Dari uraian latar belakang tersebut diatas, penulis ingin lebih mengetahui dan mendalami permasalahan mengenai larangan penjualan minuman beralkohol
tersebut, sehingga hal ini melatarbelakangi penulisan skripsi yang diberi judul
“Tinjauan Yuridis Terhadap Larangan Perizinaan Penjualan Minuman Beralkohol Di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan
permendag Nomor 6 Tahun 2015
”
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan penjualan minuman beralkohol ?
2. Apa alasan-alasan perlu diberlakukannya larangan perizinan penjualan minuman beralkohol di minimarket?
3. Bagaimana implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 di kota Medan ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian Tujuan penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah :
a. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penjualan minuman beralkohol.
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui alasan-alasan sehingga perlu diberlakukannya larangan penjualan perizinan minuman beralkohol.
c. Untuk mengetahui implementasi peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 di kota Medan.
2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis
1 Sebagai bahan informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan
bagi penelitian lanjutan. 2 Memperkaya khasanah perpustakaan
b. Secara praktis 1
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau instansi terkait dalam memberikan penegakan hukum administrasi negara terhadap perizinan
atau larangan minuman beralkohol. 2
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat mengenai larangan minuman beralkohol di minimarket.
D. Keaslian Penulis
Adapun judul skripsi ini adalah Tinjauan Yuridis Tentang Larangan Penjualan Minuman Beralkohol Di Minimarket Sesuai Dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 merupakan judul skripsi yang belum pernah ditulis sebelumnya, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama.
Dengan demikian, keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengaturan Hukum Yang Berkaitan Terhadap Penjualan Minuman
Beralkohol
Beberapa Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan penjualan minuman beralkohol adalah :
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai 5. Keputusan Presiden Nomor 3 TAHUN 1997 Tentang Pengawasan Dan
Pengendalian Minuman Beralkohol 6. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Dan
Pengawasan Minuman Beralkohol 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan,
Peredaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol 8. Peraturan Walikota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
9. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP
Universitas Sumatera Utara
2. Pengertian Perizinan Dalam Hukum Administrasi Negara
Perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh badan administrasi negara diberi nama “ketetapan” atau “beschikking” dan perbuatan
membuat ketetapan ini disebut menetapkan. Ketetapan yang dibuat untuk mengatur hubungan dalam lingkungan badan pemerintah yang membuatnya
disebut Ketetapan intern intern beschikking sedangkan ketetapan yang dbuat untuk mengatur untuk ke luar lingkungan badan pemerintah dengan seorang
warganya negaranya atau antara pemerintah dengan sebuah badan swasta atau antara 2 dua atau lebih badan pemerintah disebut Ketetapan ekstern.
12
Kegiatan-Kegiatan administrasi negara terdiri dari atas perbuatan- perbuatan yang bersifat yuridis artinya : yang secara langsung menciptakan
akibat-akibat hukum dan yang bersifat non yuridis. Ada empat macam perbuatan- perbuatan hukum rechtshandelingen administrasi negara masa kini, yakni :
Penetapan beschikking, administrative, discretion, Rencana plan, Norma Jabatan Concrete normgeving, Legalisasi-semu pseudo-wetgeving.
Keempat macam perbuatan hukum daripada administrasi negara tersebut dalam kehidupan sehari-hari terkenal dengan sebutan keputusan pemerintah, oleh
karena orang awam memang tidak dapat mengenal berbagai perbedaan dan pembedaan administrasi-teknis dan yuridis-teknis. Yang paling banyak
menimbulkan persoalan bagi para warga masyarakat adalah keputusan-keputusan para pejabat administrasi yang di kalangan rakyat terkenal dengan sebutan
keputusan pemerintah tersebut. Sebenarnya keputusan-keputusan pemerintah
12
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001, Halaman 63
Universitas Sumatera Utara
sebagai pemerintah tidak dirasakan efeknya oleh para warga masyarakat secara langsung oleh karena suatu keputusan pemerintah regeringsbesluit selalu
bersifat umum, prinsipil, abstrak, dan impersonal, artinya, sama sekali tidak mengenai seorang individu tertentu di dalam kasus tertentu.
13
Selain itu, penyelenggaraan pemerintahan dilakukan oleh administrasi negara dengan berbagai macam tindak administrasi negara, atau perbuatan
administrasi negara. Dimana dilihat dari sifatnya terbagi 2, yaitu a. Tindak administrasi faktual dapat berupa pelayanan di bidang kesehatan,
pendidikan. Dan kesejahteraan masyarakat atau pembangungan proyek fisik dan spiritual tertentu.
b. Tindak administrasi yang bersifat yuridis dapat meliputi bidang hukum privat ataupun di bidang hukum publik.
Dilihat dari manifestasi kehendak, tindak hukum admnistrasi negara dibedakan menjadi :
a. Tindak hukum administrasi negara unilateral : tindak hukum administrasi negara yang dilakukan oleh seorang admnistrator dalam memutuskan
kebijakan negara. b. Tindak hukum administrasi negara bilateral : surat keputusan bersama
antara menteri perdagangan dan menteri keuangan tentang ekspor dan impor barang.
13
Y.W.Sunindhia Dan Ninik Widiyanti, Administrasi Negara Dan Peradilan Administrasi, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1990, Halaman 75-76
Universitas Sumatera Utara
c. Tindak hukum administrasi negara multilateral : surat keputusan bersama antara Menteri perdagangan, Menteri perindustrian, dan Menteri Keuangan
tentang ekspor hasil industri.
14
a. Pengertian Perizinan
Sebelum menyampaikan beberapa defenisi izin dari pakar, terlebih dahulu dikemukakan beberapa istilah lain yang sedikit banyak yang memiliki kesejajaran
dengan izin yaitu dispensasi, konsensi, dan lisensi.
15
Walaupun dalam memberikan pengertian perizinan terdapat perbedaan paham yang dikemukakan
oleh para ahli yang masing-masing melihat dari sisi yang berlainan terhadap objek yang didefenisikannya, diantaranya :
Menurut utrecht perizinan vergunning adalah bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang sesuatu perbuatan, tetapi masih juga
memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing- masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan
perbuatan tersebut bersifat suatu izin.
16
Menurut W.F. Prins pada izin, memuat uraian yang imitatif tentang alasan- alasan penolakannya, sedangkan bebas bersyarat atau dispensasi memuat uraian
yang limitatif tentang hal-hal yang untuknya dapat diberikan dispensasi itu, tetapi perbedaan itu tidak selamanya jelas. Lebih lanjut W.F. Prins menjelaskan
dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang menyebabkan suatu peratruan perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa
14
M. Makhfudz, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013, Halaman 21-22
15
Ridwan HR, Op. Cit, Halaman 157
16
E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Jakarta : Ichtiar 1957, Halaman 187
Universitas Sumatera Utara
relaxatio legis. Menurut Ateng Syafrudin bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh, atau Als Opheffing van
een algemene verbodsregel in het concrete geval, sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret.
17
Menurut Sjachran basah izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasiakan peraturan-peraturan dalam hal konkret
berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
18
Menurut Bagir Manan izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-
undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.
19
N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge membai pengertian izin dalam arti luas dan sempit, yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak
digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan
peraturan perundang-undangan. dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang
17
Juniarso Ridwan dan M.H.Ahmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung : Nuansa, 2010 , Halaman 9
18
Sjachran basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada penataran hukum administrasi dan lingkungan di fakultas hukum Unair, Surabaya, 1995, halaman
1-2
20
Adrian Sutedi, Op.cit, Halaman 170
Universitas Sumatera Utara
sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya, ini adalah paparan
luas, dari pengertian perizinan. Selanjutnya N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge, mendefinisikan izin dalam arti sempit yakni pengikatan-pengikatan pada suatu
peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan
yang buruk. Tujuannya adalah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun diaman ia
menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya. Hal yang pokok pada izin dalam arti sempit ialah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali
diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tia[p
kasus. Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memberi perkenan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang
diperkenan dilakukan dengan cara tertentu dicantumkan dalam ketentuan- ketentuan.
20
Menurut M.M van Praag, izin merupakan suatu tindakan hukum sepihak eenzijdige handeling, sedangkan konsesi merupakan kombinasi dari tindakan
dua pihak yang memiliki sifat kontraktual dengan izin, yang dalam pembahasan hukum kita namakan perjanjian. Ketika pemerintah melakukan tindakan hukum
yang berkenaan dengan izin dan konsesi, pemerintah menampilkan diri dalam dua
20
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum perizinan, Surabaya : Yuridika, 1993, Halaman 208
Universitas Sumatera Utara
fungsi, yaitu sebagai badan hukum umum pada saat melakukan konsesi, dan sebagai organ pemerintah ketikan mengeluarkan izin.
