Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRATEGI GREEN COSMETIC TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN SARIAYU MARTHA TILAAR ( STUDI KASUS PADA

MAHASISWI EKONOMI DAN BISNIS USU)

OLEH

RISA SASKIA SARI 110502020

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH STRATEGI GREEN COSMETIC TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN SARIAYU MARTHA TILAAR (STUDI KASUS PADA

MAHASISWI EKONOMI DAN BISNIS USU)

Saat ini banyak kosmetik yang beredar menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan para pengguna kosmetik. Kesadaran konsumen pada pentingnya kosmetik yang tidak berbahaya memberikan suatu tantangan kepada para perusahaan yang memproduksi kosmetik agar menerapkan strategi green cosmetic yaitu dengan menghadirkan produk kosmetik yang berbahan alami guna memberikan keamanan kepada konsumen yang dapat membuat konsumen tetap setia menggunakan kosmetik tersebut. Sariayu merupakan salah satu kosmetik yang menerapkan strategi green cosmetic,dimana Sariayu menawarkan kosmetik yang berbahan alami dan tidak membahayakan kesehatan para pengguna kosmetiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh strategi green cosmetic terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi Ekonomi dan Bisnis Usu yang loyal terhadap kosmetik Sariayu. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling yaitu seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan berada di tempat penelitian yaitu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Usu. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa green cosmetic berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU.


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GREEN COSMETIC STRATEGY ON THE LOYALTY OF SARI AYU MARTHA TILAAR CONSUMERS (A CASE STUDY ON

FEMALE STUDENTS OF THE FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS, USU)

Today, there are a lot of cosmetics sold by using dangerous chemical substances which can be detrimental to their users. Consumers’ awareness of safe cosmetics is a challenge for the company which produces them to apply green cosmetic strategy be presenting cosmetic product made of natural ingredients in order to provide security for consumers. This will eventually make them loyal to using the cosmetics. Sari Ayu is one of the cosmetics which applies green cosmetic strategy in which it offers cosmetics made of natural ingredients that are not detrimental to their users. The objective of the study was to find out and to analyze the influence of green cosmetic strategy on the loyalty of female students of the Faculty of Economics and Business, USU. The population was female students of the Faculty of Economics and Business, USU, who were loyal to using Sari Ayu cosmetics. The samples were female students at the Faculty of Economics and Business, USU, taken by using accidental sampling technique. The data were analyzed by using simple linear regression analysis. The result of the study showed that green cosmetic strategy had positive and significant influence on consumer loyalty of female students at the Faculty of Economic and Business, USU.

Keywords: Green Cosmetic, Consumer Loyalty


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkatnya yang berlimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan judul “Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, motivasi, saran, kritik dan doa dari berbagai pihak. Skripsi ini peneliti persembahkan untuk ayahanda Salprijal dan ibunda tercinta Yasmanita yang tidak pernah berhenti untuk memberikan semangat, motivasi, nasehat, doa dan mencukupi segala kebutuhan materi dan non materi dalam proses pembuatan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof . Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis SE,MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Liasta Ginting SE,M.Si selaku Dosen Penilai yang telah banyak

memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

7. Terima kasih kepada abang dan adik penulis : Dhany Kesayangan dan Ryzky Amanda, seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan perhatian bagi peneliti.

8. Terima kasih kepada Ibu Ani yang telah memberikan doa, semangat dan nasehat kepada peneliti.

9. Terima kasih untuk sahabat-sahabat yang saya sayangi : Ayna, Wilma, Naqiya, Rona, Althea, Rasella, Hafiz, Riswan, Nabila, Yessy, Indri dan seluruh teman-teman yang telah memberikan semangat dan bagi peneliti. 10. Terima kasih juga untuk Lukman Hakim yang telah membantu saya dan

memberikan dorongan, semangat yang tiada henti-hentinya, selama saya mengerjakan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan

Medan, Mei 2015 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BABII TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Definisi Pemasaran ... 11

2.2 Definisi Green Marketing ... 14

2.3 Green Cosmetic ... 21

2.4 Loyalitas Konsumen ... 24

2.5 Penelitian Terdahulu ... 27

2.6 Kerangka Konseptual ... 28

2.7 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Batasan Operasional ... 30

3.4 Definisi Operasional ... 31

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 32

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.7 Jenis Data ... 34

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas ... 35

3.9.1 Uji Validitas ... 35

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 37

3.10 Teknik Analisis Data ... 38

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif ... 38

3.10.2 Metode Regresi Linear Sederhana ... 38


(7)

3.10.3.1 Uji t ... 39

3.10.3.2 Koefisien Determinasai (R2) ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 40

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 40

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 41

4.1.3 Struktur Organisasi ... 42

4.2 Analisis Deskriptif ... 42

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden ... 42

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel ... 44

4.3 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 47

4.4 Uji Hipotesis ... 49

4.4.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 49

4.4.2 Koefisien Determinasi (R2) ... 50

4.5 Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(8)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1 Brand Martha Tilaar ... 5

2.1 Jumlah Penjualan Sariayu ... 6

2.2 Penelitian Terdahulu ... 27

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 31

3.2 Skala Likert ... 32

3.3 Item Total Statistic ... 36

3.4 Reliability Statistic ... 37

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 43

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Stambuk ... 44

4.3 Pendapat Responden Terhadap Variabel Green Cosmetic ... 45

4.4 Pendapat Responden Terhadap Variabel Loyalitas Konsumen ... 46

4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 47

4.6 Hasil Uji t ... 49


(9)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 58

2 Data Butir Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60

3 Analisis Regresi Linier ... 62

4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66


(11)

ABSTRAK

PENGARUH STRATEGI GREEN COSMETIC TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN SARIAYU MARTHA TILAAR (STUDI KASUS PADA

MAHASISWI EKONOMI DAN BISNIS USU)

Saat ini banyak kosmetik yang beredar menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan para pengguna kosmetik. Kesadaran konsumen pada pentingnya kosmetik yang tidak berbahaya memberikan suatu tantangan kepada para perusahaan yang memproduksi kosmetik agar menerapkan strategi green cosmetic yaitu dengan menghadirkan produk kosmetik yang berbahan alami guna memberikan keamanan kepada konsumen yang dapat membuat konsumen tetap setia menggunakan kosmetik tersebut. Sariayu merupakan salah satu kosmetik yang menerapkan strategi green cosmetic,dimana Sariayu menawarkan kosmetik yang berbahan alami dan tidak membahayakan kesehatan para pengguna kosmetiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh strategi green cosmetic terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi Ekonomi dan Bisnis Usu yang loyal terhadap kosmetik Sariayu. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling yaitu seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan berada di tempat penelitian yaitu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Usu. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa green cosmetic berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU.


