2.1.5 Struktur Yakuza
Struktur yakuza setelah perang dunia II terlihat semakin jelas dan rapi, ini dapat dibuktikan dengan adanya kerjasama yang baik dan rapi sesama anggota
yakuza. Selain itu organisasi yakuza pada saat ini telah memiliki beberapa jabatan layaknya pemerintahan sendiri.
Pada setiap organisasi yakuza, setidaknya terdiri dari unit terkecil yaitu oyabun dan kobun. Oyabun memiliki penasehat saiko komon, saiko komon
terdiri dari pengacara, akuntan dan sekretaris. Dibawah oyabun terdapat wakagashira, yaitu orang nomor dua setelah oyabun tetapi tidak memilki
kekuasaan. Wakagashira adalah atasan dari wakashu atau yang lebih dikenal dengan kobun, dan tugas dari wakagashira ini adalah menjadi penghubung antara
oyabun dengan kobun-kobun-nya. Selain itu terdapat juga shatei gashira, yang merupakan orang nomor tiga di dalam organisasi yakuza. Shatei gashira
merupakan pemimpin dari para anggota yakuza yang masih junior. Sebelum bertindak, setiap anggota yakuza terlebih dahulu menunggu
perintah dari oyabun, dan tidak akan bertindak sesuka hati tanpa adanya perintah dari oyabun. Setiap organisasi yakuza memiliki peraturan-peraturan sendiri yang
wajib dipatuhi dan dijalankan oleh anggotanya. Oyabun memegang kekuasan penuh untuk mengatur jalannya organisasi, termasuk wewenang untuk
menghukum anggota yang melanggar peraturan yang sudah ditetapkan organisasi. Jika seorang oyabun memiliki banyak kobun yang mendirikan ikka-nya
sendiri, dan kobun tersebut menjadi oyabun di ikka yang baru didirikannya tersebut, maka oyabun tersebut akan disebut sebagai socho presiden, yang
Universitas Sumatera Utara
menunjukan bahwa ia merupakan pimpinan tertinggi dari sebuah organisasi kompleks yang membawahi banyak unit semi independent, dikatakan semi
independent karena ikka yang baru terbentuk merupakan cabang dari ikka yang didirikan pertama kali oleh oyabun, namun ikka baru tersebut berhak menjalankan
kegiatannya sendiri tetapi tetap berada dibawah perlindungan ikka inti. Pada saat ini, semakin banyak organisasi-organisasi yakuza baru yang
bermunculan, ini disebabkan karena banyak yang menilai menjadi anggota yakuza merupakan cara yang gampang untuk dapat memproleh uang, meskipun harus
berhadapan dengan resiko yang besar. Selain itu banyak terjadi pertikaian- pertikaian dan selisih paham yang mengakibatkan terjadinya perpecahan di
organisasi yakuza, sehingga tidak jarang seorang anggota keluar dari satu oraganisasi dan mendirikan organisasinya sendiri dan menjadioyabundi organisasi
yang baru didirikannya tersebut.
2.1.6 Yubitsume Potong Jari