mengampuni tikus dan membebaskannnya. Tikus berterima kasih atas kebaikkan singa karena telah membebaskannya. Beberapa tahun kemudian, pada suatu hari
singa tertangkap jaring pemburu, dan kemudian si tikus datang untuk membebaskan si singa sebagai balas budi karena telah membebaskannya dulu. Si
singa pun meminta maaf kepada tikus atas arogansinya ketika bertemu tikus dahulu. Semenjak kejadian itu tikus dan singa pun menjadi sahabat.
Dongeng versi Jepang ini memuat pesan tentang permintaan maaf yang kaya akan pesan moral, menekankan pentingnya sikap saling tergantung satu sama
lain yang menjadi simbol dari budaya Jepang. Pada cerita tersebut, yakuza juga memegang erat kata permintaan maaf
yang mereka interpretasikan dengan yubitsume potong jari. Hal tersebut terlihat bila seorang yakuza melakukan kesalahan, maka mereka harus meminta maaf dan
bertanggung jawab atas kesalahannya. Memang cara memotong jari ini sangat ekstrim atau terkesan berlebihan, tetapi mereka beranggapan ada harga yang harus
di bayar dalam sebuah kesalahan.
3.3 Tato Gambar Jibo Kannon
Tidak semua tato yang dipakai oleh anggota yakuza memiliki makna yang menyeramkan dan tidak dipungkiri bahwa tato yang digunakan yakuza justru
adalah tato-tato yang bersifat feminim. Mereka juga manusia biasa yang memiliki rasa kemanusiaan hal tersebut tergambar dalam tato Jibo Kannon.
Universitas Sumatera Utara
Bagi yakuza tato Jibo Kannon melambangkan dari sosok yang lemah lembut, rela berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain. Hal tersebut
yang menjadi alasan yakuza menato tubuhnya dengan gambar Jibo Kannon. Dalam sejarah Jepang,Jibo Kannon merupakan
“ibu penuh kasih” dan juga simbol dari pemberi anak.
Jibo Kannon adalah wujud dari Avalokitesvara sebagai ibu yang welas kasih,
melengkapi wujud-Nya
sebagai Koyasu
Kannon. Dalam
saddharmapundarika Sutra bab Avalokitesvara, Samantamukha Varga dikatakan apabila seseorang dengan tulus memohon anak laki-laki atau perempuan pada
Avalokitesvara, maka harapannya akan terkabulkan. Songzi Guanyin berasal dari Avalokitesvara yang berada dalam Garbhakosa Mandala Rahim.
“Rahim” ini dikaitkan dengan pemberian anak. Songzi Guan Yin biasanya digambarkan
dengan menggendong seorang anak, menyimbolkan diri-Nya sebagai “pemberi
anak ”. Di Guangzhou, ulang tahun-Nya jatuh pada tanggal 24 bulan 2 lunar dan
diadakan perayaan Shengchai Hui perayaan sayur mentah dimana para umat memberikan sayur mentah Shengcai dengan harapan melahirkan anak
Shengzai. Pada zaman dinasti Jin, seorang bernama Sun Daode pada umur 50 tahun
belum mempunyai anak. Seorang bhiksu yang tinggal di Vihara dekat rumahnya menganjurkan membaca Guanyin Jing dan tak lama kemudian istrinya hamil dan
kemudian melahirkan anak laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Tato Gambar Jigaku Dayu
Tato tidak hanya dipakai oleh laki-laki, tetapi juga perempuan. Begitu juga dengan
yakuza perempuan.