21
Menurut Adrian Sutedi, Perizinan adalah upaya mengatur kegiatan- kegiatan yang memiliki peluang menimbulkan gangguan pada kepentingan
umum. Mekanisme perizinan, yaitu melalui penerapan prosedur ktat dan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menyelenggarakan suatu pemanfaatan lahan.
Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pegaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki pemerintah, merupakan mekanisme pengendalian
administratif terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.
22
b. Unsur-unsur Perizinan
Berdasarakan pemaparan beberapa pendapat pada pakar tersebut, dapat disebutkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam
perizinan, yaitu : 1 Instrumen Yuridis
Dalam hukum modern, kewenangan pemerintah tidak hanya sekadar menjaga ketertiban dan keamanan rust en orde. Tugas dan kewenangan
pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik sampai kini masih tetap dipertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini
kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan regelen atau besluiten van algemeen strekking, yang dari fungsi pengaturan ini muncul
21
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, 2011, Halaman 210
22
Adrian Sutedi, Op. Cit, Halaman 172-173
Universitas Sumatera Utara
beberapa instrumen yuridis untuk menghadapai peristiwa individual dan konkret yaitu dalam bentuk ketetapan beschikking.
2 Peraturan Perundang-undangan Pada umumnya pemerintah memperoleh wewenang untuk mengeluarkan
izin itu ditentukan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut. Akan tetapi dalam penerapannya, menurut
Marcus Lukman, kewenangan pemerintah dalam bidang izin itu bersifat diskresianore power atau berupa kewenangan bebas, dalam arti kepada
pemerintah diberi kewenangan untuk mempertimbangkan atas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan dengan izin, misalnya pertimbangan tentang :
a kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan kepada pemohon
b bagaimana mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut c konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau penolakan
izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d prosedur apa yang harus diikuti atau disiapkan pada saat dan sesudah keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin
3 Organ Pemerintah Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintahan
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut Sjachran Basah, dari penelusuran berbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintah dapat diketahui,
bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi Presiden sampai dengan
Universitas Sumatera Utara
administrasi negara terendah Lurah berwenang memberikan izin. Ini berarti terdapat aneka ragam administrasi negara termasuk instansinya pemberi izin,
yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik di tingkat pusat maupun daerah. Terlepas dari beragamnya organ pemerintahan atau administrasi negara
yang mengeluarkan izin, yang pasti adalah bahwa izin hanya boleh dikeluarkan oleh organ pemerintahan. Menurut N.M Spelt dan J.B .J.M. Ten Berge, keputusan
yang memberikan izin harus diambil oleh organ yang berwenang, dan hampir selalu yang terkait adalah organ-organ pemerintahan. Di sini organ-organ pada
tingkat penguasa nasional seorang menteri atau tingkat penguasa-penguasa daerah.
4 Peristiwa Konkret Peristiwa konkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang
tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkret ini beragam, sejalan dengan keragaman perkembangan masyarakat, maka izin pun
memiliki berbagai keragaman. 5 Prosedur Dan Persyaratan
Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus menempuh
prosedur tertentu , pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemberi izin.
23
c. Sifat Izin
23
Ridwan HR, Op. Cit, Halaman 210-216
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya izin merupakan keputusan pejabatbadan tata usaha negara yang berwenang, yang isinya atau substansinya mempunyai sifat sebagai berikut.
1 izin bersifat bebas, adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitannya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis serta organ
yang berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan pemberian izin.
2 Izin bersifat terikat, adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitannya terikat pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis
serta organ yang berwenang dalam izin kadar kebebasannya dan wewenangnya tergantung pada kadar sejauh mana peraturan perundang-
undangan mengaturnya. 3 Izin yang bersifat menguntungkan, adalah izin yang isinya mempunyai
sifat menguntungkan pada yang bersangkutan. Misalnya SIM, SIUP, SITU, dan lain-lain.
