang mengalami kecelakaan merupakan penyebab terjadinya kecelakaan, maka baik pengemudi maupun penumpang kendaraan tersebut tidak terjamin dalam UU Nomor 34/1964 Jo PP No. 18/1965.

b) Apabila dalam kesimpulan hasil pemeriksaan pihak kepolisian belum diketahui pihak-pihak pengemudi yang menjadi penyebab kecelakaan dan atau disamakan kedua pengemudinya sama-sama sebagai penyebab terjadinya kecelakaan, pada prinsipnya sesuai dengan ketentuan UU No 34/1964 jo PP No. 18/1965 santunan belum dapat diserahkan atau ditangguhkan sambil menunggu Putusan Hakim/Putusan Pengadilan.

3. Kasus tabrak lari terlebih dahulu dilakukan penelitian atas kebenaran kasus terjadinya.

4. Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Kereta Api

a) Berjalan kaki di atas rel atau jalanan kereta api dan atau menyebrang sehingga tertabrak kereta api serta pengemudi/penumpang kendaran bermotor yang mengalami kecelakaan akibat lalu lintas perjalanan kereta api, maka korban terjamin UU No 34/1964.


(34)

b) Pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang dengan sengaja menerobos palang pintu kereta api yang sedang difungsikan sebagaimana lazimnya kereta api akan lewat, apabila tertabrak kereta api maka korban tidak terjamin oleh UU No 34/1964.

Besarnya santunan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.36/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 adalah sebagai berikut: No Sifat Cidera Santunan sesuai PMK No.

36/PMK.010/2008 1 Meninggal Dunia Rp. 25.000.000,- 2 Luka-Luka Rp. 10.000.000,- 3 Cacat Tetap Rp. 25.000.000,- 4 Biaya Penguburan

(apabila tidak ada ahli waris)

Rp. 25.000.000,-

Tabel 1. Santunan Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas

Namun, pemberian hak pada korban tersebut tidak mengenal batas waktu (kadaluarsa) atau pengecualian. Hak santunan menjadi gugur/kadaluwarsa jika:

a. Permintaan diajukan dalam waktu lebih 6 bulan setelah terjadinya kecelakaan.


(35)

b. Tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah hak dimaksud disetujui oleh jasa raharja.42

Beberapa pengecualian yang dimaksud, yaitu:

1. Dalam hal kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan

a. Jika korban atau ahli waris nya telah memperoleh jaminan berdasarkan UU No.33 atau 34/1964

b. Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan lain pada pihak korban atau ahli waris

c. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu korban sedang dalam keadaan mabuk atau tak sadar, melakukan perbuatan kejahatan ataupun diakibatkan oleh atau terjadi karena korban memiliki cacat badan atau keadaan badaniah atau rohaniah biasa lain.

2. Dalam hal kecelakaanyang terjadi tidak mempunyai hubungan dengan resiko kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan

a. Kendaraan bermotor penumpang umum yang bersangkutan sedang dipergunakan untuk turut serta dalam suatu perlombaan kecakapan atau kecepatan.

b. Kecelakaan terjadi pada waktu di dekat kendaraan bermotor penumpang umum yang bersangkutan ternyata ada akibat gempa bumi atau letusan gunung berapi, angia puyuh, atau sesuatu gejala geologi atau meteorolgi lain.

42Peraturan Menteri Keuangan RI No.36/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 diunduh pada


(36)

c. Kecelakaan akibat dari sebab yang langsung atau tidak langsung mempunyai hubungan dengan bencana, perang, atau sesuatu keadaan perang lainnya, penyerbuan musuh, sekalipun Indonesia tidak termasuk dalam negara-negara yang turut berperang, pendudukan atau perang saudara, pemberontakan, huru hara, pemogokan dan penolakan kaum buruh, perbuatan sabotase, perbuatan terror, kerusuhan atau kekecauan yang bersifat politik atau bersifat lain.

d. Kecelakaan akibat dari senjata-senjata perang.

e. Kecelakaan akibat dari sesuatu perbuatan dalam penyelenggaraan sesuatu perintah, tindakan atau peraturan dari pihak ABRI atau asing yang diambil berhubung dengan sesuatu keadaan tersebut di atas, atau kecelakaan yang disebabkan dari kelalaian seperti tersebut di atas.

f. Kecelakaan yang diakibatkan oleh alat angkutan penumpang umum yang dipakai atau dikonfliksi atau direkuisisi atau disita untuk tujuan tindakan angkatan bersenjata seperti disebut di atas.

g. Kecelakaan yang diakibatkan oleh angkutan penumpang umum yang khusus dipakai oleh atau untuk tujuan-tujuan tugas angkatan bersenjata.