Mereka menggunakan
tato yang
lebih menginterpretasikan sisi feminim perempuan dengan gambar yang seorang
pelacur nomor satu di era Muromachi yaitu Jigaku Dayu. Didominasi kaum pria, wanita pun dengan segala keanggunannya
berlomba-lomba menyematkan simbol-simbol indah itu di tubuh mereka. Seakan tidak perduli lagi pandangan masyarakat yang belum terbiasa karena masih terikat
erat dengan adat ketimuran. Sebuah pemikiran picik, sempit, dan dangkal ketika melihat semua yang terlihat aneh, seperti halnya wanita bertato selalu diidentikkan
dengan hal-hal yang negatif. Pro dan kontra di masyarakat Jepang tentang tato rupanya telah
melahirkan pandangan modern sebagai wanita yang menyikapi tato dengan alasan yang beragam. Ada kecendrungan mereka para wanita menginginkannya seperti
sebuah candu, tapi tidak berani karena takut ketagihan. Tetapi ada juga yang berpikiran bahwa tidak ada yang salah dengan tato. Sama saja dengan karya seni
yang lain, ada media, ada seniman, ada pelaku dan penikmatnya. Inilah bukti bahwa makna tato telah bergeser di Jepang. Tidak lagi difungsikan sebagai
penanda kriminal dalam kehidupan, namun telah menjadi fashion dan tren gaya hidup.
Perempuan yang bergabung dalam yakuza biasanya juga memakai tato. Namun biasanya mereka terdiri dari dua golongan, yaitu sebagai istri dari petinggi
Universitas Sumatera Utara
yakuza dan ada dari golongan pekerja seks. Kedua golongan tersebut menggunakan tato sama-sama bertujuan untuk memperindah tubuh mereka.
Pada zaman Edo, tato banyak digunakan di kalangan pelacur yang mempunyai langganan tetap, atau yang biasa disebut dengan juyos dan kalangan
geisha. Penggunaan tato sangat jarang ditemui di kalangan gadis biasa. Tato di kalangan juyos dan geisha menyimbolkan tanda mata cinta yang pernah mereka
jalin dengan seseorang. Tato dianggap sebagai sebuah tanda bukti betapa kuatnya mereka memegang janji.
Para juyos memilih menato dibagian lengan atas dan sekitar ketiak. Akan tetapi, ada anggapan lain bahwa tato hanyalah hiasan untuk memikat para
pelanggan agar sang juyos mendapat kegemilangan dan kesuksesan dalam karir kepelacurannya. Selain itu, memang terdapat beberapa cara para juyos dan geisha
dalam memikat dan mengikat para pelanggannya, seperti memotong rambut dan kuku, menato lengan dengan panggilan kesayangan, melicinkan siku dan paha,
bahkan memberi janji tertulis kepada para pelanggan tercintanya. Akibat tingginya tingkat transaksi juyos dan geisha kepada pelanggan
yang berbeda-beda, menyebabkan eksitensi tato yang melekat pada tubuh mereka sering menjadi masalah. Para hidung belang sering mengeluh dan risih melihat
tato tersebut. Bahkan, beberapa pelanggan menuntut agar perempuan penghiburnya menghapus tato tersebut. Ada beberapa juyos dan geisha yang
menghapus dengan cara membakar tato dengan moxa terbuat dari herbal yang dikeringkan, dan cara ini sangat menyakitkan.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat ini gambar atau karakter seseorang pun bisa menginspirasi untuk membuat tato. Dayu adalah tokoh nyata yang hidup di tempat pelacuran. Dia
bekerja sampai bisa menebus dirinya atau menarik perhatian seorang tuan yang bisa membebaskannya. Persamaan kehidupan yang keras itu yang dimaknai oleh
yakuza perempuan. Seperti Shoko Tendo, dia adalah putri salah satu bos besar yakuza. Shoko menato punggungnya dengan gambar Jigaku Dayu untuk
menunjukkan kehidupan yang kelam juga bisa membuatnya tegar dan menjadi nomor satu dalam menyelesaikan masalah dan keluar dari masalah yang selama
ini membelenggunya. Ada beberapa alasan yang mengemuka mengenai daya tarik seks tato
dalam hubungan intim penggunanya. Beberapa pola menunjukkan tato pada perempuan dapat menunjukkan sisi seksualitasnya, apalagi dengan letak gambar
tato yang dapat berada didalam jangkauan intim. Jika hal itu merupakan sebagian kecil asumsi tato yang memiliki daya tarik seksual tersendiri, maka tato
setidaknya memiliki nilai jual untuk dapat membentuk image tersendiri bagi penggunanya. Memang tidak selalu dihubungkan dengan seks, tetapi ini trend lain
yang ditunjukkan dari fenomena tato.
3.5 Tato Gambar Ikan Koi