4 Izin yang bersifat memberatkan, adalah izin yang isinya mengandung unsur-unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang
berkaitan kepadanya. Di samping itu, izin yang bersifat memberatkan merupakan pula izin yang memberi beban kepada orang lain atau
masyarakat sekitarnya. Misalnya pemberian izin kepada perusahaan tertentu.
5 Izin yang segera berakhir, adalah izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek,
Universitas Sumatera Utara
misalnya izin mendirikan bangunan IMB yang hanya berlaku mendirikan bangunan dan berakhir saat bangunan selesai didirikan.
6 Izin yang berlangsung lama, adalah izin yang menyangkut tindakan- tindakan yang berakhirnya atau masa berlakunya relatif lama, misalnya
izin usaha industri dan izin yang berhubungan dengan lingkungan. 7 Izin yang bersifat pribadi, adalah izin yang isinya tergantung pada sifat
atau kualitas pribadi dan pemohon izin. Misalnya, izin mengemudi SIM. 8 Izin yang bersifat kebendaan, adalah izin yang isinya tergantung pada sifat
dan objek izin misalnya HO, SITU, dan lain-lain.
24
d. Fungsi Pemberian Izin
Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu sebagai fungsi penertib dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib, dimaksudkan agar
izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam
setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat
dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya. Sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain, fungsi pengaturan ini dapat disebut
juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.
25
Secara teoritis, perizinan memiliki beberapa fungsi sebagaimana dijelaskan berikut :
24
Adrian Sutedi, Op. Cit, Halaman 173-175
25
Ibid, Halaman 193
Universitas Sumatera Utara
1 Instrumen Rekayasa Bangunan Pemerintah dapat membuat regulasi dan keptutusan yang memberikan
insentif bagi pertumbuhan sosial ekonomi. Demikian juga sebaliknya, regulasi dan keputusan tersebut dapat pula menjadi penghambat sekaligus
sumber korupsi bagi pembangunan.
26
2 Budgetering Perizinan memiliki fungsi keuangan budgetering, yaitu menjadi
sumber pendapatan bagi negara. Pemeberian lisensi dan izin kepada masyarakat dilakukan dengan kontra prestasi berupa retribusi perizinan.
Karena negara mendapatkan kedaulatan dari rakyat, maka retribusi perizinan hanya bisa dilakukan melalui peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini
dianut prinsip no taxation without the law, yang artinya tidak ada penarikan pajak tanpa adanya pengaturan hukum. Penarikan retribusi perizinan hanya
dibenarkan jika ada dasar hukum, yaitu undang-undang danatau peraturan daerah.
27
3 Reguleren Perizinan memiliki fungsi pengaturan reguleren, yaitu menjadi
instrumen pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat. Sebagaiamana juga dalam prinsip pemungutan pajak, maka perizinan dapat mengatur pilihan-
pilihan tindakan dan perilaku masyarakat.
28
e. Tujuan Pemberian Izin
26
Ibid, Halaman 198
27
Ibid, Halaman 199
28
Ibid, Halaman 200
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian daripada aktivitas pemerintah dalam hal-hal tertentu dimana ketentuannya berisi
pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh baik yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang berwenang. Selain itu, tujuan dari perizinan itu dapat
dilihat dari dua sisi yaitu: 1 Dari Sisi Pemerintah
Dari sisi pemerintah tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut : a Untuk melaksanakan peraturan.
Apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam praktiknya atau tidak dan sekaligus untuk mengatur
ketertiban. b Sebagai sumber pendapatan daerah
Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan
pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula pendapatan di bidang retribusi tujuan akhirnya, yaitu untuk membiayai
pembangunan. 2 Dari Sisi Masyarakat
Dari sisi masyarakat tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut. a untuk adanya kepastian hukum
b untuk adanya kepastian hak c untuk memudahkan mendapatkan fasilitas.
Universitas Sumatera Utara
Dengan meningkatkan tindakan-tindakan pada suatu sistem perizinan, pembuat undang-undang dapat mengejar berbagai tujuan dari izin, yaitu sebagai
berikut. 1 Keinginan mengarahkanmengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu, misalnya
izin mendirikan bangunan, izin HO, dan lain-lain. 2 Mencegah bahaya lingkungan, misalnya izin penebangan, dan usaha indsutri,
dan lain-lain. 3 Melindungi objek-objek tertentu, misalnya izin membongkar monumen-
monumen, izin mencarimenemukan barang-barang peninggalan terpendam. 4 Membagi benda-benda, lahan atau wilayah yang terbatas, misalnya izin
menghuni di daerah padat penduduk SIP, dan lain-lain. 5 Mengarahkanpengarahan dengan menggunakan seleksi terhadap orang dan
aktivitas-aktivitas tertentu, misalnya izin bertransmigrasi, dan lain-lain.
