Jenis Penelitian Teknik Pengumpulan Data Kesimpulan Saran

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU angkatan 2014. 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian Waktu penelitian dimulai pada Bulan Maret sampai Bulan Desember tahun 2015 yakni sejak penyusunan proposal hingga penyelesaian hasil karya tulis ilmiah dimana pengambilan data dilakukan pada Bulan September Tahun 2015.

4.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa FK USU angkatan 2014 yang berjumlah 270 orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Dari populasi tersebut akan dipilih sampel dengan metode simple random sampling melalui perhitungan besar sampel estimasi proporsi dengan presisi mutlak : n = Universitas Sumatera Utara Keterangan: n : besar sampel N : besar populasi d : presisi mutlak z : z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan P : proporsi penelitian sebelumnya n = = 159 Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 159 orang. Adapun yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu : 1. Responden dalam keadaan sehat dan tidak memerlukan asupan tertentu. 2. Responden tidak sedang menjalani program diet tertentu. 3. Responden bukan seorang vegetarian.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner, formulir food recall 24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire. Data sekunder merupakan data populasi umum mahasiswa FK USU angkatan 2014 yang diperoleh dari Bagian Pendidikan FK USU. 4.5 Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap berikut: 1. Editing. Memeriksa daftar pertanyaan yang telah diisi oleh responden meliputi kelengkapan, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban. Universitas Sumatera Utara 2. Coding. Memberi kode untuk mempercepat entry data dan mempermudah proses analisis data. 3. Entry. Memasukkan data ke dalam komputer untuk diolah dan dianalisis. 4. Cleaning. Pemeriksaan kembali data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk dikoreksi jika terdapat kesalahan pada proses entry. Data konsumsi buah dan sayur yang diperoleh dari formulir food recall 24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire diolah dengan menggunakan software nutrisurvey.

4.5.2 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan program Statistic Package for Special Science SPSS. Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan. Fakultas Kedokteran adalah fakultas pertama yang didirikan di Universitas Sumatera Utara pada tanggal 20 Agustus 1952. Tahun 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara telah memiliki 1.466 orang mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan perkuliahan. Program studi pendidikan dokter di Universitas Sumatera Utara terdiri dari tujuh semester dimana bidang studi ilmu gizi telah diajarkan sejak semester pertama perkuliahan.

5.1.2 Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 159 orang dan telah memenuhi kriteria inklusi. Responden dipilih secara simple random sampling dengan kategori sebagai berikut : Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n Laki-laki 59 37,1 Perempuan 100 62,9 Total 159 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 59 orang 37,1 dan jumlah responden perempuan 100 orang 62,9. Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Tingkat Pengetahuan Gizi

Pengetahuan responden dinilai berdasarkan 15 pertanyaan yang mencakup informasi gizi yang dimiliki responden khususnya tentang buah dan sayur. Data mengenai distribusi frekuensi jawaban responden dapat dirinci sebagai berikut : Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Gizi No. Pernyataan Jawaban Responden Benar Salah n n 1. Vitamin dalam sayuran berwarna hijau 69 43,4 90 56,6 2. Pengolahan sayur bersantan 103 64,8 56 35,2 3. Cara membersihkan sayuran 143 89,9 16 10,1 4. Konsumsi sayur yang baik 119 74,8 40 25,2 5. Akibat kurangnya konsumsi sayuran berwarna hijau tua 94 59,1 65 40,9 6. Mengkonsumsi buah di pagi hari 73 45,9 86 54,1 7. Konsumsi buah yang baik 143 89,9 16 10,1 8. Cara mengkonsumsi buah 148 93,1 11 6,9 9. Cara membersihkan buah 150 94,3 9 5,7 10. Contoh buah yang banyak mengandung vitamin C 155 97,5 4 2,5 11. Akibat dari kurang asupan vitamin C 149 93,7 10 6,3 12. Zat gizi yang terkandung dalam sayur dan buah 156 98,1 3 1,9 13. Jenis sayur dan buah yang dikonsumsi 127 79,9 32 20,1 14. Akibat kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah 152 95,6 7 4,4 15. Sumber zat pengatur bagi tubuh 112 70,4 47 29,6 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2 menjabarkan jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan gizi dari buah dan sayur. Jumlah jawaban benar terbanyak dari responden adalah pernyataan ke 12 sebesar 156 orang 98,1 sedangkan jumlah yang paling sedikit adalah pada pernyataan pertama sebesar 69 orang 43,4. Tingkat pengetahuan digolongkan menjadi tiga kriteria yaitu baik, sedang, dan kurang. Perinciannya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tingkat Pengetahuan n Baik 107 67,3 Sedang 52 32,7 Kurang Total 159 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas tingkat pengetahuan responden adalah baik yakni sebanyak 107 orang 67,3 dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Pengetahuan Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan n n n Baik 37 62,7 70 70 107 67,3 Sedang 22 37,3 30 30 52 32,7 Total 59 100 159 Berdasarkan Tabel 5.4 responden terkategori dalam tingkat pengetahuan baik dan sedang. Sebagian besar responden 67,3 berpengetahuan baik. Jika dilihat dari jenis kelamin ternyata baik laki-laki maupun perempuan memiliki pengetahuan yang baik, masing-masing sebesar 62,7 dan 70. Universitas Sumatera Utara

5.1.4 Pola Konsumsi

Dari formulir food recall 24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire, pola konsumsi responden akan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang. Berdasarkan hasil isian oleh responden didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.5 Distribusi Pola Konsumsi Responden Pola Konsumsi n Baik 20 12,6 Cukup 69 43,4 Kurang 70 44 Total 159 100 Berdasarkan Tabel 5.5 diatas diperoleh data bahwa pola konsumsi buah dan sayur yang baik hanya dilakukan oleh 20 orang 12,6 responden. Pola konsumsi yang kurang mencapai 70 orang 44 responden dan sisanya dikategorikan cukup sebanyak 69 orang 43,4. Tabel 5.6 Distribusi Pola Konsumsi Berdasarkan Jenis Kelamin Pola Konsumsi Jenis Kelamin Baik Cukup Kurang Total n n n n Laki-laki 11 18,6 22 37,3 26 44,1 59 Perempuan 9 9 47 47 44 44 100 Total 20 12,6 69 43,4 70 44 159 Dari Tabel 5.6 diperoleh data bahwa pola konsumsi buah dan sayur untuk kategori cukup dan kurang masing-masing 69 orang 43,4 dan 70 orang 44. Akan tetapi jika dilihat berdasarkan jenis kelamin maka pola konsumsi buah dan sayur pada responden laki-laki lebih baik dibandingkan dengan responden Universitas Sumatera Utara perempuan, masing-masing 18,6 dan 9. Sebaliknya responden perempuan lebih banyak terkategori cukup dalam pola konsumsi buah dan sayur daripada responden laki-laki, masing-masing sebesar 47 dan 37,3. Responden laki-laki maupun perempuan memiliki jumlah yang hampir sama besar untuk kategori pola konsumsi kurang.

5.1.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Mahasiswa

Setelah diketahui gambaran tingkat pengetahuan dan gambaran pola konsumsi pada mahasiswa FK USU angkatan 2014, maka dapat diperoleh hubungan kedua variabel tersebut yang akan disajikan sebagai berikut: Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur Tingkat Pengetahuan Baik Sedang Total n n n Pola Konsumsi Baik 11 6,9 9 5,7 20 12,6 Cukup 61 38,4 8 5 69 43,4 Kurang 35 22 35 22 70 44 Total 107 67,3 52 32,7 159 100 p = 0,881 Dari 159 orang responden didapatkan 11 orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik disertai pola konsumsi yang baik pula. Berdasarkan hasil analisis chi square diperoleh p value = 0,881 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU angkatan 2014. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Tingkat Pengetahuan Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan yang dicantumkan pada Tabel 5.3 menunjukkan data bahwa sebanyak 107 orang responden 67,3 Universitas Sumatera Utara memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 52 orang responden 32,7 memiliki tingkat pengetahuan yang sedang, dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Hal ini menunjukkan hasil yang signifikan bahwa mahasiswa FK USU angkatan 2014 memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang buah dan sayuran. Pengetahuan yang dimiliki responden diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman sehari-hari. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo 2007. Seluruh responden yang termasuk dalam kategori late adolescence dengan rentang usia 17-20 tahun Jafar, 2005 juga telah mampu untuk memperoleh pengetahuan yang baik serta memilih informasi yang benar dan tepat. Semakin bertambahnya usia maka interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman dan pengetahuan baru juga akan meningkat atau mengalami perbaikan. Hal tersebut juga berlaku terhadap pengetahuan mengenai gizi. Dari Tabel 5.4 didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik hampir sama besar dengan responden laki-laki yaitu sebanyak 70 perempuan dan 62,7 laki- laki. Pada tingkat pengetahuan yang sedang juga diperoleh hasil yang tidak terlalu berbeda jauh yakni sebesar 37,3 laki-laki dan 30 perempuan. Meskipun demikian data tersebut tidak signifikan memperlihatkan hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan karena adanya perbedaan jumlah antara responden laki-laki dengan perempuan dimana jumlah responden laki-laki hanya mencapai setengah dari jumlah responden perempuan.

5.2.2 Pola Konsumsi

Berdasarkan data yang tercantum dalam Tabel 5.5, jumlah pola konsumsi yang dikategorikan baik sangat sedikit dari seluruh jumlah responden yaitu 20 orang 12,6. Sementara itu jumlah antara pola konsumsi yang dikategorikan cukup dengan yang dikategorikan kurang hampir seimbang yakni 69 orang 43,4 kategori cukup dan 70 orang 44 kategori kurang. Berbagai faktor dapat mempengaruhi responden dalam memilih bahan makanan dan pada usaha masing-masing individu untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Lingkungan Universitas Sumatera Utara disekitar fakultas dan tempat makan lainnya kurang mendukung dalam penyajian makanan sehat tumpeng gizi seimbang. Keadaan sebagian besar responden yang tidak tinggal dengan orang tua ataupun keluarga menyebabkan mereka lebih sering memilih makanan cepat saji. Selain itu cukup banyak dari responden yang tidak memenuhi aturan untuk makan tiga kali sehari dengan berbagai alasan tertentu. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki dengan pola konsumsi yang baik lebih banyak daripada responden perempuan yakni 18,6 laki-laki dan 9 perempuan. Untuk kategori cukup jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki, masing-masing sebanyak 47 dan 37,3. Pada kategori kurang jumlah responden perempuan dan laki-laki sama besar yaitu 44. Hal ini tidak menunjukkan hasil yang signifikan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi karena jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki.

5.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi

Tabel 5.7 menunjukkan hasil bahwa hanya 11 orang 6,9 responden yang memiliki tingkat pengetahuan dan pola konsumsi yang baik. Tingkat pengetahuan responden tidak ada yang dikategorikan kurang. Pada tingkat pengetahuan yang sedang dengan pola konsumsi yang kurang didapatkan hasil 35 orang 22 responden. Analisis data untuk mendapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi dilakukan melalui uji chi square. Dari hasil uji diperoleh p value = 0,881. Nilai p hitung yang didapatkan lebih besar dari p tabel 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU angkatan 2014. Hal ini diasumsikan terjadi karena kurangnya kesadaran para remaja tentang manfaat dari buah dan sayur. Banyak remaja putri yang mengkonsumsi buah dan sayur sebagai bahan makanan pengganti karbohidrat dalam proses penurunan berat badan sedangkan remaja putra kurang menyukai konsumsi buah dan sayuran. Remaja lebih sering mengkonsumsi makanan cepat Universitas Sumatera Utara saji di tempat makan tertentu yang dianggap mengikuti perkembangan arus globalisasi. Buah dan sayuran sering menjadi bahan makanan yang diabaikan saat memilih makanan atau disisihkan dari menu makanan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soraya Farisa 2012 di SMPN 8 Depok terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur. Penelitian Indah Lestari, dkk 2014 pada remaja Sekolah Menengah Atas SMA di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan dan Nurdiah Achmad, dkk 2014 pada siswa SMA di Makassar juga memberikan hasil yang berhubungan. Akan tetapi hasil penelitian Natalia Wulansari 2009 pada remaja SMA di Bogor tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa FK USU angkatan 2014, maka dapat disimpulkan: 1. Sebanyak 107 orang 67,3 mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang baik. 2. Sebanyak 20 orang 12,6 mahasiswa memiliki pola konsumsi buah dan sayur yang baik. 3. Tidak ditemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU angkatan 2014 berdasarkan p value = 0,881

6.2 Saran

1. Dalam penelitian ini tidak terdapat keseimbangan antara jumlah responden laki-laki dan perempuan, maka pada penelitian selanjutnya diharapkan agar diperhatikan keseimbangan jumlah responden laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan hubungan yang menyertakan variabel jenis kelamin. 2. Penelitian sejenis diharapkan mengambil data yang lebih akurat sehingga hasil penelitian dapat memberikan kemaknaan. 3. Mahasiswa FK USU angkatan 2014 diharapkan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konsumsi buah dan sayuran serta memperbaiki pola konsumsi makanan, terutama bahan makanan buah dan sayur. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Pengetahuan Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui bila seseorang telah melakukan penginderaan yang meliputi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu obyek. Pengetahuan diperoleh dari hasil usaha seseorang dalam mencari tahu rangsangan berupa obyek dari luar terlebih dahulu melalui proses sensorik dan interaksi dirinya terhadap lingkungan sosial. Melalui hal inilah, seseorang dapat memperoleh pengetahuan baru tentang suatu objek. Dalam teori kognitif, pengetahuan merupakan hasil interaksi timbal balik antara seseorang dengan lingkungan sosial yang menghasilkan pengalaman tertentu. Notoatmodjo 2007 menyatakan tingkatan pengetahuan terbagi enam antara lain: 1. Tahu, artinya kemampuan dalam mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari. 2. Memahami, artinya kemampuan dalam memberi penjelasan tentang obyek dan dapat menginterpretasi materi secara benar. 3. Aplikasi, artinya kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 4. Analisis, artinya kemampuan dalam menguraikan materi ke dalam struktur tersebut yang masih ada kaitan antara satu sama lain. 5. Sintesa, artinya kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian dengan kata lain dalam bentuk keseluruhan baru. 6. Evaluasi, artinya kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pengetahuan sebagai intermediate impact atau hasil jangka menengah memiliki pengaruh pada perkembangan perilaku. Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas dari makhluk hidup terhadap stimulus atau rangsangan baik dapat Universitas Sumatera Utara diamati secara langsung, maupun tidak langsung. Perilaku manusia meliputi hal- hal seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi, dan juga emosi Notoatmodjo, 2007. Lebih lanjut, Notoadmodjo mengutip pendapat Benyamin Bloom, perilaku manusia terbagi menjadi tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan umumnya diperoleh melalui pengalaman sehari-hari yang dapat diperoleh dari berbagai sumber dan sangat dipengaruhi oleh latar belakang seorang individu. Menurut Notoatmodjo 2007 cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi: 1. Nonilmiah a. Trial and Error Metode ini sering digunakan terutama jika belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu untuk yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Cara coba dan salah selalu digunakan dalam meletakkan dasar- dasar dan menemukan teori-teori pada berbagai cabang ilmu pengetahuan. Pengalaman yang diperoleh melaului penggunaan metode ini membantu perkembangan berpikir dan kebudayaan manusia ke arah yang lebih baik. b. Secara Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh individu yang bersangkutan. c. Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak kebiasaan dan tradisi yang masih tetap dilakukan tanpa melalui suatu penalaran terlebih dahulu, seolah- olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut adalah pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para pemegang otoritas ini, termasuk ahli ilmu pengetahuan, pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Masyarakat menerima pendapat yang dikemukakan para pemegang otoritas ini tanpa menguji atau membuktikan kebenarannya Universitas Sumatera Utara baik berdasarkan fakta empiris maupun sebuah penalaran karena menganggap bahwa pendapat tersebuat sudah benar. d. Pengalaman Pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Namun tidak semua pengalaman dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang benar karena hal tersebut memerlukan pola pemikiran yang logis dan kritis. e. Common Sense Akal sehat terkadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Salah satu contohnya adalah metode reward and punishment yang masih sering digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan. f. Kebenaran melalui Wahyu Kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama bersangkutan tanpa menguji aspek rasionalitasnya karena hal ini bukan merupakan hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia. g. Kebenaran secara Intuitif Biasanya diperoleh manusia dengan cepat melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenarannya sukar dipercaya karena tidak menggunakan cara-cara yang rasional serta sistematis melainkan hanya berdasarkan intuisi saja. h. Melalui Jalan Pikiran Seiring dengan perkembangan kebudayaan, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Penalaran digunakan dalam memperoleh pengetahuan baik secara deduksi maupun induksi. Keduanya pada dasarnya merupakan cara pemikiran yang mengemukakan pernyataan-pernyataan lalu dicari hubungannya untuk menarik kesimpulan. Induksi dilakukan melalui pernyataan khusus ke pernyataan umum sedangkan deduksi dilakukan dari pernyataan umum ke pernyataan khusus. Universitas Sumatera Utara i. Induksi Dalam berpikir induktif penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan pengalaman empiris yang didapat melalui indera lalu dimaknai ke dalam sebuah konsep untuk memahami suatu gejala. Proses berpikir induksi berawal dari hasil yang nyata maka dapat dikatakatan bahwa induksi beranjak dari hal yang konkret ke hal yang abstrak. Proses berpikir induksi dikelompokkan menjadi dua bagian yakni sempurna dan tidak sempurna. Induksi sempurna adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari penjumlahan dari kesimpulan khusus dimana proses berpikir berusaha mengidentifikasi masing-masing objek dan dicari kesamaannya. Induksi tidak sempurna merupakan penarikan kesimpulan yang dilakukan melalui sejumlah sampel objek saja. j. Deduksi Pemikiran deduktif adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke khusus. Cara berpikir deduksi dikembangkan ke dalam suatu silogisme untuk memungkinkan pencapaian kesimpulan yang lebih baik. Dalam deduksi berlaku bahwa kebenaran secara umum pada kelas tertentu berlaku pada semua peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup kelas tersebut. 2. Ilmiah Metode ini menggunakan cara yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini sering disebut sebagai metodologi penelitian dan mencakup tiga hal pokok yaitu: a Positif, yakni gejala yang muncul saat dilakukan pengamatan. b Negatif, yakni gejala yang tidak muncul saat dilakukan pengamatan. c Variasi, yakni gejala yang berubah-ubah pada berbagai kondisi tertentu. Pengetahuan adalah hasil yang terjadi setelah individu melakukan penginderaan pada suatu objek dan merupakan hal utama yang mendukung pembentukan perilaku. Lebih lanjut faktor yamg mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya. Dengan tingkat pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, perilaku seseorang akan baik dan dapat berlangsung lama. Universitas Sumatera Utara Sebaliknya, bila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran positif, maka perilaku tersebut tidak bertahan lama Notoatmodjo, 2007. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara ataupun kuesioner yang menyangkut materi yang ingin diukur dari responden. Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang akan diberikan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Gizi nutrition adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antar konsumsi dan penyerapan zat gizi dan pengunaan zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh Supariasa, 2002.

2.2 Konsumsi

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015

0 0 10

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015

0 0 3

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015

0 1 11

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015

0 0 3

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015

0 0 11

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Terhadap Tingkat Konsumsi Minuman Berkafein di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 13

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Terhadap Tingkat Konsumsi Minuman Berkafein di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Terhadap Tingkat Konsumsi Minuman Berkafein di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 4

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Terhadap Tingkat Konsumsi Minuman Berkafein di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 9