Latar Belakang Tinjauan Yuridis terhadap Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum administrasi negara sebagai fenomena kenegaraan dan pemerintahan keberadaanya setua dengan keberadaan negara hukum atau muncul bersamaan dengan diselenggarakannya kekuasaan negara dan pemerintahan berdasarkan aturan hukum tertentu. 1 Hukum administrasi negara adalah hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara. Di dalam hukum administrasi negara, yang menjadi salah satu unsur pentingnya adalah adanya asas-asas umum pemerintahan yang baik General Principle Of Good Goverment. Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan aturan hukum. 2 Pada dasarnya setiap bentuk campur tangan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai perwujudan dari asas legalitas, yang menjadi sendi utama negara hukum. Akan tetapi karena ada keterbatasan dari asas ini, maka kepada pemerintah diberi kebebasan freies ermessen, yaitu kemerdekaan pemerintah untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial. Freies ermessen diskresionare merupakan salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak 1 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : UII Press Indonesia, 2002, Halaman 20 2 Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara Pengadilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2012, Halaman 30 Universitas Sumatera Utara bagi pejabat atau badan-badan administrasi negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang. 3 Dalam perkembangan nya asas-asas umum pemerintahan yang layak memiliki arti penting dan fungsi diantaranya adalah bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran dan penerapan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau tidak jelas. Kecuali itu sekaligus membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi negara mempergunakan freies ermessen atau melakukan kebijaksanaan yang jauh menyimpang dari ketadministrasi negara diharapkan terhindar dari perbuatan ketentuan perundang-undangan. 4 Kandungan freies emerssen seperti ini adalah konsekuensi yang inheren pada fungsi pemerintah yang terkait dengan negara modern kesejahteraan yang secara faktual berubah dari negara modern liberal menjadi negara modern kesejahteraan tipe mutakhir, yaitu negara modern kesejahteraan dengan fungsi penjamin kesejahteraan secara terencana. 5 Dalam hukum administrasi negara pemerintah melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas sosial maupun ekonomi yang disebut perizinan. Izin merupakan instrumen untuk perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. Sebagai instrumen pengendalian perizinan memerlukan rasinalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk kebijakan pemerintah sebagai sebuah acuan. Tanpa rasionalitas dan desain kebijakan yang jelas, perizinan akan kehilangan maknanya sebagai instrumen 3 Ridwan HR, Op. Cit, Halaman 187-188 4 Ibid, Halaman 196-197 5 Willy D.S Voll, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Sinar Grafika, 2013, Halaman 164 Universitas Sumatera Utara untuk membela kepentingan koperasi atas tindakan yang berdasarkan kepentingan individu. 6 Secara umum, perizinan juga memiliki fungsi pembinaan. Dalam artian bahwa dengan diberikannya izin oleh pemerintah, maka pelaku usaha sudah diakui sebagai pihak yang memiliki kompetensi untuk melakukan praktik usaha. Oleh karena itu, sebagai pihak yang berkewajiban untuk memeberikan pembinaan bagi pelaku usaha, maka pemerintah akan memiliki tanggung jawab pada pelaku usaha yang sebelumnya sudah memperoleh izin. 7 Untuk melakukan tindakan operasionalnya, administrasi negara tentu saja tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Suatu negara hukum mempunyai prinsip bahwa setiap tindakan administrasi negara harus selalu berdasarkan hukum yang berlaku dan telah ada sebelum tindakan itu dilakukan. Prinsip ini dikenal sebagai asas legalitas. Namun demikian, kita mengetahui hukum tertulis atau Undang- Undang tidaklah mudah pembuatannya. Hal ini menyebabkan tidak semua masalah telah dimuat di dalam undang-undang. Di sisi lain, administrasi negara tidak dapat dibatasi secara ketat dengan suatu Undang-Undang karena fungsi admnistrasi negara adalah mensejahterakan masyarakatnya. Untuk itu, diperlukan dasar landasan lain selain Undang-Undang agar administrasi negara dapat bergerak bebas namun tidak dikatakan sewenang-wenang. Inilah yang disebut dasar hukum tidak tertulis yang antara lain disebut asas pemerintahan yang layak. 