(37)

3. Kecelakaan tunggal tidak ada lawan sehingga tidak ada yang menjamin, karena sebetulnya jika kecelakaan 2 kendaraan bermotor yang 1 mendapat santunan (pihak yang tidak bersalah) dan yang 1 (pihak yang bersalah) tidak mendapatkan secara otomatis melainkan kebijakan Direksi. Hal ini yang tidak banyak diketahui masyarakat sehingga masyarakat berasumsi bahwa kecelakaan 2 kendaraan bermotor, kedua-duanya mendapat santunan.43

Menurut pasal 1367 KUHPerdata yang sesuai dengan Pasal 523 KUHD, mengenai pengangkutan orang di laut, seorang pengusaha bertanggung jawab atas akibat-akibat perbuatan melawan hukum atau kelalaian-kelalaian pegawai atau buruh bawahannya, misalnya: bila seorang supir, karena kelalaiannya mobilnya membentur mobil orang lain, sehingga beberapa penumpang menderita luka-luka. Mengenai peristiwa ini pengusaha yang menjadi atasan sopir yang lalai tersebut bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh penumpang maupun pemilik mobil yang dibentur.

Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena pebuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.”

43Masriadam.blogspot.co.id/2012/10/perlindungan-hukum-korban-kecelakaan.html?m=1.,


(38)

Pasal 523 KUHD berbunyi: “Si pengangkut harus menanggung terhadap segala perbuatan dari mereka yang diperkerjakannya, dan terhadap segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut.”44

Pengusaha pengangkutan dengan kendaraan bermotor umum bertanggung jawab terhaap kerugian-kerugian yang diderita oleh penumpang dan kerusakan-kerusakan barang yang berada dalam kendaraan tersebut, kecuali bila dia dapat membuktikan bahwa kerugian itu terjadi di luar kesalahannya atau kesalahan buruh-buruhnya. Tetapi tanggung jawab itu tidak ada, bila kerusakan atau kerugian tersebut terjadi karena tidak sempurnanya bungkusan (verpakking) barang yang diangkut dan hal itu telah diberitahukan oleh pengangkut kepada pengirim sebelum pengangkutan dimulai (pasal 24 ULL).

Pada saat seseorang menjadi penumpang sah dari kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat udara atau kapal dari perusahaan bermotor umum, kereta api, pesawat udara atau kapal dari perusahaan pengangkutan nasional, dia wajib membayar iuran (premi) pertanggungan wajib kecelakaan penumpang melalui pengusaha/pemilik kendaraan yang bersangkutan (pasal 3 ayat (1), huruf a UU No.33 tahun 1964). Pada saat itu, penumpang yang bersangkutan tidak hanya menutup perjanjian pengangkutan saja, tetapi sekaligus juga menutup perjanjian pertanggungan wajib kcelakaan penumpang. Sifat “wajib” di sini menunjukkan unsur dari Pemerintah. Unsur paksaan ini tertuju pada adanya sistem jaminan sosial. Unsur paksaan ini bila sudah menjadi kebiasaan, tidak terasa lagi,

44HMN. Purwusutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2001)


(39)

sebaliknya tujuan paksaan ini tercapai, yakni suatu sistem jaminan sosial dalam masyarakat Indonesia.45

Telah dikatakan di atas bahwa penumpang paa saat yang sama menutup perjanjian pengangkutan dan perjanjian pertanggungan. Dalam hal menutup perjanjian pertanggungan, penumpang bertindak sebagai tertanggung, sedang yan bertindak sebagai penanggung adalah perum asuransi kerugian Jasa Raharja (pasal 8 PP 17/65). Kewajiban tertanggung ialah membayar iuran (premi) kepada penanggung dengan melalui pengusaha pengangkutan (Pasal 1 ayat (1), PP 17/65), sedangkan hak tertanggung ialah ganti kerugian, kalau dia menderita kecelakaan dalam pengangkutan, yakni:

a. bila penumpang mati, atau

b. penumpang mendapat cacat tetap akibat dari kecelakaan penumpang.

Kewajiban penanggung ialah memberi ganti kerugian kepada tertanggung (penumpang), bila dia mati atau mendapat cacat tetap akibat kecelakaan penumpang. Sedangkan hak penanggung ialah menerima premi dari tertanggung dengan melalui pengusaha pengangkutan yang bersangkutan.

Berbeda dengn pertanggungan biasa, yang sifatnya bebas bagi setiap orang untuk menutup perjanjian pertanggungan atau tidak, maka menutup perjanjian pertanggungan wajib kecelakaan pernumpang ini sifatnya mutlak bagi setiap penumpang kendaraan umum.

Istilah “ganti kerugian” bagi penumpang yang mati itu sesungguhnya tidak tepat, sebab hilangnya jiwa seseorang penumpang tidak dapat dinilai dengan uang,


(40)

jadi, tidak dapat diganti rugi dengan uang. Mengenai istilah “ganti rugi” bagi si mati tersebut saya lebih suka menggantinya dengan istilah “uang duka”.46

Akibat pembangunan lima tahun yang bertahap-tahap, maka di Indonesia sekarang tampak sekali bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, kereta api, pesawat terbang dan kapal, yang selanjutnya mengakibatkan juga bertambahnya kecelakaan-kecelakaan penumpang yang makin hari makin meningkat. Kecelakaan penumpang ini sebagai gejala sosial perlu mendapat perhatian dari Pemerintah. Dalam hal ini stu tindakan yang dapat diambil oleh Pemerintah ialah memperlunak penderitaan orang yang kena kecelakaan atau keluarganya, dengan cara memberi bantuan uang kepada si penderita atau keluarganya. Untuk itu perlu adanya suatu dana yang cukup besar. Dana ini dibentuk berdasar UU No 33 Tahun tentang “Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.”