29
f. Bentuk Dan Isi Izin
Sesuai dengan sifatnya, yang merupakan bagian dari ketetapan, izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis. Sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat
hal-hal sebagai berikut : 1 Organ yang berwenang
Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya, biasanya dari kepala surat dan penandatanganan izin akan nyatakan organ mana yang memberikan izin.
2 Yang dialamatkan
29
Philipus M. Hadjon, Op. Cit, Halaman 4-5
Universitas Sumatera Utara
Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin lahir setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu. Karena itu, keputusan
yang memuat izin akan dialamatkan pula kepada pihak yang memohon izin. 3 Diktum
Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepastian hukum, harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan.
4 Ketentuan-ketentuan, Pembatasan-pembatasan, dan Syarat-syarat Sebagaimana kebanyakan keputusan, di dalamnya mengandung
ketentuan, pembatasan, dan syarat-syarat voorschriften, beperkingen, en voorwaarden, demikian pula dengan keputusan yang berisi izin ini.
5 Pemberian alasan Pemberian alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan-
ketentuan Undang-Undang,
pertimangan-pertimbangan hukum,
dan penetapan fakta.
6 Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan Pemeberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang dialamatkan
ditujukan akibat-akibat dari pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam izin, seperti sanksi-sanksi yang mungkin diberikan pada ketidakpatuhan.
30
3. Pengertian Implementasi
Dalam kamus besar bahasa indonesia di jelaskan Implementasi adalah pelaksanaan, Penerapan. Mengimplementasikan adalah melaksanakan atau
30
Ridwan HR, Op. Cit, Halaman 219-222
Universitas Sumatera Utara
menerapkanlah.
31
Kebijakan yang baik tidak memiliki arti apa-apa jika tidak dapat di Implementasikan. Apabila suatu kebijakan telah ditetapkan, maka proses
perumusan kebijakan menginjak tahapan Implementasi. Tahap ini melibatkan serangkaian kegiatan yang meliputi pemberitahuan kepada publik mengenai
pilihan kebijakan yang diambil, instrumen kebijakan yang digunakan, staf yang akan melaksanakan program, pelayanan-pelayanan yang akan diberikan, anggaran
yang telah disiapkan, dan laporan-laporan yang akan dievaluasi.
32
Non Implementation berarti suatu kebijakan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak yang terlibat dalam pelaksanaan tidak mau
bekerjasama atau telah bekerja sama secara tidak efisien, bekerja setengah hati, tidak sepenuhnya menguasai permasalah atau kemungkinan permasalahan yang
diselesaikan diluar jangkauan kekuasaan sehingga betapa gigihnya usaah mereka, hambatan
yang ada
tidak sanggup
di tanggulangi,
akibatnya implementasipelaksanaan yang efektif sukar untuk dipenuhi.
33
Keberhasilan Implementasi peraturan atau kebijakan juga sangat ditentukan oleh model implementasi yang mampu menjamin kompleksitas
masalah yang akan diselesaikan melalui kebijakan tertentu, model implementasi kebijakan ini tentunya diharapkan model yang semakin operasional sehingga
mampu menjelaskan hubungan antara variabel yang terkait dengan kebijakan.
31
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ke tiga Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003 Halaman 441
32
Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta, 2007, Halaman 36
33
I. Nyoman Sumaryadi, Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Jakarta : Citra Utama , 2005, Halaman 98
Universitas Sumatera Utara
Bahwa untuk dapat mengimplementasikan suatu kebijakan secara sempurna atau perfect implementation maka diperlukan 4 persyaratan, yakni :
a kondisi eksternal yang dihadapi instansi pelaksana tidak akan menimbulkan sesuatu yang serius.
b untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber daya yang cukup memadai.
c perpaduan sumber-sumber yang diperlukan memang tersedia. d kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan
klausalitas yang handal.
34
F. Metode Penelitian