BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dampak hukum dari kenaikan harga BBM terhadap tarif angkutan umum
menimbulkan naiknya ongkos tarif angkutan umum sekitar 20-50 dari harga sebelumnya. Hal ini menyebabkan dampak kenaikan pada harga
kebutuhan pokok masyarakat serta biaya operasional mobil juga ikut meningkat. Kesenjangan ataupun dilema pasar terjadi setelah pemerintah
menaikkan harga BBM, karena pemerintah tidak membuat ketentuan tarif angkutan umum yang benar setelah menetapkan kebijakan harga BBM.
2. Akibat utama yang ditimbulkan dari dampak hukum tersebut
terhadap penumpang
adalah penumpang
enggan dalam
melaksanakan aktivitas atau rutinitas yang menyangkut dengan kendaraan umum. Hal lain yang terjadi adalah harga kebutuhan pokok
mengalami peningkatan. Harga Kebutuhan pokok yang meningkat ini mengakibatkan berbagai kesenjangan ekonomi dan sosial di tengah
masyarakat. Dimana
daya beli
serta tingkat
ekonomi masyarakatpenumpang
akan menurun
dan mengakibatkan
masyarakat lebih bijak dalam memilih pemenuhan kebutuhan. Disamping itu kemiskinan di Indonesia akan semakin meningkat dan
kebijakan tersebut menimbulkan pengangguran di tengah-tengah masyarakat. Dengan timbulnya kesenjangan ekonomi ini , kalangan
menengah ke bawah banyak yang terdesak dan bingung untuk
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kebutuhannya dan melakukan tindakan kriminalitas seperti perampokan di dalam angkutan umum. Kerusuhan oleh demo
yang dilakukan semua golongan seperti mahasiswa, ormas dan serikat rakyat juga terjadi untuk menyampaikan aspirasi mereka untuk
menyelesaikan permasalahan BBM. 3.
Pemerintah mengurangi ketergantungan impor minyak dan lebih berupaya untuk meningkatkan produksi minyak nasional dengan
menambah investasi di sektor pertambangan minyak untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi.
Pemerintah juga
meningkatkan kepercayaan
publik dengan
melakukan pembenahan serta audit BUMN Pertamina. Banyak pengusaha yang menggunakan kesempatan kenaikan
harga BBM dengan menaikan harga secara tidak wajar dan tidak didukung dengan data yang kuat. Perilaku ini membuat Pemerintah
menindaklanjuti serta bertindak dengan memberikan sanksi yang tegas. Lalu Pemerintah juga melakukan penghapusan ekonomi biaya
tinggi, berbagai pungutan resmi maupun tidak resmi, serta penyerdanaan rantai perijinan untuk membantu pengusaha yang
sudah terpuruk akibat kebijakan BBM. Pengalihan subsidi BBM ke subsidi langsung diarahkan ke arah
kegiatan yang bersifat produktif, jangka panjang, berkelanjutan dan mampu meningkatkan kapasitas modal manusia seperti program
padat karya, pengembangan usaha kecil menengah, pendidikan dasar
Universitas Sumatera Utara
dan kesehatan. Raskin dan Subsidi Tunai Langsung secara masif seperti saat ini harus diposisikan debagai Jaringan Pengaman Sosial
yang bersifat emergensi dan sementara Subsidi Langsung Tunai untuk selanjutnya seharusnya diberikan kepada kelompok usia non-
produktif di atas 60 tahun yang miskin sebagai Jaminan Sosial sedangkan kelompok miskin usia produktif diarahkan untuk berusaha
dan bekerja. Walaupun pencabutan subsidi BBM secara teori ekonomi memiliki
argumentasi yang
kuat, pemerintah
juga harus
memperhatikan factor sosial dan politik akibat pencabutan subsidi BBM.
B. SARAN