Telah dikatakan di muka bahwa setiap penumpang kendaraan umum diharuskan membayar iuran kepada penanggung dari pertanggungan wajib kecelakaan penumpang, kecuali:

a. Penumpang kendaraan bermotor umum di dalam kota (pasal 3 ayat 1 huruf b, UU 33/64). Meskipun penumpang ini tidak membayar iuran, tetapi mereka ini dapat menikmati jaminan pertanggungan kecelakaan diri dan hak-hak yang bersangkutan (pasal 19 PP 17/65).

b. Penumpang kendaraan umum, selain dari yang tersebut diatas, yang dibebaskan dari pembayaran iuran (premi) berdasarkan peraturan pemerintah.


(41)

Pasal 19, PP 17/65 berbunyi sebagai berikut : “Penumpang kendaraan umum dalam kota, penumpang kereta api dalam kota, kereta api jalan lingkaran (ringbaan) dan kereta api jarak pendek, yakni kurang dari 50 km, dibebaskan dari iuran wajib dan selanjutnya.”

Pertanggungan itu bersifat wajib, maka tiap-tiap penumpang harus membayar iuran wajib itu dan untuk itu pengusaha/pemilik kendaraan berkewajiban memberikan tanda lunas, yang disebut “kupon pertanggungan”. Untuk ini, seorang petugas dari perusahaan pengangkutan atau petugas lain yang ditunjuk oleh Menteri (Keuangan) dapat menanyakan “kupon pertanggungan tersebut kepada setiap penumpang. Bila seorang penumpang tidak dapat membuktikan adanya “kupon pertanggungan” tersebut dia dapat didenda (pasal 6-pasal 21, PP 17/65).


(42)

BAB IV

KAJIAN DAMPAK HUKUM AKIBAT NAIK-TURUN NYA HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP REGULASI

KENAIKAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA KOPERASI ANGKUTAN UMUM (KPUM)

A. Analisis Dampak Hukum Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Regulasi Kenaikan Tarif Angkutan Umum

Sebelum kita membahas tentang dampak hukum kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap regulasi kenaikan tarif angkutan umum, ada baiknya untuk kita mengetahui terlebih dahulu apa itu BBM yang dikenal dengan minyak bumi. Minyak bumi atau dalam bahasa inggris yang lebih dikenal dengan potreleum dari bahasa latin petrus yang berarti karang dan oleum yang berarti minyak. Minyak bumi berasal dari fosil yang sudah terpendam selama berjuta-juta tahun yang terdapat pada kerak bumi. Berdasarkan data dari organisasi dunia perminyakan (OPEC) ada beberapa negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia antara lain:

1. Arab Saudi 2. Rusia

3. Amerika Serikat (untuk kepentingannya sendiri) 4. Iran

5. Meksiko

6. Republik Rakyat China 7. Kanada


(43)

8. Norwegia 9. Uni Emirat Arab 10.Venezuela 11.Kuwait 12.Nigeria 13.Aljazair 14.Arab47

Negara Indonesia juga dikenal dengan salah satu penghasil minyak dunia, namun saat ini merupakan “salah satu negara pengimpor minyak” tersebut. Hal ini disebabkan karena setiap tahun produksi minyak Indonesia semakin berkurang, sedangkan pemakaian semakin bertambah akan konsumsi minyak atau BBM tersebut. Sehingga kenaikan harga minyak menjadi bahaya atau momok yang sangat menakutkan bagi NKRI.

Selama ini pemerintah harus mengeluarkan dana subsidi unuk BBM yang diambil dari APBN, sehingga kita dapat membeli BBM dengan murah akibat adanya subsidi BBM tersebut. Tetapi dengan naiknya harga minyak dunia pemerintah tidak dapat menjual BBM kepada masyarakat dengan harga yang sama dengan harga yang sebelumnya karena hal itu dapat menyebabkan pengeluaran APBN untuk subsidi BBM semakin tinggi, dan hal ini membuat kacaunya RAPBN yang telah dirumuskan oleh pemerintah sebelumnya. Maka pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM.


(44)

Terdapat empat faktor yang menyebabkan harga minyak naik pada saat ini antara lain:

1. Invasi Amerika kepada Irak, ini menyebabkan lading minyak di Irak tidak dapat berfungsi secara optimal sehingga supply minyak menurun.

2. Permintaan minyak yang cukup besar dari negara China dan India.

3. Badai Catrina dan badai Rita yang melanda daerah Amerika Serikat dan merusak kegiatan produksi yang berada di daerah teluk Meksiko.