(12)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GREEN COSMETIC STRATEGY ON THE LOYALTY OF SARI AYU MARTHA TILAAR CONSUMERS (A CASE STUDY ON

FEMALE STUDENTS OF THE FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS, USU)

Today, there are a lot of cosmetics sold by using dangerous chemical substances which can be detrimental to their users. Consumers’ awareness of safe cosmetics is a challenge for the company which produces them to apply green cosmetic strategy be presenting cosmetic product made of natural ingredients in order to provide security for consumers. This will eventually make them loyal to using the cosmetics. Sari Ayu is one of the cosmetics which applies green cosmetic strategy in which it offers cosmetics made of natural ingredients that are not detrimental to their users. The objective of the study was to find out and to analyze the influence of green cosmetic strategy on the loyalty of female students of the Faculty of Economics and Business, USU. The population was female students of the Faculty of Economics and Business, USU, who were loyal to using Sari Ayu cosmetics. The samples were female students at the Faculty of Economics and Business, USU, taken by using accidental sampling technique. The data were analyzed by using simple linear regression analysis. The result of the study showed that green cosmetic strategy had positive and significant influence on consumer loyalty of female students at the Faculty of Economic and Business, USU.

Keywords: Green Cosmetic, Consumer Loyalty


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, produk kosmetik khususnya kosmetik wanita memberikan suatu peluang bisnis. Mempunyai kulit wajah dan tubuh serta memiliki paras yang cantik adalah sangat penting bagi wanita. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kosmetik yang ditawarkan kepada konsumen. Saat ini, banyak sekali produk kosmetik yang beredar dari produk kosmetik lokal sampai produk impor. Ini membuat konsumen sangat mudah memilih produk mana yang cocok untuk dirinya. Produk kosmetik juga sangat mudah didapatkan, yakni di pusat perbelanjaan, maupun di klinik kecantikan.

Produk dari industri kosmetik merupakan produk yang unik, karena selain produk ini memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar (terutama wanita) akan kecantikan dirinya. Produk kecantikan ini sesungguhnya memiliki resiko pemakaian yang perlu diperhatikan mengingat kandungan bahan-bahan kimia tidak selalu memberi efek yang sama untuk setiap konsumen. Jadi pemilihan kualitas produk biasanya menjadi kriteria utama dalam membeli produk kecantikan.

Saat ini banyak produk kecantikan seperti kosmetik yang beredar menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan para pengguna kosmetik. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), bahan-bahan kimia yang berbahaya tersebut antara lain merkuri,


(14)

hidroquinon, asam retrinoat / tretinoin/ retinoic acid, bahan pewarna merah K.3 (CI 15585), merah K.10 (rhodamin B), dan jingga K.1 (CI 12075). Penggunaan bahan-bahan kosmetik yang dilarang oleh BPOM tersebut dapat juga menimbulkan masalah lingkungan (Marhayanie & Sihite, 2008:10). Konsumen awam terhadap kandungan kosmetik yang dipilihnya sehingga bahan-bahan kimia yang terdapat pada kosmetik.

Bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar produk kosmetik yang diproduksi secara besar-besaran banyak mengandung parabens, aluminium, atau zirconium yang menjadi pemicu timbulnya kanker payudara. Belum lagi kosmetik pemutih wajah yang mengandung racun merkuri. Akibat penggunaan kosmetik berbahan kimia ini pun bisa bervariasi, mulai dari timbulnya bercak-bercak hitam di kulit hingga yang terparah kanker kulit, yang terjadi akibat kombinasi kosmetik berkimia serta paparan sinar ultraviolet. Kesadaran konsumen pada pentingnya kosmetik yang sehat serta tuntutan hidup yang lebih ramah lingkungan,lalu menghadirkan apa yang disebut green cosmetic atau kosmetik ramah lingkungan. Tentu saja,ada beberapa persyaratan bagi sebuah kosmetik untuk disebut sebagai kosmetik ramah lingkungan.

Menurut Scientific Adviser Nu Skin Enterprises Dr Paul Alan Cox, produk kosmetik yang ramah lingkungan bukan hanya terbuat dari bahan alami, tapi pengerjaannya pun harus dilakukan tanpa membahayakan lingkungan. Dr Cox juga menjelaskan bahwa terdapat dua macam green cosmetic, yakni kosmetik natural dan organik. Kosmetik natural memakai bahan alami, namun masih menggunakan bahan kimia. Sementara kosmetik organik dibuat dari bahan-bahan


(15)

alami yang dikembangbiakkan dalam standar organik. Dalam kosmetik natural, dosis bahan kimia masih dalam kategori aman. Fungsinya untuk meningkatkan performa kosmetik itu sendiri. Sementara standar dalam kosmetik organik, berarti tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku kosmetik tersebut tidak disemprot dengan pestisida atau tidak menggunakan pupuk kimia. Karena prosesnya yang sangat alami, kosmetik organik diklaim lebih berkhasiat dari kosmetik natural karena mengandung antioksidan 40% lebih banyak. Sementara dibanding kosmetik dengan senyawa kimia tinggi, green cosmetic lebih cepat diserap tubuh karena sifat bahan-bahannya yang alami. Keuntungan lainnya, dengan menggunakan green cosmetic, maka kita bisa mengurangi paparan bahan kimia pada kulit (lifestyle.okezone.com, 2012).

Penggunaan bahan kosmetik yang mengandung zat berbahaya tidak hanya merugikan pemakaiannya tetapi juga dapat mencemari lingkungan. Adanya isu lingkungan tersebut membentuk sikap dan perilaku konsumen untuk memilih produk yang alami, aman dan ramah lingkungan. Peluang perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kosmetik yang aman dapat dilakukan dengan memproduksi kosmetik hijau/Green Product Cosmetics.

Dewasa ini kebutuhan akan produk kosmetik yang ramah lingkungan baik dari segi bahan dasar pembuatan kosmetik itu sendiri dan hasil buangannya sangatlah menjadi anjuran dan juga dicari oleh konsumen yang sadar akan kesehatan. Untuk itu banyak perusahaan kosmetik yang berlomba - lomba untuk menghasilkan “Green Cosmetic” yang dapat dijadikan primadona komoditi bisnisnya.


(16)

Banyak perusahaan-perusahaan yang mulai sadar akan keramahan lingkungan yaitu dengan saling berupaya menghadirkan produk kosmetik aman dikarenakan, perusahaan khawatir akan image perusahaan itu sendiri. Image perusahaan harus di bangun sebaik mungkin guna memberikan keamanan bagi konsumen yang menggunakan produk kosmetik tersebut. Dengan memberikan keamanan kepada konsumen, maka dapat mempengaruhi konsumen dari pemilihan produk kosmetik.

