Kelebihan Pandangan Vandana Shiv

90 pekerjaan perempuan. Perempuan tidak dapat dengan leluasan lagi melakukan proses penyimpanan dan tukar menukar benih. Perempuan yang menyimpan dan mengembangbiakan bibit yang sudah dipatenkan dituduh melakukan tindakan kriminal. Penyimpanan dan pemilihan bibit yang semula merupakan pekerjaan dan keahlian perempuan diambil alih oleh mesin-mesin produksi yang dikerjakan oleh kaum laki-laki. Rekayasa bio-teknologi menciptakan penganggur bagi kaum perempuan. Perempuan yang kehilangan pekerjaan akibat rekayasa di bidang bio-teknologi seharusnya diberi kompensasi secara memadai. Historisitas tidak hanya menyangkut masa lalu tetapi juga mempertimbangkan nasib generasi mendatang. Shiva mengkritik terhadap penggunaan teknologi secara masif menguras kekayaan alam tanpa memikirkan nasib generasi mendatang. Shiva mengkritik pola konsumsi dan produksi yang secara rakus tanpa peduli terhadap generasi mendatang. Masyarakat modern seringkali mengembangkan bioteknologi merubah secara struktural maupun substansial makhluk untuk memuaskan hasrat keinginannya. Dalam perspektif pemikiran Shiva tindakan tersebut dipandang sebagai perbutan yang tidak adil. Generasi mendatang berhak menikmati keanekaragaman hayati yang asli seperti yang dinikmati oleh generasi pada saat ini. Generasi mendatang juga berhak menikmati potensi kekayaan alam yang jumlahnya setara dengan masyarakat yang hidup pada saat ini. Perbuatan dikatakan tidak adil apabila generasi sekarang hidup secara serakah, boros dan berpesta pora memanfaatkan sumber daya alam sedangkan generasi mendatang hanya menerima limbah dan sampah sisa hasil konsumsi dan produksi.

9. Refleksi Kritis Terhadap Konsep Keadilan Sosial Berwasan Ekologis Shiva

a. Kelebihan Pandangan Vandana Shiva. Shiva berhasil mendekonstruksikan pola pikir kapitalisme-patriarkhi yang menjadi akar penyebab munculnya penindas terhadap perempuan dan alam. Shiva berhasil mengungkap latar belakang penindasan terhadap perempuan dan alam serta mengusulkan nilai-nilai feminimitas sebagai alternatif solusi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Argumentasi filosofis yang dibangun tidak hanya mengandalkan pada kemampuan berpikir secara logis-sistematis tetapi didukung dengan data pengalaman empiris pandangan para kurban yang mengalami kerugian akibat dari pemberlakuan sistem kapitalisme-patriarkhi. Kapitalisme-patriarkhi secara konseptual maupun dalam praktek 91 terbukti tidak memberikan peran manusiawi terhadap perempuan dan kurang bersikap peduli terhadap kelestarian lingkungan. Shiva memperluas ruang lingkup berdemokrasi tidak hanya sebatas dalam relasi dengan sesama manusia, tetapi ke semua makhluk. Shiva memberlakukan prinsip-prinsip demokrasi ke semua makhluk. Semua makhluk perlu dihormati, dilindungi dan dihargai karena masing-masing bernilai intrinsik. Relasi moral hendaknya tidak hanya berlaku dalam hubungannya dengan sesama manusia, tetapi juga berlaku dalam relasi dengan non-manusia, Perlakuan semena-mena terhadap binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang ada di alam dipandang tidak etis. Perluasan gagasan berdemokrasi dapat berfungsi untuk mengerem kerakusan manusia. Masyarakat modern memiliki kecenderungan memandang realita hanyalah kumpulan materi yang bersifat fisik semata. Desakralisasi terhadap tubuh perempuan dan alam merupakan awal mula terjadinya ketidakadilan gender dan ekploitasi terhadap alam. Shiva mengembangkan cara pandang terhadap alam dan perempuan tidak hanya berhenti pada tahap meteri tetapi juga mengangkat ke dimensi yang lebih bersifat spiritualistik. Makhluk non-manusia tidak sekedar bernilai material tetapi juga memilki kualitas nilai spiritual. Hutan tidak sekedar bernilai profan tetapi juga bernilai sakral. Tanaman maupun binatang yang ada di dalam hutan bukan semata-mata untuk kepentingan manusia tetapi juga ditujukan untuk persembahan bagi para dewa-dewa. Tanggunjawab pengelolaan dan pemanfaatan hutan tidak sebatas ke sesama manusia, tetapi juga kepada para dewa-dewa. Memperlakukan hutan secara semena-mena dipercayai tidak hanya merugikan kepentingan manusia tetapi juga akan mendapat kutukan dari para dewa. Shiva mempromosikan nilai kesucian dan keagungan alam dan tubuh perempuan, dengan harapan dapat semakin meningkatkan rasa hormat dan syukur. Meminjam istilah dari Rudolf Otto memposisikan hutan sebagai benda sacral dapat membangkitkan pengalaman religious mysterium tremendum et fascinans yaitu menjadikan objek yang bersangkutan menimbulkan rasa kagum, takut, tertarik dan terpikat Dhavamony, 1995:103. Keyakinan akan adanya kekuatan spiritual dibalik benda-benda material dapat menjadi sarana mekanisme kontrol diri manusia dalam bertindak. Shiva mengubah makna produktivitas tidak sekedar mempergunakan parameter ekonomis - materialistis yang hasilnya dapat secara langsung dilihat, menuju ke 92 pemahaman yang lebih berdimensi spiritual yaitu penghormatan terhadap nilai kehidupan. Pekerjaan perempuan dan alam yang terkadang hasilnya tidak secara langsung memberikan nilai tambah kekayaan yang bersifat materi, tetapi dapat menujang peningkatan mutu kehidupan dipandang sebagai pekerjaan produktif. Shiva merombak cara pandang kapitalisme-patriarkhi yang menilai alam dan perempuan sebagai pribadi yang pasif dan non-produktif menuju pada pemahaman baru yang aktif dan produktif. Konsep kerja tidak direduksi semata-mata aktivitas kegiatan ekonomi, tetapi sebagai sarana untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia dan lingkungan. Shiva mengembangkan cara pandang holistik dalam suasana kerjasama yang harmonis antar makhluk yang terdapat di alam. Pendekatan monolitik-reduksionis dipandang tidak adil karena mengingkari hakikat realitas yang terdiri atas unsur-unsur plural. Alam merupakan kumpulan kehidupan yang bersifat kompleks sehingga membutuhkan pemahaman secara multi-dimensional. Cara pandang holistik lebih bersifat adil karena mengakomodasikan kepentingan banyak pihak. Keadilan sosial berwawasan ekologis memberikan pengakuan dan penghargaan secara wajar atas segala potensi dan kontribusi dari komunitasnya. Shiva berhasil memperjuangkan posisi pengetahuan kearifan lokal memiliki nilai yang setara dan sama pentingnya dengan pengetahuan ilmiah. Pengelolaan hutan yang berbasis kearifan lokal dipandang tidak lebih buruk dibandingkan dengan menggunakan pengetahuan ilmiah. Kerjasama dalam relasi yang setara dapat semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun mutu pengetahuan yang dihasilkan.

b. Kelemahan Pandanagan Vandana Shiva