4. Ketidakmampuan OPEC menstabilkan harga minyak dunia.

Naiknya harga minyak akan berdampak pada berbagai sektor, dari rumah tangga sampai industri dan transportasi. Naiknya BBM maka naik pula harga-harga pada beberapa hal yang berhubungan dengan BBM. Contoh antara lain naiknya harga:

a. Ongkos angkutan umum yang naik sekitar 20%-50%

b. Kebutuhan pokok harganya akan melonjak naik contohnya sembako c. Biaya berobat dirumah sakit akan naik

d. Karyawan atau buruh meminta gajinya dinaikkan dan menuntut tunjangan transportasi

e. Ongkos kirim pengiriman logistik naik

Hal-hal lain yang menjadi dampak atau pengaruh dari kenaikan harga BBM terhadap angkutan umum adalah:

a. Naiknya tarif angkutan umum b. Biaya operasional mobil naik


(45)

c. Terjadi nya kesenjangan ataupun dilema pasar setelah pemerintah menaikkan harga BBM, karena pemerintah tidak turut langsung ikut campur dalam menentukan tarif angkutan umum.48

Ad. a Naiknya tarif angkutan umum

Naiknya tarif angkutan umum dilakukan karena adanya kenaikan harga BBM. Kenaikan tarif angkutan umum dilakukan agar biaya pengeluaran dan pemasukan supir angkutan umum seimbang. Tarif angkutan umum otomatis naik apabila terjadinya kenaikan bahan bakar. Karena tidak ada acuan lain selain kenaikan harga BBM untuk menaikkan tarif angkutan umum.

Naiknya tarif angkutan umum ini, tidak dilakukan begitu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diumumkan. Naiknya tarif angkutan umum ini dengan waktu harga BBM diumumkan mempunyai jarak senggang waktu sekitar 1-2 minggu atau lebih. Karena pemerintah tidak melakukan pengumuman secara resmi seperti halnya dengan harga kenaikan BBM untuk tarif angkutan umum itu sendiri.

Ad. b Biaya Operasional Mobil Naik

Dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), biasanya hal ini akan mempengaruhi harga pasar. Pengaruh tersebut akan mengakibatkan harga pasar pun turut meningkat. Dan harga pasar yang meningkat tersebut berlaku pula untuk biaya operasional mobil itu sendiri seperti onderdill, harga ban, dan keperluan-keperluan operasional lainnya. Keadaan tersebut


(46)

sangatlah mempengaruhi bagian dari cara beroperasinya angkutan umum itu sendiri. Dengan naiknya harga operasional, maka pendapatan supir tentunya akan berkurang. Inilah yang menjadi salah satu dampak terhadap kenaikan harga BBM tersebut terhadap angkutan umum.

Ad.c Terjadinya Dilema Pasar

Dilema Pasar yang dimaksudkan disini adalah keadaan dimana pemerintah belum dapat mengambil keputusan akan kenaikan harga tarif angkutan umum sementara pemerintah sudah menetapkan kenaikan harga bahan bakar minyak atau disebut dengan BBM.

Dilema Pasar yang terjadi disini adalah kondisi dimana supir angkutan umum masih menjalankan ongkos tarif sebelum kenaikan bbm, sementara ia harus membayar bahan bakar dengan kenaikan harga bahan bakar minyak yang baru. Disinilah dilema itu terjadi dimana supir juga tidak dapat mengambil keputusan sendiri untuk menaikkan harga kenaikan ongkos.

Jadi, dilema ini adalah keadaan proses menunggu pengambilan keputusan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dalam menentukan harga tarif ongkos angkutan umum yang baru demi menyesuaikan antara jumlah pemasukan dan pengeluaran pendapatan supir angkutan umum. Karena disini pihak yang lebih banyak dirugikan yang sebenarnya adalah supir angkutan umum karena ia harus menanggung jumlah kenaikan harga bahan bakar tersebut dengan jumlah hasil pendapatan yang lama.


(47)

B. Akibat yang Dialami Penumpang Sebelum dan Sesudah kenaikan BBM Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan yang sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi langsung terkoreksi. Walaupun dampak kenaikan harga BBM tersebut sulit dihitung dalam gerakan kenaikan inflasi, tetapi dapat dirasakan dampak psikologis nya yang relatif kuat terlebih terhadap masyarakat kecil atau bagi penumpang angkutan umum. Dampak ini dapat menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat yang dapat mempengaruhi kenaikan harga berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi inflasi ini muncul karena pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut terpengaruh dengan kenaikan harga BBM dengan cara menaikkan harga barang-barang dagangannya. Dan biasanya kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat terjadi ketika isu kenaikan harga BBM mulai terdengar.

Akibat yang dialami penumpang sebelum terjadinya kenaikan BBM adalah:

1. Penumpang leluasa dalam menjalankan kegiatan atau aktivitas sehari-hari karena semuanya masih sesuai dengan kondisi

2. Daya beli masyarakat/penumpang masih tinggi, terlebih masyarakat dapat melakukan pemenuhan kebutuhan dengan tarif angkutan yang masih dapat dijangkau.


(48)

4. Perencanaan masyarakat/penumpang untuk dalam pemenuhan kebutuhan pokok tinggi

5. Masyarakat/penumpang mengalami hedonisme yang cukup tinggi dalam pemenuhan kebutuhan barang-barang mewah didalam kondisi perekonomian yang masih stabil.

Dampak kenaikan BBM bukan hanya berdampak signifikan terhadap tarif ongkos angkutan umum saja, akan tetapi akan berdampak pula kehidupan masyarakat. Dengan naiknya harga BBM, maka akan mengakibatkan naiknya tarif ongkos angkutan umum pula, ini juga akan menjadi patokan dalam naiknya semua kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari.