Persaingan sengit yang terjadi pada bisnis produk kosmetik dimana masing-masing perusahaan terus menerus berusaha memproduksi produk yang berkualitas tinggi dan bervariasi sehingga dapat bersaing dengan produk-produk yang ada lainnya. Meskipun adanya usaha untuk meningkatkan kualitas produk, akan tetapi masih banyak dari perusahaan-perusahaan produk kecantikan yang tidak bertanggung jawab mengunakan campuran zat-zat kimiawi berbahaya ke dalam produk kecantikannya guna untuk menghemat biaya produksi. Hal tersebut dapat membahayakan bagi konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut.

Pada akhirnya, dengan adanya green cosmetic memberikan suatu tantangan kepada para perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk kecantikan. Tantangan yang didapatkan yaitu memperhatikan mengenai aspek keramahan lingkungan apakah produk kosmetik yang di hasilkan oleh masing-masing perusahaan telah ramah lingkungan sehingga aman untuk digunakan oleh para konsumen. Perusahaan yang pintar akan tantangan ini bukan sebagai suatu ancaman melainkan sebagai peluang untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.


(17)

Tabel 1.1

Brand PT. Martha Tilaar

No. Brand Martha Tilaar

1 Sari Ayu Martha Tilaar

2 Biokos Martha Tilaar

3 Belia Martha Tilaar

4 Caring Colours Martha Tilaar

5 Cempaka Martha Tilaar

6 Dewi Sri Spa Martha Tilaar

7 Berto Martha Tilaar

8 Jamu Garden Martha Tilaar

9 Mirabella Martha Tilaar

10 PAC Martha Tilaar

11 Rudi Hadisuwarno

Sumbe

Martha Tilaar merupakan salah satu perusahaan kosmetik yang menghasilkan produk kosmetik yang mengandung bahan alami yaitu Sariayu (www.indonesia.go.id, 2008

Produk kosmetik Sariayu sudah dikenal sebagai salah satu produk kosmetik hijau. Sariayu Martha Tilaar juga sebagai pelopor yang merilis produk kecantikan pertama di Indonesia yang berbasis organik (

). Berdasarkan Tabel 1.1 Sariayu mendapatkan peringkat pertama brand dari Martha Tilaar. Sariayu adalah brand yang mempunyai komitmen untuk membuat produk kosmetik dari bahan alami yang tidak mengandung zat kima.

www.wolipop.detik.com, 2013). Sariayu menghasilkan kosmetik yang ramah lingkungan, menggunakan bahan-bahan alami, kualitas produk kosmetik yang tahan lama, tidak mudah rusak, tidak mengandung racun, tidak membahayakan kesehatan bagi manusia dan tidak menggunakan binatang sebagai uji coba (no animal testing).


(18)

Keseluruhan produk Sariayu mengandung bahan alami organik, tidak menggunakan pengawet, dan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kulit serta telah mendapat sertifikat dari Ecocert, sebuah badan sertifikasi organik yang didirikan tahun 1991 dan telah diakui secara Internasional yang bertanggung jawab melakukan pemeriksaan produk natural organik termasuk kosmetik (www.sariayu.com, 2013

Tahun ).

Tabel 1.2

Jumlah Penjualan Sariayu Total Penjualan

(Rp)

2012 24.600.000.000

2013 23.760.000.000

2014 25.200.000.000

Sumber : Survey Kantor Sariayu Martha Tilaar

Seperti dijelaskan pada Tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun 2012, akan tetapi pada tahun 2014 mengalami kenaikan. Ini membuktikan bahwa produk yang sudah terjamin keamanannya belum tentu mempengaruhi tingginya permintaan konsumen untuk melakukan pembelian kosmetik Sariayu setiap tahunnya. Kemungkinan adanya sebuah kejenuhan dan bermunculan produk baru dengan berbagai variasi.

Untuk dapat mempertahankan konsumen dan menyadari manfaat kesehatan, kecantikan serta keamanan bagi lingkungan, Sariayu Martha Tilaar merilis produk kecantikan pertama di Indonesia yang berbasis organik. Pada tanggal 5 Juni 2013, Sariayu memperkenalkan green cosmetic terbaru, yaitu Sariayu Solusi Organic Revolution Renewage. Keseluruhan produk Sariayu Solusi


(19)

mengandung bahan alami organik yang tidak menggunakan pengawet, zat pewarna dan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kulit. Keuntungan menggunakan kosmetik organik adalah efek samping dari iritasi kulit lebih berkurang dan racun yang masuk ke kulit juga berkurang.

Harga produk Sariayu tergolong lebih murah dibandingkan dengan harga green cosmetics merek lain. Produk Sariayu terbuat dari bahan-bahan organik sehingga aman bagi kesehatan, tidak mengandung zat kimia berbahaya yang dapat merusak lingkungan, serta memiliki daya tahan yang lebih lama karena diproses dengan metode yang ramah lingkungan.

Desain produk Sariayu memiliki ciri khas tersendiri juga mencirikan sebagai green cosmetic. Kemasan yang dapat didaur ulang (recycle), serta penggunaan kemasan secara efisien merupakan salah satu bentuk dari pendukungan bahwa produk tersebut adalah produk hijau.

Sariayu mengkomunikasikan kepada konsumen bahwa produknya adalah produk natural. Sariayu juga selalu mensosialisasikan dan mengkomunikasikan green cosmetic dalam beauty workshop untuk turut melestarikan lingkungan dengan cara memberikan penyuluhan agar mencintai alam, mengenalkan tanaman sederhana terkait dengan kecantikan dan membagikan goodie bag berbahan daur ulang yang ramah lingkungan 09/IX/September 2009). Itulah strategi yang dilakukan Sariayu agar dapat bertahan pada konsep green cosmetic.


(20)

Sumarwan (2011:25) menyatakan bahwa jika perusahaan ingin tetap bertahan dan terus tumbuh, maka perusahaan harus dapat menarik konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang telah menjadi pelanggannya.

Dengan adanya strategi green cosmetic yang diterapkan Sariayu tersebut maka seorang konsumen yang mendapatkan kepuasan setelah membeli produk kosmetik hijau sariayu ini akan melakukan pembelian ulang yang pada akhirnya akan membuat konsumen tersebut merasa loyal. Konsumen yang loyal karena dipengaruhi oleh pengetahuan tentang produk secara langsung, atau secara tidak langsung dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya tentang produk yang digunakan. Konsumen yang loyal tidak akan mudah terpengaruh atau berpindah ke kosmetik lain, konsumen yang loyal senantiasa akan melakukan pemakaian ulang serta merekomendasikan kosmetik tersebut kepada orang lain.

Sariayu menampilkan tulisan HALAL dan No Animal Testing pada setiap kemasan produk kosmetiknya, ini membuktikan bahwa Sariayu juga merupakan kosmetik yang mendapatkan Sertifikat Halal MUI menggunakan bahan-bahan alami yang berkualitas serta aman. Sariayu juga membuktikan bahwa kosmetiknya bebas dari uji terhadap binatang (no animal testing). Proses produksi melalui uji pengawasan seksama dari para ahli dan dokter kulit. Karena keamanan konsumen menjadi prioritas utama. Tujuan seorang wanita menggunakan kosmetik adalah untuk tampil cantik. Tapi, tak jarang justru kulit mengalami iritasi, membengkak,dan gangguan organ tubuh yang lain karena kandungan kosmetik yang tidak aman. Maka, produk Sariayu memprioritaskan keamanan


(21)

konsumen yang memastikan bahwa tidak mengandung Hydroquinon, tidak mengandung Merkuri, tidak menguji cobakan kepada hewan ( no animal testing )

Keamanan produk Sariayu telah dijamin oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jadi,tidak ada keraguan akan keamanan kosmetik. Berdasarkan paparan di atas, Sariayu merupakan produk kosmetik yang memerhatikan keamanan pada produknya, produk yang ramah lingkungan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Apakah strategi green cosmetic yang diterapkan mempengaruhi loyalitas konsumen Sariayu di kalangan Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari strategi green cosmetic terhadap loyalitas konsumen Sariayu di kalangan


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan

Merumuskan secara jelas strategi green cosmetic yang sangat mempengaruhi kelangsungan bisnis Sariayu, untuk dapat dipakai dan diaplikasikan kedalam bisnis – bisnis lainnya sehingga menjadi bagian strategi handal bagi para pebisnis baru.

2. Bagi Peneliti

Memberikan informasi dan menambah ilmu pengetahuan dibidang manajemen pemasaran khususnya mengenai green cosmetic terhadap loyalitas konsumen.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian sejenis untuk pengembangan ilmu lebih lanjut.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pemasaran

Dewasa ini pemasaran telah berkembang demikian pesatnya dan telah menjadi ujung tombak bagi setiap perusahaan dalam mencapai tujuan. Hal ini disebabkan karena ruang lingkup pemasaran sangat luas karena berhubungan secara langsung dalam kegiatan mulai dari persiapan, penyediaan, bahan baku, proses produksi, sampai pada saat akhir, yakni produk yang siap dikonsumsi oleh konsumen. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa pemasaran melibatkan dua pihak yaitu produsen dan konsumen sebagai titik pusatnya, dan juga pemasaran merupakan faktor penting karena menyangkut kegiatan menentukan dan memproduksi produk maupun jasa, menetapkan harga penjualan dan pada akhirnya konsumen siap untuk mengkonsumsinya (Reni, 2012:14).

American Marketing Association menawarkan definisi formal berikut : Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya (Kotler, 2009:5).

Kita dapat membedakan definisi sosial dengan definisi manajerial dari pemasaran. Definisi sosial menunjukkan peran yang dimainkan pemasaran di dalam masyarakat, sebagai contoh, seorang pemasar berkata bahwa peran pemasaran adalah untuk “memberikan standar kehidupan yang lebih tinggi”.


(24)

Maksud dari definisi sosial ini adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan pemasaran secara manajerial adalah pemasaran yang sering digambarkan sebagai seni menjual produk, banyak orang terkejut ketika mendengar bahwa menjual bukanlah bagian terpenting dari pemasaran. Menjual hanyalah ujung dari gunung es pemasaran (Kotler, 2009:5).

Untuk dapat memahami pemasaran lebih lanjut, dengan ini akan disampaikan beberapa konsep inti pemasaran (Kotler, 2009:12).

1.Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan

Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia. Orang membutuhkan udara, makanan, air, pakaian dan tempat tinggal untuk dapat bertahan hidup, rekreasi, pendidikan, dan hiburan. Kebutuhan ini menjadi keinginan ketika diarahkan ke objek tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Permintaan adalah keinginan akan produk-produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk membayar. Perusahaan harus mengukur tidak hanya seberapa banyak orang yang menginginkan produk mereka,namun juga berapa banyak orang yang mau dan mampu membelinya.

2. Pasar sasaran, Positioning, dan Segmentasi

Setelah mengidentifikasi segmen pasar, pemasar lalu memutuskan segmen mana yang memberikan peluang terbesar. Segmen itulah yang akan menjadi pasar


(25)

sasarannya. Untuk setiap segmen, perusahaan mengembangkan suatu penawaran pasar yang diposisikannya di dalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan utama.

3. Penawaran dan Merek

Perusahaan memenuhi kebutuhan dengan mengajukan sebuah proposisi nilai, yaitu serangkaian keuntungan yang mereka tawarkan kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Penawaran dapat berupa suatu kombinasi produk, jasa, informasi, dan pengalaman. Merek adalah suatu penawaran dari sumber yang diketahui.

4. Nilai dan Kepuasan

Nilai mencerminkan sejumlah manfaaat, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan biaya yang dipersepsikan oleh pelanggan. Nilai adalah kombinasi kualitas, pelayanan,dan harga yang disebut juga “tiga elemen nilai pelanggan”. Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya dengan ekspektasi.

5. Saluran Pemasaran

Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan tiga jenis saluran pemasaran. Saluran komunikasi menyampaikan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Pemasar menggunakan saluran distribusi untuk menggelar,menjual,atau menyampaikan produk fisik atau jasa kepada pelanggan atau pengguna. Pemasar


(26)

juga menggunakan saluran layanan untuk melakukan transaksi dengan calon pembeli.

6. Rantai Pasokan

Adalah saluran yang lebih panjang yang membentang dari bahan mentah hingga komponen sampai produk akhir yang dihantarkan ke pembeli akhir.

7. Persaingan

Persaingan mencakup semua penawaran dan produk substitusi yang ditawarkan oleh pesaing, baik yang aktual maupun yang potensial yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pembeli.

8. Lingkungan Pemasaran

Lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan luas. Lingkungan tugas mencakup para pelaku yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan promosi penawaran. Lingkungan luas terdiri dari enam komponen :demografis, ekonomi, fisik, teknologi, politik-hukum, sosial budaya. Pemasar harus benar-benar memperhatikan tren dan perkembangan dalam lingkungan-lingkungan ini dan melakukan penyesuaian yang tepat waktu pada strategi pemasaran mereka.