8 Penjualan minuman beralkohol merupakan salah satu yang harus diatur perizinanya oleh pemerintah, hal ini disebabkan minuman beralkohol merupakan 6 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta : Sinar Grafika, 2011, Prakata 7 Ibid, Hlm. 197 8 Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004, Halaman 2 Universitas Sumatera Utara suatu hal yang selalu menjadi permasalahan di masyarakat. Secara umum, mengkonsumsi minuman beralkohol bukan menjadi tradisi maupun kebiasaan masyarakat Indonesia, terlebih karena dampaknya dari segi kesehatan dan sosial sangat merugikan. Minuman beralkohol dari segi kesehatan dapat menimbulkan gangguan mental organik GMO, merusak saraf dan daya ingat, odema otak, sirosis hati, gangguan jantung, gastrinitas, dan paranoid. Secara sosial pun, orang yang mabuk karena alkohol jika tidak terkontrol akan merusak tatanan sosial masyarakat, menganggu ketertiban keamanan memicu keributan dan kekerasan, bahkan sampai menjurus tindak pidana kriminal berat. Namun di sisi lain, di beberapa daerah tertentu di Indonesia, sebagian masyarakat dengan beragam budaya dan adat istiadatnya mengonsumsi minuman beralkohol adalah hal biasa dalam kehidupan sehari-hari. Minuman beralkohol ini yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai minuman tradisional seringkali dikonsumsi sebagai bagian dari upacara dan ritual dalam adat budaya, kebiasaan turun temurun, atau bahkan menjadi minuman utama untuk menjaga stamina. Demikian juga di sebagian wilayah lain di Indonesia, minuman beralkohol tradisional ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata bagi wisatawan di kawasan pariwisata. Keberagaman sikap dan penerimaan masyarakat Indonesia terhadap minuman beralkohol inilah yang menjadikan dasar bagi beberapa Pemerintahan Daerah mengeluarkan Peraturan Daerah Perda atau kebijakan yang bervariasi kebijakannya. Ada Peraturan daerah yang secara tegas melarang beredarnya minuman beralkohol di wilayahnya, ada juga Peraturan daerah yang sifatnya hanya mengendalikan peredaran minuman beralkohol, dan lain Universitas Sumatera Utara sebagainya tergantung situasi dan kondisi wilayah serta karakteristik masyarakatnya. 9 Pro kontra mengenai perizinan penjualan minuman beralkohol juga terjadi ketika pemerintah memberikan izin kepada minimarket untuk menjual minuman beralkohol, harus disadari maraknya peredaran minuman beralkohol golongan A di minimarket tidak terlepas dari Peraturan-peraturan sebelumnya yang secara jelas memberikan izin terhadap penjualan minuman beralkohol di minimarket atau toko pengecer, walaupun yang diijinkan beredar dengan pengawasan rendah hanyalah minuman beralkohol golongan A Alkohol dibawah 5 sedangkan untuk golongan B dan C Pemerintah mengawasi secara ketat penjualan nya yaitu hanya dapat di jual di hotel, bar dan restoran yang memenuhi persyaratan dan toko bebas bea atau tempat tertentu yang ditetapkan pemerintah. Ketentuan mengenai penjualan minuman beralkohol sebelumnya didasarkan kepada Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tetapi oleh Mahkamah Agung dalam putusannya Nomor 42 PHUM2012 tanggal 18 juni 2013 menyatakan tidak lagi berlaku lagi karena bertentangan dengan Undang- Undang Kesehatan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dan Undang- Undang Pangan. Selain itu Mahkamah Agung menganggap peraturan itu tidak bisa mewujudkan ketertiban masyarakat sehingga tidak sah dan tidak mempunyaki kekuatan hukum serta dipandang perlu untuk mengatur kembali pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan penjualan minuman beralkohol sehingga dapat memberikan perlindungan serta menjaga 9 Pendahuluan Naskah Akademik Rancangan Undang Undang Tentang Larangan Minuman Beralkohol Universitas Sumatera Utara kesehatan, ketertiban dan ketentraman masyarakat dari dampak buruk terhadap penyalahgunaan minuman beralkohol. 10 Sebagai penggantinya pemerintah membuat regulasi baru, yaitu Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol, akan tetapi melalui Peraturan Presiden itu Pemerintah secara resmi menetapkan bahwa minuman beralkohol boleh beredar kembali, dan kemudian secara tegas dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 memberikan izin sepenuhnya penjualan minuman beralkohol Golongan A untuk diperjualbelikan secara bebas di minimarket dan toko pengecer sesuai ketentuan dalam peraturan tersebut. Padahal Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 inilah bersama dengan Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013 yang menjadi rujukan Pemerintah Daerah dalam membuat aturan peredaran dan penjualan Minuman Beralkohol di daerah. Dalam Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tersebut secara jelas disebutkan bahwa minuman keras termasuk dalam Barang dalam Pengawasan. Dalam Pasal 3 ayat 3 disebutkan “Pengawasan sebagaimana dimaksud meliputi pengawasan terhadap pengadaan minuman beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor serta peredaran da n penjualannya”. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 juga menggolongkan Minuman Beralkohol dalam tiga golongan yaitu Minuman Beralkohol Golongan A kadar alkohol sampai 5, Golongan B kadar alkohol 5 sampai 20 dan Golongan C kadar alkohol 20 sampai 55. Pasal 7 Perpres ini menegaskan, minuman beralkohol golongan A, B, dan C hanya dapat 10 Putusan Mahkamah Agung Nomor 42 Tahun 2012 Menyatakan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum” Universitas Sumatera Utara dijual di sejumlah tempat. Di antaranya, hotel, bar, dan restoran yang memenuhi persyaratan. Selain itu, minuman beralkohol juga bisa diperjualbelikan di toko bebas bea. Namun Peraturan presiden ini juga memberi peluang kepada daerah dengan pemberian kewenangan pada bupati dan wali kota di daerah-daerah, serta gubernur di DKI Jakarta untuk menentukan tempat-tempat di mana minol boleh diperjualbelikan atau dikonsumsi. Syaratnya, mesti tidak berdekatan dengan tempat peribadatan, sekolah, dan rumah sakit. Sementara pengaturan teknis oleh Kementerian Perdagangan melalui Permendag No.43M-DAGPER2009 serta Permendag 20M-DAGPER42014 hanya melarang menjual miras di lokasi yang berdekatan dengan perumahan, sekolah, rumah sakit, terminal, hingga kios warung. Dalam prakteknya di Indonesia, peraturan ini banyak dilanggar karena Minuman Beralkohol di jual bebas sampai di minimarket yang berdekatan dengan tempat ibadah, sekolah dan sebagainya, karena dalam permendag tersebut masih membolehkan penjualan secara eceran untuk minuman beralkohol golongan A di minimarket dan pengecer lainnya. Penjualan secara bebas minuman beralkohol di minimarket inilah yang banyak menjadi sorotan masyarakat. Sejak tumbuhnya convenient store semacam gerai Seven Eleven yang menjadi tempat berkumpul orang berbagai kelompok usia yang menjual dan bisa menikmati di tempat berbagai jenis makanan dan minuman dan juga menjual minuman beralkohol, maka banyak minimarket yang juga memperluas bidangnya dengan menjadi convenient store. Minimarket yang memang sudah menjamur dan tidak terkontrol persebarannya, termasuk di kawasan pemukiman dan dekat sekolah, kini juga menyediakan tempat untuk Universitas Sumatera Utara menikmati makanan dan minuman yang dijual. Maka publik diperlihatkan secara terbuka, pengunjung minimarket dan convenient store yang menikmati minuman beralkohol terutama dari jenis bir. Bahkan di beberapa tempat juga terdapat kelompok pelajar dan remaja yang menikmati minuman beralkohol tersebut secara bebas tanpa pengawasan, akibat lemahnya peraturan. 11 Akibatnya, belum 1 tahun Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 berlaku. Pada awal tahun 2015, Menteri Perdagangan pada saat itu Bapak Rachmat Gobel mengevaluasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 dan melakukan perubahan atas beberapa pasal. Diantaranya adalah mengakibatkan pelarangan penjualan minuman beralkohol di minimarket, segala jenis minuman beralkohol resmi dilarang dijual di minimarket dan toko pengecer lainnya di seluruh Indonesia sesuai dengan Peraturan menteri Perdagangan Nomor 6 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Peredaran dan Penjualan Minuman Berakohol. Dalam Peraturan Menteri Perdagangan yang baru tersebut, minimarket dan pengecer lainnya luas lantai minimal 12 m2 dikeluarkan dari kelompok tempat yang boleh menjual menimuan beralkohol golongan A kadar alkohol sampai dengan 5. Sehingga penjualan secara eceran untuk Minuman Beralkohol golongan A itu hanya bisa dilakukan di Supermarket dan Hypermarket. 11 http:www.kompasiana.comtriwisaksanamenyongsong-minimarket-bebas-miras-di- jakarta_5535af0e6ea8346320da42d1 diakses pada hari jumat, 9 Oktober 2015 Universitas Sumatera Utara Dari uraian latar belakang tersebut diatas, penulis ingin lebih mengetahui dan mendalami permasalahan mengenai larangan penjualan minuman beralkohol tersebut, sehingga hal ini melatarbelakangi penulisan skripsi yang diberi judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Larangan Perizinaan Penjualan Minuman Beralkohol Di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan permendag Nomor 6 Tahun 2015 ”

B. Perumusan Masalah