Keadaan yang dialami penumpang sesudah terjadinya kenaikan BBM adalah:

1. Penumpang enggan dalam melaksanakan aktivitas atau rutinitas yang menyangkut dengan kendaraan umum

2. Daya beli masyarakat/penumpang menurun

3. Tingkat ekonomi masyarakat/penumpang akan menurun

4. Masyarakat akan menjadi masyarakat yang lebih bijak dalam memenuhi pemenuhan kebutuhan karena semua kebutuhan akan mengalami peningkatan harga yang cukup tinggi

5. Masyarakat akan mengalami fase dimana keadaan ekonomi atau dikatakan dengan pendapatan sendiri akan menurun dari jumlah angka pendapatan sebelum kenaikan BBM


(49)

6. Tingkat kemiskinan di negara Indonesia akan semakin meningkat, karena apabila benar melakukan kebijakan tersebut, dipastikan banyak masyarakat/penumpang yang akan mengalami PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan akan memunculkan semakin banyaknya pengangguran.

7. Harga kebutuhan pokok akan mengalami kenaikan yang drastis.

8. Tingkat kriminalitas akan semakin bertambah dikarenakan masyarakat kalangan menengah ke bawah banyak yang terdesak dan bingung bagaimana cara mereka mendapatkan kebutuhan hidup. Seperti yang dapat kita lihat akan banyak terjadi perampokan pula di dalam angkutan umum. 9. Akan terjadi kerusuhan dimana-mana karena semua golongan seperti

mahasiswa, ormas, serikat rakyat akan mengadakan demo untuk menyampaikan aspirasi mereka agar permasalahan BBM ini dapat diperbaiki.49

C. Langkah yang Ditempuh Pemerintah Dalam Mengatasi Dampak dari Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Regulasi Tarif Angkutan Umum

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan alamnya membentang yang meliputi sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan juga yang tidak dapat diperbaharui. Para pendiri bangsa (founding fathers) ketika merumuskan negara UUD 1945 menyadari betul potensi kekayaan alam Indonesia. Oleh karena itu, dalam konstitusi secara khusus pasal

49http://ikhwanbukhari.blogspot.com/2012/12/makalah-dampak-kenaikan-harga-bahan.html,


(50)

33 UUD 1945 ayat 3 dinyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Artinya, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki negara ini harus benar-benar dikelola negara dengan sebaik-baiknya agar dapat dinikmati oleh segenap masyarakat dan bukan hanya segelintir orang.

Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan biaya eknomi dari BBM dengan perekonomian global. Meskipun perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan perekonomian dunia, akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan. Dengan berkembangnya kontroversi yang ada terhadap kenaikan harga BBM tersebut, pemerintah berusaha mengetahui dampak langsung peristiwa kenaikan BBM terhadap kondisi masyarakat kecil di Indonesia. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupaka komoditas yang emmegang peranan yang sangat vital dalam semua aktivitas eknomi, dengan kenaikan BBM tersebut akan memperberat beban hidup masyarakat dan berdampak menurunnya daya beli masyarakat secara keseluruhan.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) selalu menjadi kegaduhan politik dan kontroversi di Indonesia, jika rata-rata usia berdirinya Negara kesatuan Republik Indonesia setiap 1,5 tahun harga BBM selalu naik.


(51)

Kenaikan harga BBM dari Presiden Soekarno hingga SBY:

NO PRESIDEN JUMLAH

KENAIKAN BBM

JUMLAH PENURUNAN HARGA BBM

1. Ir. Soekarno 12 kali -

2. Soeharto 18 kali -

3. B.J. Habibie - -

4. Abdurachman Wahid 1 kali -

5. Megawati Soekarnoputri 2 kali - 6. Susilo Bambang

Yudhoyono

3 kali 3 kali

7. Joko Widodo 1 kali 2 kali

Tabel 2. Data diproses dari www.academia.edu.com Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Kenaikan BBM yang Mengakibatkan Lonjaknya Harga Pangan serta Mempengaruhi Masyarakat

Kecil.”

Kenaikan harga BBM ditempuh untuk mengurangi beban subsidi yang sangat besar dalam Anggaran Belanja Negara dan alokasi BBM akan dialihkan menjadi alokasi bagi rakyat miskin. Banyak defenisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu dan persoalan disusun (constructed) dan didefenisikan dan bagaimana kesemuanya itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik.

Thomas Dye menyatakan bahwa “kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not to do). Kebijakan dari Pemerintahlah yang dapat dianggap kebijakan yang resmi dan dengan demikian mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya. Dalam dimensi


(52)

lingkungan yang dikenai kebijakan, pengertian publik di sini adalah masyarakat.”50

James Anderson mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan, seperti berikut:

1. Public policy is purposive, goal-oriented behavior rather than random or chance behavior. Setiap kebijakan mesti ada tujuannya. Artinya, pembuatan suatu kebijakantidak boleh sekedar asal buat atau karena kebetulan ada kesempatan membuatnya. Bila tidak ada tujuan, tidak perlu ada tujuan.