2.2 Definisi Green Marketing

Green marketing merupakan topik yang banyak dibicarakan di masyarakat pada saat ini. Semua orang berpendapat bahwa green marketing merupakan sebuah ide yang bagus dan berpotensi untuk kedepannya. Green marketing adalah


(27)

proses dari menjual produk atau jasa dengan dasar keuntungan dari lingkungan. Seperti produk atau jasa yang ramah lingkungan melalui cara produksi atau kemasan. Green marketing semakin berkembang dengan bertambahnya jumlah dari konsumen yang semakin peduli terhadap lingkungan. Di samping itu, pada green marketing ditekankan bahwa perlindungan lingkungan bukan berarti menghilangkan kesejahteraan ekonomi, tetapi sebaliknya mendorong pemikiran kembali tentang bagaimana mengaitkan pemasaran dengan perlindungan lingkungan (Shaputra, 2013:2).

Green Marketing merupakan pemasaran yang menggunakan isu tentang lingkungan sebagai strategi untuk memasarkan produk. Green Marketing dalam perusahaan meliputi beberapa hal seperti proses produksi, proses penentuan harga, proses promosi, dan proses distribusi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler dan Keller (2006:93) “green marketing as the movement which is directed towards organization production of products responsible environmentally”.

Haryadi (2009:32) menyatakan bahwa green marketing memanipulasi empat elemen dari bauran pemasaran (produk, harga, promosi, distribusi) untuk menjual produk dan pelayanan yang ditawarkan dari keuntungan-keuntungan keunggulan pemeliharaan lingkungan hidup yang dibentuk dari pengurangan limbah, peningkatan efisiensi energi.

Pada green marketing tidak hanya sekedar menawarkan produk yang ramah lingkungan kepada konsumen, akan tetapi mengenai proses produksi dan distribusi produk tersebut. Pemasaran yang berbasis pada kelestarian lingkungan,


(28)

merupakan perkembangan baru dalam bidang pemasaran, dan merupakan suatu peluang yang potensial dan strategis yang memiliki keuntungan ganda (multiplier effect) baik pelaku bisnis maupun masyarakat sebagai pengguna (Allen, 2011:2).

Definisi dari green marketing menurut American Marketing Association adalah memasarkan produk dengan cara ramah lingkungan, termasuk memodifikasi produk, merubah proses produksi, mengubah packaging bahkan melakukan perubahan cara promosi. Namun, Ottman (2006:4) mengusulkan konsep yang sedikit berbeda yaitu, Peraturan pertama pada green marketing adalah menfokuskan pada keuntungan konsumen. Ini mungkin terjadi karena bila konsumen melihat keuntungan dari pembelian, mereka akan tertarik untuk melakukan pembelian lagi.

Menurut Al-Bakry (2007) dalam Sholahudin (2013:8) unsur-unsur dari green marketing adalah sebagai berikut :

a. Green Product

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau konsumsi.

Junaedi (2005:5) mendefinisikan, produk hijau (Green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang. Green product harus mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan dalam siklus hidup produk sehingga dapat meminimalkan dampak negatif terhadap alam. Upaya minimalisasi tersebut untuk mendorong semua


(29)

pihak agar berperan dalam pengembangan teknologi menuju produk ramah lingkungan. Pada sektor produksi, berbagai macam cara dapat dilakukan guna menghasilkan suatu produk yang ramah lingkungan yaitu salah satunya dengan menggunakan konsep green product yang berkelanjutan.

Green product adalah produk yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen namun tidak melanggar aturan-aturan tentang lingkungan. Terdapat kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu produk ramah lingkungan yaitu : (Haryadi, 2009:36)

a. Produk tidak mengandung bahan yang merusak kesehatan manusia

b. Seberapa jauh produk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan selama di pabrik,digunakan atau dibuang

c. Seberapa banyak produk menyebabkan limbah yang tidak berguna ketika kemasannya berlebihan

d. Produk tidak melibatkan uji coba terhadap binatang (animal testing)

e. Produk bersertifikasi yang sudah pasti memenuhi kriteria tanggung jawab pada lingkungan.

f. Menggunakan kemasan yang sederhana dan menyediakan produk isi ulang g. Produk lebih tahan lama dan tidak mengandung racun

Pada intinya, green product adalah upaya untuk meminimalkan limbah ketika proses produksi di samping memaksimalkan produk yang dibuat sekaligus memenuhi syarat ramah lingkungan. Green product sendiri harus mempunyai kualitas produk yang tahan lama dalam artian tidak mudah rusak, tidak


(30)

mengandung racun, dibuat dari bahan yang dapat di daur ulang dan memiliki packaging yang minimalis. Kualitas produk seperti diatas masih menggunakan energi atau sumber daya yang menghasilkan emisi saat proses pembuatan maka dari itu, green product adalah dimana suatu produk memberikan dampak yang sekecil mungkin dalam pengaruhnya terhadap lingkungan (Shaputra,2013:5).

Konsep yang sangat penting dalam sebuah green product adalah meminimalisasi kekecewaan konsumen sehingga membuat konsumen mencoba membeli green product. Produk yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang lebih tinggi, yaitu lebih berhubungan dengan lingkungan dan dibanding kompetisi di kalangan perusahaan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang jelas dan terbuka terhadap produk yang akan dipasarkan kepada konsumen (Shaputra,2013:5).

b. Green Price

Harga adalah nilai suatu barang dan jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Di dalam perusahaan, harga suatu barang atau jasa merupakan penentuan bagi permintaan pasar. Harga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan. Keputusan tentang harga tidak pernah boleh dilakukan secara kebetulan. Pada produk yang umum, penurunan harga dapat menaikkan penjualan, sedangkan pada produk yang membawa citra bergengsi, kenaikan harga akan menaikkan penjualan, karena produk dengan harga tinggi akan menunjukkan prestasi seseorang (Octoviani, 2011:42).


(31)

Harga merupakan elemen penting, para pelangggan bersedia membayar dengan harga premium jika ada persepsi tambahan terhadap nilai produk. Nilai tersebut dapat disebabkan oleh kinerja, fungsi, desain bentuk yang menarik atau kecocokan selera.

Menurut Rao dan Bergen (1992) dalam Junaedi (2005:34), harga premium merupakan harga yang dibayarkan dan lebih besar jumlahnya di atas harga yang sesuai dengan kebenaran nilai suatu produk yang menjadi indikator keinginan konsumen untuk membayar.

c. Green Place

Tempat adalah bagaimana perusahaan membuat produk/jasanya tersedia dalam jumlah dan lokasi yang tepat ketika konsumen memerlukan produk tersebut. Tempat di sini dapat diartikan sebagai saluran distribusi yang akan digunakan oleh perusahaan dalam mendistribusikan produknya.

Song et, al..(2001) dalam Ariawan (2005:40) menyatakan bahwa perubahan lingkungan persaingan dan tekanan yang dihadapi oleh organisasi maka suatu sinergi harus dibangun dengan mengkombinasikan antara perusahaan, saluran distribusi, dan kemampuan teknik yang luwes. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kualitas hubungan saluran merupakan hasil yang diperoleh dari sinergi yang dibangun antara kemampuan perusahaan dan sumber daya perusahaan dan keahlian yang mengakar konsep kesuksesan saluran pemasaran produk.


