BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum administrasi negara sebagai fenomena kenegaraan dan pemerintahan keberadaanya setua dengan keberadaan negara hukum atau muncul
bersamaan dengan diselenggarakannya kekuasaan negara dan pemerintahan berdasarkan aturan hukum tertentu.
1
Hukum administrasi negara adalah hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara. Di dalam hukum administrasi
negara, yang menjadi salah satu unsur pentingnya adalah adanya asas-asas umum pemerintahan yang baik General Principle Of Good Goverment. Asas-asas
umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan aturan hukum.
2
Pada dasarnya setiap bentuk campur tangan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai perwujudan dari asas
legalitas, yang menjadi sendi utama negara hukum. Akan tetapi karena ada keterbatasan dari asas ini, maka kepada pemerintah diberi kebebasan freies
ermessen, yaitu kemerdekaan pemerintah untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial. Freies ermessen
diskresionare merupakan salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak
1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : UII Press Indonesia, 2002, Halaman 20
2
Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara Pengadilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2012, Halaman 30
Universitas Sumatera Utara
bagi pejabat atau badan-badan administrasi negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang.
3
Dalam perkembangan nya asas-asas umum pemerintahan yang layak memiliki arti penting dan fungsi diantaranya adalah bermanfaat sebagai pedoman
dalam melakukan penafsiran dan penerapan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau tidak jelas. Kecuali itu
sekaligus membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi negara mempergunakan freies ermessen atau melakukan kebijaksanaan yang jauh
menyimpang dari ketadministrasi negara diharapkan terhindar dari perbuatan ketentuan perundang-undangan.
4
Kandungan freies emerssen seperti ini adalah konsekuensi yang inheren pada fungsi pemerintah yang terkait dengan negara
modern kesejahteraan yang secara faktual berubah dari negara modern liberal menjadi negara modern kesejahteraan tipe mutakhir, yaitu negara modern
kesejahteraan dengan fungsi penjamin kesejahteraan secara terencana.
5
Dalam hukum administrasi negara pemerintah melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas sosial maupun
ekonomi yang disebut perizinan. Izin merupakan instrumen untuk perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. Sebagai instrumen
pengendalian perizinan memerlukan rasinalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk kebijakan pemerintah sebagai sebuah acuan. Tanpa rasionalitas dan desain
kebijakan yang jelas, perizinan akan kehilangan maknanya sebagai instrumen
3
Ridwan HR, Op. Cit, Halaman 187-188
4
Ibid, Halaman 196-197
5
Willy D.S Voll, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Sinar Grafika, 2013, Halaman 164
Universitas Sumatera Utara
untuk membela kepentingan koperasi atas tindakan yang berdasarkan kepentingan individu.
6
Secara umum, perizinan juga memiliki fungsi pembinaan. Dalam artian bahwa dengan diberikannya izin oleh pemerintah, maka pelaku usaha sudah
diakui sebagai pihak yang memiliki kompetensi untuk melakukan praktik usaha. Oleh karena itu, sebagai pihak yang berkewajiban untuk memeberikan pembinaan
bagi pelaku usaha, maka pemerintah akan memiliki tanggung jawab pada pelaku usaha yang sebelumnya sudah memperoleh izin.
7
Untuk melakukan tindakan operasionalnya, administrasi negara tentu saja tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Suatu negara hukum mempunyai prinsip
bahwa setiap tindakan administrasi negara harus selalu berdasarkan hukum yang berlaku dan telah ada sebelum tindakan itu dilakukan. Prinsip ini dikenal sebagai
asas legalitas. Namun demikian, kita mengetahui hukum tertulis atau Undang- Undang tidaklah mudah pembuatannya. Hal ini menyebabkan tidak semua
masalah telah dimuat di dalam undang-undang. Di sisi lain, administrasi negara tidak dapat dibatasi secara ketat dengan suatu Undang-Undang karena fungsi
admnistrasi negara adalah mensejahterakan masyarakatnya. Untuk itu, diperlukan dasar landasan lain selain Undang-Undang agar administrasi negara dapat
bergerak bebas namun tidak dikatakan sewenang-wenang. Inilah yang disebut dasar hukum tidak tertulis yang antara lain disebut asas pemerintahan yang layak.