2. Public policy consistof courses of action rather than separate, discrete decision or actions performed by government officials. Maksudnya, suatu kebijakan tidak berdiri sendiri, terpisah dari kebijakan lain, tetapi berkaitan dengan berbagai kebijakan dalam masyarakat, dan berorientasi pada pelaksanaan, iterpretasi dan penegakan hukum. 3. Policy is what government do not what they say will do or what they

intend to do. Kebijakan adalah apa yang dilakukan pemerintah, bukan apa yang ingin atau diniatkan akan dilakukan pemerintah.

4. Public policy may be either negative or positive. Kebijakan dapat berbentuk negative atau melarang dan jug dapat berupa pengarahan untuk melaksanakan atau menganjurkan.

5. Public policy is based on law and is authoritative. Kebijakan didasarkan pada hukum, karena itu memiliki kewenangan untuk memaksa masyarakat untuk mematuhinya.

Sebagai sebuah sistem yang terdiri dari sub-sistem atau elemen.51 komposisi dari kebijakan dapat dilihat dari dua perspektif: dari proses kebijakan dan dari struktur kebijakan.

Ada beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diambil pemerintah dalam upaya kenaikan Bahan Bakar Minyak:

a) Sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak, pemerintah seharusnya berupaya untuk meningkatkan produksi minyak nasional dengan perbaikan iklim investasi di sektor pertambangan minyak sehingga

50wiboworizky.blogspot.co.id”dampak kenaikan hargaBBM” diakses pada 31 Mei 2016 51Ibid.,


(53)

mampu penggairahkan kegiatan eksplorasi dan eksplitasi minyak bumi

b) Untuk meningkatkan kepercayaan publik, pemerintah seharusnya melakukan pembenahan dan audit Pertamina

c) Upaya untuk menolong dunia usaha yang kian terpuruk akibat kenaikan BBM, maka pemerintah dapat melakukan: penghapusan ekonomi biaya tinggi, penghapusan bebagai pungutan resmi maupun tidak resmi, penyederhanaan rantai perijinan.

d) Pemerintah harus bersikap dan bertindak tegas terhadap pengusaha yang menggeser kenaikan harga BBM dengan menaikkan harga secara tidak wajar dan tidak didukung data yang kuat.

e) Kenaikan kebutuhan bahan pokok dapat meningkatkan kemiskinan secara tajam, oleh karena itu pemerintah seharusnya mampu mengendalikan harga kebutuhan pokok ditingkat yang wajar sehingga tidak memberatkan kalangan konsumen miskin dan kalangan petani sebagai produsen. f) Pengalihan subsidi BBM ke subsidi langsung sebaiknya

diarahkan kearah kegiatan yang bersifat produktif, jangka panjang,, berkelanjutan, dan mampu meningkatkan kapasitas modal manusia seperti program padat karya, pengembangan usaha kecil menengah, pendidikan dasar dan kesehatan.


(54)

g) Raskin dan Subsidi Tunai Langsung secara masif seperti saat ini harus diposisikan sebagai Jaring Pengaman Sosial yang bersifat emergency dan sementara Subsidi Langsung Tunai untuk selanjutnya seharusnya diberikan kepada keompok usia non-produktif diatas 60 tahun yang miskin sebagai Jaminan Sosial sedangkan kelompok miskin usia produktif diarahkan untuk berusaha dan bekerja.

h) Walaupun pencabutan subsidi BBM secara teori ekonomi memiliki argumentasi yang kuat, pemerintah juga harus memperhatikan faktor sosial dan politik akibat pencabutan subsidi BBM.

Sedangkan langkah yang ditempuh pemerintah sendiri dalam mengatasi dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap regulasi tarif angkutan umum adalah dengan:

a. Pemerintah mengadakan rapat dimana fungsi dari rapat ini adalah guna untuk mengambil keputusan tentang kenaikan tarif ongkos angkutan umum

b. Rapat tersebut dihadiri oleh pihak swasta, pihak organda, himpunan penggguna jasa angkutan umum, beserta dengan walikota

c. Didalam rapat tersebut masing-masing pihak yang menghadiri rapat itu menyatakan jumlah yang diinginkan dalam menaikkan ongkos tarif angkutan umum


(55)

d. Biasanya di dalam setiap rapat, pihak swasta menginginkan harga ongkos tarif angkutan yang melambung tinggi guna menyamakan kenaikan harga BBM, sementara pihak himpunan pengguna jasa angkutan umum menghendaki kenaikan harga ongkos tarif angkutan yang rendah

e. Disinilah Pemerintah berperan penting dalam menengahi dan mengambil jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak yang saling berkepentingan satu sama lain ini

f. Pemerintah yang dapat mengambil keputusan ini adalah pihak Pemerintah yang diwakilkan langsung oleh Walikota dan rapat nya pun dilaksanakan pada kantor Walikota

g. Selanjutnya Pemerintah mengeluarkan surat keputusan serta mengumumkan nya ke khalayak agar tidak terjadi kesimpangsiuran antara penumpang dan supir angkutan umum.52


(56)

BAB V PENUTUP

A.KESIMPULAN

1. Dampak hukum dari kenaikan harga BBM terhadap tarif angkutan umum menimbulkan naiknya ongkos tarif angkutan umum sekitar 20%-50% dari harga sebelumnya. Hal ini menyebabkan dampak kenaikan pada harga kebutuhan pokok masyarakat serta biaya operasional mobil juga ikut meningkat. Kesenjangan ataupun dilema pasar terjadi setelah pemerintah menaikkan harga BBM, karena pemerintah tidak membuat ketentuan tarif angkutan umum yang benar setelah menetapkan kebijakan harga BBM.