(32)

Tujuan konsep kualitas hubungan saluran distribusi adalah mengarahkan manajemen pemasaran untuk melayani saluran pemasaran perusahaan sebagai rekan kerja atau mitra usaha. Hal tersebut selaras dengan pendapat Narus & Anderson (1996) dalam Ariawan (2005:40) bahwa saluran pemasaran merupakan syarat mutlak setiap aktivitas uang ditujukan untuk memasarkan, menawarkan produk bagi setiap perusahaan. Kualitas hubungan saluran dipandang sangat penting dalam proses hubungan distribusi, dimana aset yang penting dalam distribusi adalah menjaga hubungan antara supplier dan pelanggan (Webster, 1992 dalam Ariawan, 2005:41).

d. Green promotion

Promosi adalah kegiatan perusahaan untuk memperkenalkan produk dan bertujuan agar konsumen tertarik untuk membelinya. Apabila perlu dilakukan dengan cara membujuk konsumen agar segera melakukan transaksi pembelian produk.

Green Promotion adalah cara promosi berkaitan dengan bagaimana perusahaan mengubah persepsi masyarakat tentang produk yang ramah lingkungan. Pengecer mulai menyadari perlunya komitmen pada lingkungan dengan melakukan promosi penggunaan kantong ramah lingkungan sebagai kantong plastik.

Promosikan keberhasilan perusahaan dalam memproduksi produk hijaunya dengan penuh kepercayaan diri, publikasikan juga inisiatif dari perusahaan dan


(33)

karyawannya untuk menciptakan produk-produk yang selalu ramah lingkungan Haryadi (2009:42).

2.3 Green Cosmetic

Green Cosmetic adalah kosmetik ramah lingkungan yang terbuat dari bahan alami tanpa bahan pengawet dan pewarna buatan. Green Cosmetic juga tidak membahayakan lingkungan karena proses pengerjaannya menggunakan efisiensi energi, bahkan kemasannya dapat di daur ulang. Saat ini ada dua macam green cosmetic yaitu natural dan organik.

a. Natural : bahan-bahan kosmetiknya menggunakan bahan alami dari alam seperti tumbuh-tumbuhan dan mineral, tetapi dalam proses pembuatannya masih menggunakan bahan kimia

b. Organik : bahan-bahan yang digunakan dalam kosmetiknya dikembangkan dengan standar organik. Misalnya tumbuh-tumbuhan yang digunakan produknya tidak disemprot pestisida dan tidak menggunakan pupuk dari bahan kimia (www.hilo.co.id, 2014

Biasanya di balik kemasan green cosmetic terdapat tanda bahwa produk tersebut tidak menggunakan hewan sebagai bahan percobaan (no animal testing), jika terdapat tanda tersebut berarti tidak ada hewan yang tersiksa selama pembuatan kosmetik tersebut. Terbuat dari bahan-bahan yang biodegradable yaitu bisa mudah terurai dengan tanah. Mulai dari bahan untuk wadahnya hingga bahan pembuat kosmetiknya. Untuk wadah kosmetiknya, beberapa produk sudah mengganti plastik dengan bahan yang lebih ramah lingkungan seperti karton dan


(34)

kertas. Sedangkan untuk bahan pembuat kosmetik, zat kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan pun sudah mulai dikurangi, menggunakan bahan-bahan alami. Sekarang ini para produsen kosmetik berlomba-lomba mengiklankan bahwa produknya terbuat dari bahan alami, seperti buah-buahan, bunga, biji-bijian dan aneka tanaman. Kosmetik yang terbuat dari bahan alami bukan hanya lebih bagus untuk tubuh, tapi juga bersahabat bagi lingkungan (www.gadis.co.id, 2014

Kini kemajuan teknologi kosmetik telah berpadu dalam bahan alami.Namun teknologi mutakhir yang diinjeksikan ke dalam kosmetik terkadang membawa hasil yang kontras, kandungan senyawa kimia yang semakin tinggi dalam kosemtik merujuk pada berbagai masalah kulit. Bersamaan dengan gencarnya produk kosmetik yang menawarkan informasi mutakhir, dunia menyerukan suatu langkah perubahan. Pemanasan global menjadi isu bersama dan memunculkan berbagai gerakan demi menyelamatkan lingkungan termasuk di

).

Salah satu sektor perindustrian yang sering disoroti pada kalangan masyarakat mengenai produknya kerap hubungannya dengan keramahan lingkungan adalah bisnis produk kosmetik. Bisnis produk kosmetik terus berkembang setiap tahunnya serta memberikan peluang yang cukup besar bilamana perusahaan-perusahaan lainnya ingin memasuki sektor industri ini. Dimana menurut Persatuan Kosmetik Indonesia (Petosmi) dikatakan bahwa omset penjualan kosmetik tiap bulannya mencapai Rp. 40 miliar untuk perusahaan besar (Darmadji, 2008:1). Dengan adanya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemakaian kosmetik di Indonesia cukup besar dan seiring dengan perkembangan zaman kosmetik menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi di kalangan wanita.


(35)

dunia kecantikan. Produk kosmetik dengan kandungan kimia tinggi dari pabrik besar dianggap tidak ramah lingkungan. Hal itu karena proses pembuatannya mencemari alam. Dari situlah lahir varian baru yaitu green cosmetic yang merupakan rangkaian kosmetik dan perawatan kulit ramah lingkungan.

Lebih banyak keuntungan yang kita dapat ketika menggunakan green cosmetic, seperti produknya lebih cepat diserap oleh tubuh karena sifat bahan-bahannya yang alami, dan biasanya tidak menimbulkan efek samping seperti reaksi alergi. Dengan menggunakan green cosmetic kita juga bisa mengurangi bahan kimia yang digunakan untuk kulit, dan produk dengan ramah lingkungan ini mengandung antioksidan lebih banyak yaitu ±40%. Namun kerugiannya adalah karena menggunakan bahan alami dan tanpa bahan pengawet sehingga produk-produknya lebih cepat mengalami kadaluarsa.

Organisasi yang mengatur tentang kosmetik ramah lingkungan adalah Asosiasi Produk Alami (NPA) meskipun belum diresmikan, namun sudah ada beberapa aturan mengenai kosmetik ramah lingkungan:

1. Sebuah produk bisa menempelkan label 100% organik jika keseluruhan bahan pembuatnya sudah teruji organik atau memenuhi standar organik Dewan Strandarisasi Organik Nasional. Bahan-bahan tersebut bisa berasal dari flora, fauna, mineral dan termasuk produk sampingannya.

