harus melakukan pencabutan akan direkomendasikan ke daerah-daerah masing- masing untuk melakukan eksekusi.
78
B. Hambatan – Hambatan Dalam Mengimplementasikan Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 Di Kota Medan
Menurut Bapak Harmaini selaku Kepala Seksi Pengawasan Perdagangan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan dalam mengimplementasikan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 Di Kota Medan hanya menemukan kendala dalam menyosialisasikan peraturan tersebut, dimana
sebelumnya Diserindag kota Medan hanya melakukan sidak kebeberapa minimarket untuk dijadikan sampel. Akan tetapi melihat banyaknya minimarket di
kota Medan, Disperindag Kota Medan tidak akan dapat melakukan sidak kesemua tempat sehinga hal itulah yang menjadi kendala dalam mengimplementasikana
Peraturan tersebut. Walaupun sebenarnya, sebagian besar para pengusaha mematuhi aturan tersebut, terutama pihak-pihak minimarket yang bertindak
kooperatif, karena minimarket kebanyakan adalah milik beberapa Perusahaan Besar yang bergerak di bidang toko retail modern, sehingga Pemerintah Pusat lah
yang lebih berperan aktif dalam mengimplementasikan Peraturan tersebut, dalam hal ini Menteri Perdagangan pada saat itu Bapak Rachmat Gobel telah
mengumpulkan semua pengusaha-pengusaha yang terkait untuk memberitahukan akan diberlakukannya peraturan tersebut. Sehingga Disperindag sebagai
78
Hasil wawancara dengan Bapak Harmaini, SH selaku Kepala Seksi Pengawasan Perdagangan Disperindag Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
pelaksana peraturan tersebut di Kota Medan hanya bertugas untuk mensosialisasikan peraturan tersebut.
79
Namun Peraturan Menteri Perdagangan ini nyatanya mendapat hambatan atau penolakan dari daerah-daerah lain khususnya daerah wisata dan juga pihak-
pihak yang terkait yang mengakibatkan Direlaksasikannya Permendag Nomor 6 Tahun 2015 dalam Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
Nomor 04PDNPER42015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengendalian
Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol Golongan A.
Pada awal pelaksanaan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015, Menteri Perdagangan Mendag Rachmat Gobel mengaku pihaknya
mendapat banyak keluhan dari para pedagang miras yang biasa melayani turis mancanegara, lantaran peraturan tersebut membuat mereka terancam kehilangan
pekerjaan. Sebab itu, pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengizinkan mereka menjual miras dengan syarat mereka tercatat dalam sebuah kelompok atau
koperasi yang memiliki izin untuk menjual minuman beralkohol. Menurut Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Kementerian Perdagangan akan mengatur
caranya, prinsipnya bahwa para pedagang akan dibuat seperti restoran yang dikoordinasi dan Harus ada izinnya. misalnya para pedagang membuat koperasi
yang di data. Menurut Direktur Jenderal Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag
Srie Agustina mengungkapkan, pihaknya telah membuat petunjuk pelaksanaan
79
Hasil wawancara dengan Bapak Harmaini, SH selaku Kepala Seksi Pengawasan Perdagangan Disperindag Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
juklak mengenai tata cara suatu kawasan yang diperbolehkan menjual miras. Dia menjelaskan, kawasan tersebut harus memiliki peraturan daerah perda yang
menunjukkan bahwa lokasi itu merupakan lokasi wisata. Selain itu, pedagang juga harus terkumpul dalam wadah kelompok usaha bersama baik berbentuk Badan
Usaha Milik Daerah BUMD ataupun swasta. Sebagai penjual langsung harus terdaftar di dalam kelompok tersebut dimana dalam pelaksanaannya mereka bisa
kerja sama dengan hotel, bar, restoran, supermarket atau hypermarket untuk pengadaan barangnya. Menurutnya, peraturan tersebut tidak hanya diberlakukan
untuk kawasan B ali. Namun selama memegang Perda yang menunjukkan bahwa
lokasi tersebut adalah kawasan wisata, hukum tersebut berlaku di daerah itu. Dalam satu regulasi itu sifatnya harus komprehensif. Jadi Kementerian
Perdagangan mengatur untuk keseluruhan. Sepanjang Pemerintah Daerah punya Peraturan Daerah yang menetapkan bahwa di daerah mereka ada lokasi wisata
berdasarkan perda, maka berlaku peraturan tersebut. Dia menambahkan, penjualan miras di lokasi wisata pun tetap dengan catatan hanya untuk masyarakat di atas
umur 21 tahun. Peraturan ini diberlakukan untuk turis asing dan turis lokal. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan
Srie Agustina mengatakan intinya, peraturan dirjen dalam negeri yang mengatur khusus daerah wisata yang ada peraturan daerahnya itu akan direvisi dan
dikembalikan ke kabupatenkota untuk lokasi mana saja yang boleh menjual dan tidak melanggar permendag yang ada.