2. Akibat utama yang ditimbulkan dari dampak hukum tersebut

terhadap penumpang adalah penumpang enggan dalam

melaksanakan aktivitas atau rutinitas yang menyangkut dengan kendaraan umum. Hal lain yang terjadi adalah harga kebutuhan pokok mengalami peningkatan. Harga Kebutuhan pokok yang meningkat ini mengakibatkan berbagai kesenjangan ekonomi dan sosial di tengah

masyarakat. Dimana daya beli serta tingkat ekonomi

masyarakat/penumpang akan menurun dan mengakibatkan

masyarakat lebih bijak dalam memilih pemenuhan kebutuhan. Disamping itu kemiskinan di Indonesia akan semakin meningkat dan kebijakan tersebut menimbulkan pengangguran di tengah-tengah masyarakat. Dengan timbulnya kesenjangan ekonomi ini , kalangan menengah ke bawah banyak yang terdesak dan bingung untuk


(57)

memenuhi kebutuhannya dan melakukan tindakan kriminalitas seperti perampokan di dalam angkutan umum. Kerusuhan oleh demo yang dilakukan semua golongan seperti mahasiswa, ormas dan serikat rakyat juga terjadi untuk menyampaikan aspirasi mereka untuk menyelesaikan permasalahan BBM.

3. Pemerintah mengurangi ketergantungan impor minyak dan lebih

berupaya untuk meningkatkan produksi minyak nasional dengan menambah investasi di sektor pertambangan minyak untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi.

Pemerintah juga meningkatkan kepercayaan publik dengan

melakukan pembenahan serta audit BUMN Pertamina.

Banyak pengusaha yang menggunakan kesempatan kenaikan harga BBM dengan menaikan harga secara tidak wajar dan tidak didukung dengan data yang kuat. Perilaku ini membuat Pemerintah menindaklanjuti serta bertindak dengan memberikan sanksi yang tegas. Lalu Pemerintah juga melakukan penghapusan ekonomi biaya tinggi, berbagai pungutan resmi maupun tidak resmi, serta penyerdanaan rantai perijinan untuk membantu pengusaha yang sudah terpuruk akibat kebijakan BBM.

Pengalihan subsidi BBM ke subsidi langsung diarahkan ke arah kegiatan yang bersifat produktif, jangka panjang, berkelanjutan dan mampu meningkatkan kapasitas modal manusia seperti program padat karya, pengembangan usaha kecil menengah, pendidikan dasar


(58)

dan kesehatan. Raskin dan Subsidi Tunai Langsung secara masif seperti saat ini harus diposisikan debagai Jaringan Pengaman Sosial yang bersifat emergensi dan sementara Subsidi Langsung Tunai untuk selanjutnya seharusnya diberikan kepada kelompok usia non-produktif di atas 60 tahun yang miskin sebagai Jaminan Sosial sedangkan kelompok miskin usia produktif diarahkan untuk berusaha dan bekerja. Walaupun pencabutan subsidi BBM secara teori ekonomi

memiliki argumentasi yang kuat, pemerintah juga harus

memperhatikan factor sosial dan politik akibat pencabutan subsidi BBM.

B. SARAN

1. Kepada Pemerintah seharusnya Pemerintah dapat mengendalikan keadaan pasar pada saat Pemerintah siap untuk memberi kebijakan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dinaikkan. Agar pada saat naiknya harga BBM, masyarakat tidak menjadi resah akan pelonjakan harga yang terjadi disana-sini bukan hanya terhadap tarif ongkos angkutan umum saja.

2. Pemerintah seharusnya juga sudah mempersiapkan jumlah kenaikan tarif ongkos angkutan umum pada saat terjadinya kenaikan harga BBM. Agar tidak terjadi point “Dilema Pasar” yang dimaksud. Dimana seperti terjadi fase dimana supir angkutan umum menanggung kerugian sementara untuk kenaikan harga BBM karena tarif ongkos angkutan umum belum dapat dinaikkan begitu saja.