2. Sebuah produk bisa menempelkan label organik jika 95% bahan pembuatnya sudah teruji dan memenuhi standar organik. Sisanya 5 % bisa menggunakan bahan sintetis, jika keberadaannya memang tidak


(36)

membahayakan kesehatan atau keselamatan penggunanya atau jika memang sudah tidak ada alternatif alami penggantinya.

3. Sebuah produk bisa menempelkan label terbuat dari bahan-bahan organik jika lebih dari 70% bahan pembuatnya sudah teruji dan melalui standar organik.

Sebuah produk bisa menempelkan label organic hydrosols jika 70% bahan pembuatnya berasal dari air. Air sebenarnya tidak termasuk dalam bahan organik, namun beberapa produsen kosmetik kemudian mencampurkan air ini dengan tanaman, misalnya bunga-bungaan dan kemudian mencantumkan bahan pembuatnya terbuat dari air bunga-bungaan (www.hilo.co.id, 2014

Griffin (2005:5) loyalitas lebih ditujukan kepada suatu perilaku, yang ditujukan dengan pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan. Loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus-menerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih. Sementara, Oliver (dalam Hurriyati, 2005:129) menyebutkan bahwa loyalitas adalah komitmen konsumen bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh

).

2.4 Loyalitas Konsumen

Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas sesuatu produk, baik barang maupun jasa tertentu(Samuel & Foedjiawati, 2005:4).


(37)

situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Oliver (dalam Rosa, 2008:28) loyalitas merupakan pola pembelian yang berulang-ulang. Oleh karenanya, loyalitas menjadi hal yang sangat penting dalam kelanjutan suatu usaha terlebih lagi bagi perusahaan yang menjual barang secara eceran.Persaingan yang diterapkan oleh perusahaan memainkan peranan penting dalam menciptakan konsumen yang loyal.

Loyalitas menurut Mowen dan Minor (dalam Supriyono, 2007:28) adalah kondisi dimana pelanggan mempunyai sikap yang positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen terhadap merek tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang. Pernyataan yang sama berasal dari Dharmmesta (dalam Supriyono, 2007:28) bahwa loyalitas menunjukkan kecenderungan pelanggan untuk menggunakan suatu merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi. Salah satu implikasi yang penting adalah bagaimana mendorong konsumen belajar atas berbagai strategi pemasaran yang dilakukan, membuatnya puas dan setia terhadap produk perusahaan.

Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu loyalitas merek dan loyalitas toko. Loyalitas merek bisa didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu. Perilaku pengulangan pembelian diasumsikan merefleksikan penguatan atau stimulus yang kuat. Jadi,


(38)

pengukuran bahwa seorang konsumen itu loyal atau tidak dilihat dari frekuensi dan konsistensi perilaku pembelian terhadap satu merek.

Seperti halnya loyalitas merek, loyalitas toko juga ditunjukkan oleh perilaku konsisten, tetapi dalam loyalitas toko perilaku konsistennya ialah dalam mengunjungi toko di mana konsumen bisa membeli merek produk yang diinginkan. Jika konsumen menjadi loyal terhadap satu merek tertentu disebabkan oleh kualitas produk yang memuaskan, dalam loyalitas toko, penyebabnya ialah kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola dan karyawan toko (Setiadi, 2010:125).

Tjiptono (2005:67) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen yaitu:

a. Kepuasan konsumen

Merupakan pengukuran gap antara harapan dengan kenyataan yang konsumen terima atau rasakan. Jika apa yang diterima oleh konsumen sesuai dengan harapan atau melebihi harapan, maka pelanggan akan merasa puas atau sangat puas. Namun, jika tidak sesuai dengan harapan, pengunjung merasa tidak puas. Jika pelanggan puas, mereka cenderung untuk kembali bertransaksi dan menjadi lebih loyal.

b. Kualitas produk

Salah satu faktor penting yang dapat membuat konsumen puas adalah kualitas produk yang mereka terima. Kualitas produk ini akan berpengaruh pada


(39)

kepuasan konsumen. Jika kualitas produk tinggi, maka loyalitas konsumen akan mudah diperoleh.

c. Citra

Citra suatu produk, jasa atau perusahaan tidak dapat dibeli. Citra hanya dapat diperoleh melalui suatu yang memerlukan waktu kadang cukup lama, namun citra dapat hilang dalam sekejap. Citra yang positif akan semakin penting bagi suatu produk.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian Aniza Octoviani (2011) Pengaruh Strategi Green Marketing terhadap Loyalitas Pelanggan The Body Shop di Kalangan Mahasiswa

Green Marketing, Loyalitas

Konsumen

Strategi green

marketing berpengaruh positif terhadap

loyalitas pelanggan The Body Shop di kalangan mahasiswa Rudi Haryadi (2009) Pengaruh Strategi Green Marketing terhadap Pilihan Konsumen Melalui Pendekatan Marketing Mix (Studi Kasus pada The Body Shop Jakarta) Harga, Produk, Tempat, Promosi, Karakteristik Demografi, Pengetahuan, Pilihan Pelanggan

Strategi green

marketing berpengaruh positif terhadap pilihan konsumen melalui pendekatan marketing mix

Rizky

Kharismawan Shaputra (2013)

Penerapan Green Marketing pada Bisnis Produk Kosmetik Green Marketing, Green Product, Green Consumerism, Cosmetic Green marketing semakin dirasa penting oleh produsen dari berbagai macam industri dan banyak perusahaan yang merasa enggan menerapkan green marketing dalam memasarkan produknya dikarenakan harga jual ulang yang cukup tinggi


(40)

2.6 Kerangka Konseptual

Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survei literatur (Kuncoro,2009:52). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah strategi green cosmetic yaitu bagaimana cara yang diterapkan untuk memasarkan kosmetik hijau yaitu kosmetik yang terbuat dari bahan alami tanpa bahan pengawet dan pewarna buatan kepada para konsumen, sedangkan variabel dependennya adalah loyalitas konsumen yang berarti kesetiaan seseorang atas kosmetik tersebut.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi dan akan terjadi. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan (Kuncoro, 2009:59).

Loyalitas Konsumen (Y) Strategi Green Cosmetic (X)


(41)

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Strategi green cosmetic berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen Sariayu pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.”


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah asosiatif. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan ada atau tidak adanya hubungan antara variabel yang diteliti (Kuncoro, 2009:12).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan Prof.T.M. Hanafiah kampus USU Medan yang memungkinkan terdapat responden yang dipersyaratkan.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai bulan Juli 2015.

3.3 Batasan Operasional Variabel

Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel yang didefinisikan secara operasional dan penelitian ini dibatasi pada pengaruh strategi green cosmetic terhadap loyalitas konsumen.