8
Penjualan minuman beralkohol merupakan salah satu yang harus diatur perizinanya oleh pemerintah, hal ini disebabkan minuman beralkohol merupakan
6
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta : Sinar Grafika, 2011, Prakata
7
Ibid, Hlm. 197
8
Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004, Halaman 2
Universitas Sumatera Utara
suatu hal yang selalu menjadi permasalahan di masyarakat. Secara umum, mengkonsumsi minuman beralkohol bukan menjadi tradisi maupun kebiasaan
masyarakat Indonesia, terlebih karena dampaknya dari segi kesehatan dan sosial sangat merugikan. Minuman beralkohol dari segi kesehatan dapat menimbulkan
gangguan mental organik GMO, merusak saraf dan daya ingat, odema otak, sirosis hati, gangguan jantung, gastrinitas, dan paranoid. Secara sosial pun, orang
yang mabuk karena alkohol jika tidak terkontrol akan merusak tatanan sosial masyarakat, menganggu ketertiban keamanan memicu keributan dan kekerasan,
bahkan sampai menjurus tindak pidana kriminal berat. Namun di sisi lain, di beberapa daerah tertentu di Indonesia, sebagian masyarakat dengan beragam
budaya dan adat istiadatnya mengonsumsi minuman beralkohol adalah hal biasa dalam kehidupan sehari-hari. Minuman beralkohol ini yang oleh masyarakat
setempat dikenal sebagai minuman tradisional seringkali dikonsumsi sebagai bagian dari upacara dan ritual dalam adat budaya, kebiasaan turun temurun, atau
bahkan menjadi minuman utama untuk menjaga stamina. Demikian juga di sebagian wilayah lain di Indonesia, minuman beralkohol
tradisional ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata bagi wisatawan di kawasan pariwisata. Keberagaman sikap dan penerimaan masyarakat Indonesia
terhadap minuman beralkohol inilah yang menjadikan dasar bagi beberapa Pemerintahan Daerah mengeluarkan Peraturan Daerah Perda atau kebijakan
yang bervariasi kebijakannya. Ada Peraturan daerah yang secara tegas melarang beredarnya minuman beralkohol di wilayahnya, ada juga Peraturan daerah yang
sifatnya hanya mengendalikan peredaran minuman beralkohol, dan lain
Universitas Sumatera Utara
sebagainya tergantung situasi dan kondisi wilayah serta karakteristik masyarakatnya.
9
Pro kontra mengenai perizinan penjualan minuman beralkohol juga terjadi ketika pemerintah memberikan izin kepada minimarket untuk menjual
minuman beralkohol, harus disadari maraknya peredaran minuman beralkohol golongan A di minimarket tidak terlepas dari Peraturan-peraturan sebelumnya
yang secara jelas memberikan izin terhadap penjualan minuman beralkohol di minimarket atau toko pengecer, walaupun yang diijinkan beredar dengan
pengawasan rendah hanyalah minuman beralkohol golongan A Alkohol dibawah 5 sedangkan untuk golongan B dan C Pemerintah mengawasi secara ketat
penjualan nya yaitu hanya dapat di jual di hotel, bar dan restoran yang memenuhi persyaratan dan toko bebas bea atau tempat tertentu yang ditetapkan pemerintah.
Ketentuan mengenai penjualan minuman beralkohol sebelumnya didasarkan kepada Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tetapi oleh
Mahkamah Agung dalam putusannya Nomor 42 PHUM2012 tanggal 18 juni 2013 menyatakan tidak lagi berlaku lagi karena bertentangan dengan Undang-
Undang Kesehatan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dan Undang- Undang Pangan. Selain itu Mahkamah Agung menganggap peraturan itu tidak
bisa mewujudkan ketertiban masyarakat sehingga tidak sah dan tidak mempunyaki kekuatan hukum serta dipandang perlu untuk mengatur kembali
pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan penjualan minuman beralkohol sehingga dapat memberikan perlindungan serta menjaga
9
Pendahuluan Naskah Akademik Rancangan Undang Undang Tentang Larangan Minuman Beralkohol
Universitas Sumatera Utara
kesehatan, ketertiban dan ketentraman masyarakat dari dampak buruk terhadap penyalahgunaan minuman beralkohol.
10
Sebagai penggantinya pemerintah membuat regulasi baru, yaitu Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Dan Pengawasan
Minuman Beralkohol, akan tetapi melalui Peraturan Presiden itu Pemerintah secara resmi menetapkan bahwa minuman beralkohol boleh beredar kembali, dan
kemudian secara tegas dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 memberikan izin sepenuhnya penjualan minuman beralkohol Golongan A
untuk diperjualbelikan secara bebas di minimarket dan toko pengecer sesuai ketentuan dalam peraturan tersebut. Padahal Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 20 Tahun 2014 inilah bersama dengan Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013 yang menjadi rujukan Pemerintah Daerah dalam membuat aturan peredaran
dan penjualan Minuman Beralkohol di daerah. Dalam Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tersebut secara jelas disebutkan bahwa minuman keras termasuk
dalam Barang dalam Pengawasan. Dalam Pasal 3 ayat 3 disebutkan “Pengawasan sebagaimana dimaksud meliputi pengawasan terhadap pengadaan
minuman beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor serta peredaran da
n penjualannya”. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 juga menggolongkan Minuman Beralkohol dalam tiga golongan yaitu Minuman
Beralkohol Golongan A kadar alkohol sampai 5, Golongan B kadar alkohol 5 sampai 20 dan Golongan C kadar alkohol 20 sampai 55. Pasal 7
Perpres ini menegaskan, minuman beralkohol golongan A, B, dan C hanya dapat
10
Putusan Mahkamah Agung Nomor 42 Tahun 2012 Menyatakan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman
Beralkohol tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum”
Universitas Sumatera Utara
dijual di sejumlah tempat. Di antaranya, hotel, bar, dan restoran yang memenuhi persyaratan. Selain itu, minuman beralkohol juga bisa diperjualbelikan di toko
bebas bea. Namun Peraturan presiden ini juga memberi peluang kepada daerah dengan pemberian kewenangan pada bupati dan wali kota di daerah-daerah, serta
gubernur di DKI Jakarta untuk menentukan tempat-tempat di mana minol boleh diperjualbelikan atau dikonsumsi. Syaratnya, mesti tidak berdekatan dengan
tempat peribadatan, sekolah, dan rumah sakit. Sementara pengaturan teknis oleh Kementerian Perdagangan melalui
Permendag No.43M-DAGPER2009 serta Permendag 20M-DAGPER42014 hanya melarang menjual miras di lokasi yang berdekatan dengan perumahan,
sekolah, rumah sakit, terminal, hingga kios warung. Dalam prakteknya di Indonesia, peraturan ini banyak dilanggar karena Minuman Beralkohol di jual
bebas sampai di minimarket yang berdekatan dengan tempat ibadah, sekolah dan sebagainya, karena dalam permendag tersebut masih membolehkan penjualan
secara eceran untuk minuman beralkohol golongan A di minimarket dan pengecer lainnya. Penjualan secara bebas minuman beralkohol di minimarket inilah yang
banyak menjadi sorotan masyarakat. Sejak tumbuhnya convenient store semacam gerai Seven Eleven yang menjadi tempat berkumpul orang berbagai kelompok
usia yang menjual dan bisa menikmati di tempat berbagai jenis makanan dan minuman dan juga menjual minuman beralkohol, maka banyak minimarket yang
juga memperluas bidangnya dengan menjadi convenient store. Minimarket yang memang sudah menjamur dan tidak terkontrol persebarannya, termasuk di
kawasan pemukiman dan dekat sekolah, kini juga menyediakan tempat untuk
Universitas Sumatera Utara
menikmati makanan dan minuman yang dijual. Maka publik diperlihatkan secara terbuka, pengunjung minimarket dan convenient store yang menikmati minuman
beralkohol terutama dari jenis bir. Bahkan di beberapa tempat juga terdapat kelompok pelajar dan remaja yang menikmati minuman beralkohol tersebut
secara bebas tanpa pengawasan, akibat lemahnya peraturan.
11
Akibatnya, belum 1 tahun Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 berlaku. Pada awal tahun 2015, Menteri Perdagangan pada saat itu
Bapak Rachmat Gobel mengevaluasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 dan melakukan perubahan atas beberapa pasal. Diantaranya adalah
mengakibatkan pelarangan penjualan minuman beralkohol di minimarket, segala jenis minuman beralkohol resmi dilarang dijual di minimarket dan toko pengecer
lainnya di seluruh Indonesia sesuai dengan Peraturan menteri Perdagangan Nomor 6 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 20 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Peredaran dan Penjualan Minuman Berakohol. Dalam Peraturan Menteri Perdagangan yang
baru tersebut, minimarket dan pengecer lainnya luas lantai minimal 12 m2 dikeluarkan dari kelompok tempat yang boleh menjual menimuan beralkohol
golongan A kadar alkohol sampai dengan 5. Sehingga penjualan secara eceran untuk Minuman Beralkohol golongan A itu hanya bisa dilakukan di Supermarket
dan Hypermarket.
11
http:www.kompasiana.comtriwisaksanamenyongsong-minimarket-bebas-miras-di- jakarta_5535af0e6ea8346320da42d1 diakses pada hari jumat, 9 Oktober 2015
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian latar belakang tersebut diatas, penulis ingin lebih mengetahui dan mendalami permasalahan mengenai larangan penjualan minuman beralkohol
tersebut, sehingga hal ini melatarbelakangi penulisan skripsi yang diberi judul
“Tinjauan Yuridis Terhadap Larangan Perizinaan Penjualan Minuman Beralkohol Di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan
permendag Nomor 6 Tahun 2015
”
B. Perumusan Masalah