Landasan Epistemologi Vandana Shiva

77

b. Landasan Epistemologi Vandana Shiva

Pengetahuan merupakan hasil aktivitas rohani manusia pada saat memahami realitas. Konflik yang berujung pada ketidakadilan terkadang muncul ketika salah satu pihak merasa memiliki sarana untuk memperoleh pemahaman yang paling benar, paling baik dan paling valid terhadap realitas; sebaliknya pihak lain dipandang salah, buruk dan tidak absah. Di masyarakat terkadang ada yang memberi penghargaan secara tidak pada saat melakukan aktivitas memproduksi pengetahuan dengan cara memandang secara berat sebelah. Pengelolaan hutan secara ilmiah dipandang lebih bermutu karena berlandaskan pada sarana untuk memperoleh pengetahuan menggunakan rasio, sebaliknya pengelolaan hutan menggunakan kearifan lokal dipandang kurang bermutu karena hanya mendasarkan pada kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun. Proses memproduksi pengetahuan tidak pernah terbebas dari kepentingan ideologi. Pengetahuan memiliki energi yang dapat membentuk watak dan ciri khas kebudayaan. Pengetahuan dapat dipergunakan sebagai sarana untuk membudayakan dapat juga dipergunakan untuk memperdaya diri, sesama dan lingkungannya. Pengetahuan merupakan salah satu dasar kebudayaan manusia, untuk itu pengembangan pengetahuan harus berada pada jalur tanggungjawab budaya kultural Irmayanti Meliono, 2009:4. Shiva mengembangkan visi epistemologi berlandaskan pada rasa tanggungjawab kultural untuk menghentikan praktek penindasan. Segala bentuk pengetahuan yang berwatak kapitalisme-patriarkhi harus dirombak diganti dengan pengetahuan yang lebih berkeadilan gender dan ekologis. Perombakan dilakukan dengan cara mengevaluasi titik tolak kegiatan mengetahui sebagai langkah awal proses pengenalan. Shiva menolak titik tolak pandangan Francis Bacon tentang proses pengenalan pengetahuan. Semboyan Bacon yang terkenal “Science is power” dapat membuat aktivitas mengetahui mengarah pada proses menguasai. Konsep tersebut dapat mengakibatkan ilmu dipergunakan sebagai instrumen untuk melanggengkan, merebut ataupun membenarkan kekuasaan.Pengetahuan dipergunakan sebagai sarana untuk menundukkan satu dengan lain. Kegiatan mengenal yang ditujukan untuk menguasai dapat memunculkan logika dominasi sehingga berakhir dengan relasi penindasan. Kegiatan mengetahui supaya lebih manusiawi perlu dibakai dengan nilai-nilai feminimitas. 78 Shiva mengusulkan supaya nilai-nilai feminimitas dijadikan visi dasar bagi pengembangan epistemologi. Nilai-nilai feminimitas dijadikan titik tolak sekaligus diintegrasikan disaat melakukan kegiatan mencari pengetahuan. Pararel dengan pandangan Amatus Woi, menyatakan aktivitas mengetahui dan mengenal yang bersifat kreatif dan manusiawi adalah mengagumi, karena kekaguman merupakan ibu dari segala ilmu pengetahuan Amatus Woi, 2008:19. Nilai-nilai feminimitas seperti memelihara ,menjaga, merawat, berbagi dan bekerjasama, relasional, cinta, salidaritas dapat dijadikan dasar pengembangan epistemologi Rachmad Hidayat, 2006:31. Setiap kegiatan mengetahui hendaknya diikuti dengan komitmen moral untuk memelihara, menjaga, merawat, berbagi dan bekerjasama, cinta dan solider terhadap sesama dan alam. Penempatan prinsip-prinsip feminimitas dalam pengembangan pengetahuan menurut Shiva dapat menciptakan watak ilmu yang lebih ramah lingkungan, berkeadilan gender, tidak ekploitatif dan tidak reduksionis Vandana Shiva, 1987: 67-69. Proses integrasi nilai-nilai feminimitas dapat dilakukan dengan menyertakan perspektif feminis untuk memecahkan permasalahan ekologis. Nilai-nilai feminimitas ditempatkan sebagai bagian dari upaya mencari solusi terhadap permasalahan ekologi Dally Louis K, 1996., 89. Perspektif feminis digunakan sebagai arus utama pada saat melakukan proses pencarian , pengolahan mau evaluasi terhadap produk pengetahuan yang telah berhasil diketemukan. Cara kerja memperoleh pengetahuan dapat diimplementasikan di sektor kehutanan. Persoalan-persoalan yang ada di sektor kehutanan diproses secara reflektif, kritis, integral, komprehensif, radikal dan sistematis dengan mengikutsertakan pertimbangan nilai-nilai feminimitas. Pemecahan masalah kehutanan mendasarkan pertimbangan nilai patriarkhi akan menghasilkan pengetahuan yang bersifat dominatif- ekploitatif. Pemecahan masalah kehutanan yang mendasarkan pertimbangan nilai feminimitas akan menghasilkan pengetahuan yang selaras dengan azas konservasi.

c. Landasan Axiologis Vandana Shiva