(59)

BAB II

KAJIAN UMUM TENTANG ANGKUTAN UMUM DAN TARIF A. Pengertian Pengangkutan dan Perjanjian Pengangkutan Pengertian

Pengangkutan

Kegiatan dari transportasi memindahkan barang (commodity of goods) dan penumpang dari satu tempat (origin atau port of call) ke tempat lain atau part of destination, maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahan/pengiriman barang-barangnya.10

Keberadaan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktifitas kehidupan manusia sehari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh pengangkutan. Bahkan salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan.11

Sedangkan pengertian angkutan menurut Undang Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

Angkutan adalah kegiatan pemindahan orang dan/barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan sarana (kendaraan)

10 Soegijatna Tjakranegara, S.H, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Jakarta, Rineka Cipta, 2003 hal.1


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sedalam-dalamya penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat dan rahmat-Nya, penulis masih diberikan kesehatan dan kesempatan serta kemudahan dalam mengerjakan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Adapun judul yang penulis angkat adalah KAJIAN YURIDIS MENGENAI DAMPAK HUKUM AKIBAT NAIK-NYA HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP REGULASI KENAIKAN TARIF ANGKUTAN UMUM (Studi Pada Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM)). Penulisan skripsi ini membahas tentang pengangkutan kargo mayat melalui pesawat udara. Dengan pokok pembahasan analisis dampak hukum kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap regulasi kenaikan tarif angkutan umum. Kemudian akibat yang dialami penumpang sebelum dan sesudah kenaikan BBM. Serta cara yang ditempuh pemerintah dalam mengatasi dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap regulasi tarif angkutan umum. Untuk memperoleh informasi dan data-data dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian ke Koperasi Pengangkutan Umum Medan sebagai objek dan penelitian.

Dalam penulisan ini penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu dengan segala


(2)

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. O.K Saidin, SH, M.Hum, sebagai Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, selaku Wakil DEkan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Prof. Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I, yang terlah banyak meluangkan waktu, tenaga serta pemikiran dalam membimbing penulis pada penulisan skripsi ini.

6. Ibu Rabiatul Syahriah, SH, M.Hum, sebagai Sekretaris Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Sinta Uli, SH, M.Hum, sebagai Ketua Program Kekhususan Dagang, Departemen Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(3)

8. Ibu Aflah, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM) sebagai tempat penuis dalam melakukan wawancara dan mengumpulkan data-data yang membantu penulisan skripsi ini.

10.Kedua orang tua penulis, Ayahanda Alm.Benfridius, SH dan Ibunda Risma Togi yang tercinta, yang telah mendidik dan membesarkan penulis serta memberikan dorongan moril, spiritual dan materil kepada penulis. Terima kasih kepada Ibu yang telah memberikan motivasi penuh dan inspirasi kepada penulis untuk menjalankan hidup agar terus menjadi lebih baik dan sukses selama ini.

11.Kepada kakak penulis, Yesi Mutiara Frima dan Mariana Yosephine Frima yang selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

12.Kepada sahabat tercinta penulis, Efa Hasibuan, Gracesilya Hana, Yosephine Iglessya, Emia Pepayosa, Rifki Tanjung, Chelsya Stepanie, Florence Permenta, yang selalu ada dan mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan selalu mendoakan penulis.

13.Kepada OMK Krispinus Viterbo Jatiyoso yang telah mendukung saya dengan dukungan moril serta doa yang diberikan hingga saya dapat


(4)

14.Kepada teman-teman Grup B angkatan 2012, teman-teman seperjuangan di Departemen Hukum Perdata Dagang, teman-teman seperjuangan penulis angkatan 2012, Fakultas Hukum Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Sukses untuk kita semua.

15.Kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat di sebutkan satu per satu. Terima kasih buat semua dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, segala daya upaya dalam mengoptimalkan penulisan ini sepenuhnya terbatas pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diterima dengan tangan terbuka demi kebaikan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merahmati kita semua.

Medan, 13 Juni 2016 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penulisan...7

D. Manfaat Penulisan...8

E. Keaslian Penulisan...8

F. Sistematika Penulisan...9

G. Metode Penelitian...11

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG ANGKUTAN UMUM DAN TARIF A. Pengertian Pengangkutan dan Perjanjian Pengangkutan...14

B. Jenis-Jenis, Asas-Asas, dan Tanggung Jawab Perjanjian Pengangkutan...22

C. Pengertian Tarif dan Pengaturannya dalam ...35

BAB III HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PELAKSANAAN KPUM A. Hak dan kewajiban KPUM dalam Pelaksanaan Penyelenggaraan Angkutan Umum...40

B. Hak dan Kewajiban Supir Angkutan Umum sebagai Pengangkut...44 C. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Penyelenggaraan Angkutan


(6)

BAB IV KAJIAN DAMPAK HUKUM AKIBAT NAIK-TURUN NYA

HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP

REGULASI KENAIKAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA KOPERASI ANGKUTAN UMUM (KPUM)

A. Analisis Dampak Hukum Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Regulasi Kenaikan Tarif Angkutan

Umum...80 B. Akibat yang dialami penumpang sebelum dan sesudah kenaikan BBM...85 C. Cara yang Ditempuh Pemerintah Dalam Mengatasi Dampak

dari Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Regulasi Tarif Angkutan Umum...87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...94 B. Saran...96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Surat Riset dari Fakultas Hukum USU

2. Surat Keterangan Riset di Kantor KPUM (Koperasi Pengangkutan Umum Medan)

3. Wawancara dengan Bapak Halason Rajagukguk selaku sekretaris I KPUM (Koperasi Pengangkutan Umum Medan)

4. Sejarah Perkembangan dan Keberadaan Koperasi Angkutan Umum Medan (KPUM)

5. Undang_Undang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KPUM berdasarkan Badan Hukum No. 2381/B.H/III Tgl 10 Februari 1964

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan