kawasan yang meliputi China bagian selatan hingga Pulau Jawa, namun saat ini hanya ditemukan di Pulau Sumatera dan Borneo. Hasil lokakarya IUCN-Primate
Spesialist Group membagi orangutan menjadi dua spesies, yaitu orangutan Sumatera Pongo abelii yang menempati daerah sebarang yang sempit di sebelah
utara bagian utara dan selatan Danau Toba di Pulau Sumatera dan orangutan Kalimantan Pongo pygmaeus yang terdapat di pulau Kalimantan dan di
beberapa tempat yang merupakan kantong-kantong habitat hutan Sabah dan Serawak. Sekarang orangutan Sumatera di dunia hanya ditemukan di Pulau
Sumatera, khususnya di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara Onrizal, 2011. Penyebab utama mengapa terjadi penyempitan daerah sebaran adalah
karena manusia dan orangutan menyukai tempat hidup yang sama, terutama dataran alluvial yang ada di sekitar daerah aliran sungai dan hutan rawa gambut.
Pemanfaatan lahan tersebut untuk aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya manusia dan umumnya berakibat fatal bagi orangutan Departemen Kehutanan, 2007.
Pada saat terjadi peningkatan permukaan air laut, daratan yang tadinya menyatu menjadi terpisah-pisah menjadi pulau. Pemisahan ini menjadi barrier
yang membatasi pergerakan orangutan. Saat ini sebarannya terbatas hanya di Kalimantan dan Sumatera. Secara morphology terjadi perbedaan yang cukup
signifikan antara
orangutan Kalimantan
dan Sumatera,
selain itu
pemanfaatan teknologi biologi molekuler juga telah dapat mengungkapkan adanya perbedaan yang nyata antara kedua jenis ini, sehingga kedua orangutan kemudian
dijadikan sebagai jenis yang berbeda yaitu Pongo pygmaeus untuk orangutan Kalimantan dan P. abelii untuk orangutan Sumatera Prayogo, 2014.
2.7 Aktivitas Umum Orangutan
Pola perilaku orangutan Kalimantan dan Sumatera hampir seluruhnya identik walaupun ada perbedaan kemampuan sosialnya. Beberapa peneliti menyebutkan
bahwa orangutan Sumatera lebih arboreal dibandingkan dengan orangutan Kalimantan. Hal ini terjadi karena di Sumatera ada predator alami orangutan di
daratan yaitu harimau, sedangkan di Kalimantan tidak ada predator seperti harimau. Predator alami lainnya yang dijumpai di kedua pulau adalah ular phyton
Prayogo, 2014.
Universitas Sumatera Utara
Selain aktivitas membuat sarang dalam Rahman 2008, menyatakan bahwa aktivitas harian orangutan yang utama dipenuhi oleh kegiatan makan. Selanjutnya
aktivitas istirahat, bermain-main, berjalan-jalan diantara pepohonan dan membuat sarang merupakan kegiatan yang dilakukan dalam persentase waktu yang relatif
sedikit. Menurut Rijksen 1978, besarnya aktivitas makan dibanding dengan aktivitas harian lainnya dikarenakan penting dalam menggantikan energi yang
hilang. Menurut Rangkuti 2012, Pengamatan secara langsung terhadap individu
orangutan dan beragam aktivitasnya menjadi faktor utama dalam berjalannya penelitian ini. Pengamatan untuk mengetahui pola aktivitas orangutan dilakukan
mulai orangutan mulai bangun tiduraktif pada pagi hari mulai pengamatan sampai dengan membuat sarang akhir untuk tidur pada soremalam hari.
Orangutan umumnya bersifat arboreal, frugivora dan soliter. Hal ini didukung oleh Kuncoro 2004 yang mengatakan pergerakan dan perilaku istirahat
orangutan biasanya selalu dilakukan diatas pohon arbioreal dan konsumsi buah dari pohon sebagai makanan utamanya, sedangkan sosial orangutan liar biasanya
tidak terjadi selain saat akan melakukan perkawinan Jantan dan betina dan saat memiliki anak sosial akan dilakukan hanya dengan anaknya. Secara hakekatnya,
orangutan takut dengan keberadaan manusia dan akan pergi jika mengetahui adanya manusia ataupun predator disekitarnya.
Aktivitas orangutan yang dilakukan dalam perilaku harian seharusnya tidak menyimpang agar tidak membahayakan kelangsungan hidup orangutan
nantinya, karena perilaku yang dilakukan oleh induk orangutan sangat berdampak besar bagi kebiasaan anaknya. Semakin sering orangutan melakukan perilaku
yang tidak umum maka akan semakin buruk dumpaknya bagi orangutan tersebut. Dalam perilaku umumnya menurut Yuliarta 2009 terdapat perilaku
menyimpang dari kategori perilaku bergerak, makan, istirahat dan sosial orangutan Sumatera yang ada di kawasan ekowisata Bukit Lawang, Taman
Nasional Gunung Leuser. Hal inilah yang harus di perbaiki dan di lakukan antisipasi agar tidak terjadi kepada seluruh orangutan yang ada di kawasan Bukit
Lawang, sebab jika dibiarkan hal ini akan menjadi penyebab semakin agresifnya orangutan dan dapat membahayakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN