41
b. Studi dokumentasi
Yaitu dengan memanfaatkan dokumen tertulis, gambar, maupun foto-foto yang dilakukan penulis untuk mendukung data penelitian
ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, data yang diperoleh akan diorganisasikan diurutkan dalam pola,
kategori dan satuan uraian dasar sehingga ditemukan uraian tentang permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh dari teknik wawancara akan dilakukan analisis
model interaktif interactive of analysis yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman didalam Sugiyono 2009:246 yang terdiri dari tiga komponen analisis,
yaitu: 1.
Reduksi data Reduksi data dilakukan dengan cara merangkum dan memfokuskan hal-
hal yang terpenting tentang penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinyabila diperlukan.
2. Penyajian data
Bermaksa sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.
Universitas Sumatera Utara
42
3. Penarikan kesimpulan
Merupakan suatu menyimpulkan yang didukung dengan bukti-bukti dan temuan yang ditemukan peneliti dilapangan.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Setiap negara di dunia ini tentu melaksanakan pembangunan untuk Negaranya.Pembangunan merupakan hal mendasar yang dilakukan setiap negara
untuk terus mensejahterakan dan memajukan kehidupan warga negaranya.Pada hakekatnya negara melaksanakanpembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa secara utuh dan menyeluruh tanpa membedakan suku, agama dan jenis kelamin.Dalam Undang-undang Dasar 1945, tujuan
pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, karenanya seringkali terdengar istilah pembangunan oleh rakyat dan
untuk rakyat. Menurut Wanggai 2012:15 mengemukakan bahwa salah satu paradigma
pembangunan Indonesia yang tertuang dalam skenario pembangunan nasional Indonesia adalah pembangunan untuk semua Development for All. Paradigma ini
menekankan pada pembangunan yang inklusif untuk segenap komponen masyarakat, baik yang di kota maupun di desa. Hal ini tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJM 2010-2014 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJP-N Tahun 2005- 2025. Strategi ini
muncul karena Indonesia menyadari bahwa pembangunan diperuntukkan untuk masyarakat. Masyarakat Indonesia sendiri sangat beraneka ragam terdiri dari
kelompok-kelompok yang berbeda, baik status sosial, pengetahuan, gender, budaya dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuatkesehatan yang prima, serta cerdas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang
baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor
penghambat dalam pembangunan nasional. Menurut Suryana 2004 dalam Hendra 2008:78 ketahanan pangan dan gizi menghendaki pasokan dan harga
pangan yang stabil, merata dan berkelanjutan, serta kemampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup, serta mengelolanya dengan baik agar
setiap anggotanya memperoleh gizi yang cukup dari hari ke hari. Hermanto 2002 dalam Handewi 2008:123 juga menyatakan bahwa
gejolak harga pangan beras berdampak negatif terhadap daya beli konsumen serta menghambat rumah tangga untuk mengakses pangan yang dibutuhkan.Di
tingkat produsen, gejolak harga dan penurunan harga gabah pada saat panen raya berdampak pada menurunnya pendapatan dandaya beli petani.Dengan demikian,
ketidakstabilan harga beras berdampak pula terhadap daya beli dan akses petani terhadap pangan khususnya yang berstatus netconsumer.Oleh karena itu,
kebijakan stabilisasi harga beras merupakan salah satu faktor penentu tercapainya ketahanan pangan.
Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak
asasi rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli
Universitas Sumatera Utara
3
masyarakat. Menurut Sastraatmadja 2006 dalam Muliati 2008, pangan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia karena
berguna dalam mempertahankan kehidupannya.Oleh karena itu upaya pemenuhannya merupakan salah satu upaya yang sangat fundamental.Pada
umumnya sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Dimana, produksi beras Indonesia tidak akan mampu mengejar pertumbuhan penduduk dan
akibatnya terjadi kerawanan pangan dan gizi buruk pada anak dan balita yang disebabkan karena rendahnya daya beli masyarakat. Oleh karena itu, untuk
mendorong daya beli masyarakat khususnya keluarga miskin maka lahirlah suatu program subsidi pangan terarah yang kemudian disebut Program Raskin beras
untuk keluarga miskin Bulog, 2010. Tujuan program Raskin menurut Bulog 2010 adalah untuk memenuhi
sebagian kebutuhan pangan beras keluarga miskin dan sekaligus diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin, selain itu juga untuk
meningkatkanmembuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka meningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui penjualan beras
kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan.
Lahirnya program raskin ini tidak terlepas dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 yang menyebabkan nilai tukar Rupiah terhadap U Dollar
merosot tajam dan sulit dikontrol.Selanjutnya itu telah berimbas kesejumlah sektor, terutama konstruksi dan manufaktur.Dalam situasi itulah, Pemerintah
melakukan intervensi pasar beras besar-besaran untuk menurunkan harga.Awalnya pemerintah memperkenalkan program OPK Operasi Pasar
Universitas Sumatera Utara
4
Khusus beras.Tujuannya adalah beras dengan harga bersubsidi disalurkan ke rumah tangga miskin sebagai sasarannya.Pada tahun 2002, program OPK
ditransform ke Program Beras untuk Keluarga Miskin Raskin. Pergantian nama program menjadi penting, dengan nama Raskin program menjadi yang jelas, maka
program itu dapat langsung terarah ke targetnya, yaitu keluarga miskin. Tujuan kedua program tersebut tidak jauh berbeda, yaitu untuk meningkatkan daya beli
rumah tangga miskin dan rumah tangga rawan pangan Sawit, 2002. Program RASKIN adalah sebuah program yang dilaksanakan di bawah
tanggung jawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan SKB Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum
Bulog Nomor : 25 tahun 2003 dan Nomor: PKK-12072003. Adapun program RASKIN ini bertujuan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan pangan pokok dan untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan
dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15kgRumah Tangga Miskinbulan dengan masing-masing seharga Rp1.600kg
netto di titik distribusi.Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab distribusi beras dari gudang sampai ke titikdistribusi dipegang
oleh Perum Bulog www.digilib.itb.ac.id.Program raskin memang bertujuan baik.Namun, dalam pelaksanaannya masih kurang memberikan kontribusi positif
bagi masyarakat sehingga walaupun telah menjadi program tahunan pemerintah, raskin ini sendiri masih belum mampu menjawab kebutuhan pemenuhan pangan
pokok masyarakat Indonesia dalam hal ini beras.Banyak kekurangankelemahan dalam program ini salah satunya ialah salah sasaran karena kurangnya koordinasi
Universitas Sumatera Utara
5
antara pemerintah provinsi dengan kota-kecamatan-desakelurahan yang menyebabkan keusangan data mengenai jumlah warga miskin.Kemudian persolan
tepat guna apakah program ini memang merupakan program yang tepat untuk menjawab kebutuhan pangan pokok masyarakat miskin melihat jatah yang
ditetapkan pemerintah kepada tiap rumah tangga miskin yang maksimal 15kgbulan.Dengan jatah ini, bagaimana kebutuhan pangan masyarakat miskin
dapat tercukupi mengingat semakin tingginya harga kebutuhan pangan pokok dipasaran.Itupun jika jatah beras dapat diberikan maksimal, bagaimana jika
kurang dari jatah maksimal.Kemudian menyangkut kualitas beras.Hal ini merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan karena bagaimanapun
masyarakat merupakan insan manusia yang harusnya mendapatkan pangan yang layak.Namun, dalam kenyataannya tidak jarang ditemukan kulitas beras yang
rendah bahkan ada beras yang berkutu yang diberikan kepada warga.Kemudian, alokasi biaya. Dengan adanya program raskin ini seharusnya dapat membantu
masyarakat memenuhi kebutuhan lainnya dengan mengalokasikan dana yang seharusnya untuk kebutuhan pangan menjadi dana untuk memenuhi kebutuhan
penting lain yang menyangkut hidupnya dan bukan sama sekali tidak ada perbaikan kondisi hidup masyarakat seperti yang banyak terlihat sekarang ini.
Beberapa hal di atas dapat menggambarkan bagaimana kelemahan-kelemahan yang terjadi dan masih banyak lagi kelemahan-kelemahan lainnya yang membuat
program ini masih perlu mendapatkan peninjauan guna perbaikan yang membawa perubahan pada kualitas hidup masyarakat.
Fakta tentang masih banyaknya terdapat kekurangankelemahan dalam kebijakan programRASKIN ini kepada masyarakat juga terjadi di Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
6
Bilah Barat, seperti data yang peneliti dapatkan di lapangan bahwa di daerah Kecamatan Bilah Barat ini bahwa jumlah penduduk miskin masih tergolong tinggi
yaitu sebanyak 1904 Kepala Keluarga. Kecamatan Bilah Barat termasuk daerah yang menjadi target penyaluran Raskin dikarenakan masih adanya kelemahan-
kelemahan seperti yang telah dijelaskan di atas, hal ini lah yang membuat penulis merasa tertarik melakukan penelitian seputar Program RASKIN di Kecamatan
Bilah Barat. Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk membahas
permasalahan ini dan melalukan penelitian dengan judul “ Efektivitas Distribusi Dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin RASKIN di Kecamatan Bilah
Barat Kabupaten Labuhan Batu”.
1.3 Perumusan Masalah