Aturan Dirjen Dagri No. 042015 tersebut mengatur tata cara penjualan minuman beralkohol golongan A, khususnya untuk daerah wisata. Namun dengan
Universitas Sumatera Utara
direvisinya aturan tersebut, pemerintah daerah akan memiliki wewenang untuk menetapkan daerah mana saja yang bisa menjual bir dan minuman sejenisnya.
Menurut Srie Agustina pemerintah daerah yang menentukan lokasi mana yang bisa menjual minuman beralkohol tersebut. Karena pemerintah daerah yang paling
paham terhadap masyarakatnya, apakah memerlukan minuman beralkohol atau tidak,
Namun, Srie menegaskan, revisi tersebut bukan berarti minuman beralkohol golongan A bisa dijual kembali di minimarket. Sebab, pelarangan
penjualan bir masih diatur dalam Permendag No 062015 tentang perubahan kedua atas Permendag No. 20M-DAG42014 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol. perdirjen itu hanya memperbolehkan penjualan minuman beralkohol
di kawasan wisata. dimana Nantinya di luar kawasan wisata juga boleh sepanjang bupati atau wali kota yang menetapkan, tetapi tetap non-minimarket. Srie
mengatakan dengan adanya rencana relaksasi tersebut, pemerintah daerah yang akan menentukan. Namun beberapa kota di Jawa Barat, seperti Bandung dan
Depok, menyatakan mereka tidak memerlukan minuman beralkohol golongan A untuk warga. Dengan adanya revisi perdirjen, artinya bupati atau wali kota yang
paling paham mengenai masyarakatnya, butuh atau tidak. Seperti Jawa Barat, Bandung, Depok mengatakan tetap melarang penjualan minuman beralkohol.
Rencana revisi tersebut merupakan salah satu yang masuk dalam paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah pada 9 September 2015. Dalam paket
tersebut rencana untuk revisi masuk ke dalam Daftar Kebijakan Deregulasi
Universitas Sumatera Utara
September 2015 dan direncanakan selesai pada bulan yang sama. Tujuan dari adanya deregulasi tersebut secara garis besar diarahkan untuk memulihkan dan
meningkatkan kegiatan industri atau utilisasi kapasitas industri dan menghilangkan distorsi industri yang membebani konsumen dengan melepas
tambahan beban regulasi dan birokrasi bagi industri.
80
Mengenai Relaksasi tersebut, menurut Bapak Harmaini Relaksasi Peraturan tersebut tidak berpengaruh di Medan, hal ini disebabkan Peraturan
Walikota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 15 Tahun 1990 Tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan
Minuman Beralkohol dalam pasal 16 mengenai lokasi usaha yang dapat diberikan izin tempat penjualan minuman beralkohol di Kota Medan, adalah khusus pada :
1 Hotel berbintang 3 tiga sampai dengan Hotel berbintang 5 lima 2 Bar, Discotique, Karaoke, Pub dan Club Malam.
Dan lebih lanjut dalam pasal 7 menyebutkan dilarangnya berjualan minuman beralkohol diluar lokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan
dilarang memberikan izin tempat penjualan minuman beralkohol pada lokasi sebagaiman dimaksud dalam pasal 6 yang untuk lokasi usahanya kurang dari 100
seratus meter dari rumah ibadah, rumah sakit, dan kantor pemerintahan. Artinya walaupun Peraturan Menteri Perdagangan direlaksasikan sebagaimana dalam
Aturan Dirjen Dagri No. 042015, akan tetapi sesuai dengan Peraturan Walikota
80
http:bisnis.tempo.coreadnews20150923090703135pemerintah-akan-revisi- regulasi-batasi-penjualan-miras diakses pada hari rabu, 3 Februari 2016
Universitas Sumatera Utara
tersebut tetap melarang minimarket maupun toko pengecer lainnya menjual minuman beralkohol.
C. Upaya Yang Dilakukan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan Dalam