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel independen (X), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan dan mempunyai hubungan bagi variabel dependen nantinya (Kuncoro, 2009:50). Variabel independen dalam penelitian ini adalah strategi green cosmetic pada kosmetik Sariayu.


(43)

b. Variabel dependen (Y), yaitu variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah penelitian (Kuncoro, 2009:50). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah loyalitas konsumen dalam pembelian yang konsisten pada kosmetik Sariayu.

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Definisi operasional dari penelitian ini adalah:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Skala

Penelitian Green

Cosmetic (X)

Kosmetik yang terbuat dari bahan alami tanpa bahan pengawet dan pewarna buatan

1. No animal testing 2. Minimal packaging 3. Bahan kosmetik tidak

berdampak negatif bagi kesehatan kulit

4. Kemasan kosmetik

menggunakan kertas dan karton daur ulang 5. Kosmetik berasal dari

tumbuhan Likert Loyalitas Konsumen (Y) Kesetiaan konsumen menggunakan kosmetik Sariayu

1. Melakukan pembelian ulang secara rutin 2. Melakukan pembelian

produk yang lainnya

3. Merekomendasikan

kepada orang lain 4. Menunjukkan kekebalan

terhadap tarikan dari pesaing/tidak mudah terpengaruh oleh bujukan pesaing

Likert


(44)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pada penelitian ini skala yang digunakan adalah skala likert. Skala likert ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Situmorang, 2014:6). Skala likert terdiri dari 5 skala poin yang nantinya responden diminta untuk memilih salah satu alternatif pilihan.

Tabel 3.2

Pengukuran Skala Likert

No Pernyataan Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Kurang Setuju (KS) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Situmorang (2014)

3.6 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro,2009:118). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU pengguna loyal kosmetik Sariayu yang tidak dapat diketahui jumlahnya secara pasti.


(45)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014:149). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiono, 2008:122). Menurut Supramono dan Haryanto (2005:119), untuk menentukan sampel pada populasi yang sulit diketahui maka digunakan rumus :

(Zα )2 ( p)(q) n =

d2 Keterangan:

n = jumlah sampel

Zα = nilai tabel Z berdasarkan α bila α = 0,05 Z = 1,67

bila α = 0,01 Z = 1,96

p = estimator proporsi populasi

q = 1-p


(46)

Hasil riset awal yang dilakukan penulis terhadap 30 orang responden, diketahui bahwa 21 orang yang memenuhi kriteria sampel. Dengan demikian jumlah sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah :

(1,96) 2 (0,7)(0,3) n =

(0,1) 2 n = 80,67

n = 81 orang

3.7 Jenis Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview, observasi (Situmorang, 2014:3). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan peneliti, dan memberikan pertanyaan (kuesioner).

2. Data sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung yang berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi (Situmorang, 2014:3).


(47)

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kuesioner

Memberikan daftar pertanyaan kepada sampel yang dijadikan reponden (mahasiswi) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. b. Studi pustaka

Mempelajari berbagai literatur, jurnal, internet, majalah dan semua sumber yang memungkinkan dan berkaitan dengan masalah penelitian ini.

3.9 Uji Validitas Dan Reliabilitas

3.9.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti ingin mengukur kuesioner didalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukur. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang terkumpukan adalah data yang valid. (Situmorang, 2014:86). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows dengan kriteria sebagai berikut :


(48)

Jika rhitung> rtabel maka pernyataan valid

Jika rhitung< rtabel maka pernyataan tidak valid

Uji validitas dilakukan terhadap 30 orang responden di luar dari responden penelitian yang dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Nilai rtabel dengan ketentuan jumlah responden 30 orang dan tingkat signifikansi sebesar 5 %, maka angka yang diperoleh adalah 0,361.

Tabel 3.3 Uji Validitas

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa seluruh butir pernyataan valid karena rhitung(Corrected Item-Total Correlation) lebih besar daripada rtabel (0,361). Dengan demikian, kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap pengujian realibilitas.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 31.37 20.654 .646 .922

P2 31.77 17.771 .840 .909

P3 31.37 19.620 .643 .923

P4 31.53 19.499 .731 .917

P5 31.20 21.062 .432 .935

P6 31.07 19.513 .694 .919

P7 31.53 19.430 .823 .912

P8 31.47 18.464 .905 .906


(49)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Situmorang, 2014:89). Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Dan bila koefisien korelasi (r) positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS for windows.

Jika rhitung> rtabel maka pertanyaan tersebut reliable

Jika rhitung< rtabel maka pertanyaan tersebut tidak reliable

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Pada 9 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% di ketahui bahwa koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) adalah sebesar 0.80 Ini berarti 0.925 > 0.80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(50)

3.10 Teknik Analisis Data

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif yaitu metode penganalisaan yang dilakukan dengan cara menentukan data, mengumpulkan data, dan mengklasifikasikan data sehingga dapat diperoleh gambaran umum secara jelas mengenai objek yang diteliti. Data diperoleh dari data primer berupa questioner yang telah diisi oleh sejumlah responden.

3.10.2 Metode Regresi Linear Sederhana

Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengukur pengaruh green cosmetic terhadap loyalitas konsumen. Metode regresi linier sederhana dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS for windows. Adapun model persamaan yang digunakan yaitu:

Y = a + bX + e

Dimana:

Y = Loyalitas konsumen

a = konstanta

b = koefisien regresi

X = Green Cosmetic


(51)

3.10.3 Pengujian Hipotesis

3.10.3.1 Uji t

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan Y, apakah green cosmetic (X) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y) secara terpisah atau parsial.

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika thitung< ttabel pada a=5%

Ho diterima jika thitung> ttabel pada a=5%

3.10.3.2 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen.Nilai koefisien determinan adalah 0 dan 1. Nilai R2 yang semakin besar dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) semakin besar, begitu pula sebaliknya.


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Martha Tilaar Group dipelopori oleh DR. Martha Tilaar pada tahun 1970 dengan memulai usahanya membuka salon kecantikan kecil di kediaman orang tuanya. Martha Tilaar Group merupakan sebuah perusahaan kosmetika terkemuka yang memproduksi dan menyediakan produk dan pelayanan kecantikan yang inovatif dan berkualitas tinggi. Perusahaan ini menawarkan rangkaian produk kecantikan yang dapat menjadi pilihan terbaik setiap wanita dari segala kelompok usia dan penghasilan.

Selain menciptakan produk-produk perawatan kecantikan yang memanfaatkan bahan-bahan herbal tradisional Indonesia dan ekstrak tanaman alami lainnya, Martha Tilaar juga memproduksi produk-produk perawatan wajah. perawatan tubuh, make up dekoratif, dan produk-produk perawatan rambut untuk wanita modern.

Berawal dari sebuah langkah sederhana di awal tahun 1970, perusahaan ini telah tumbuh dan terus berkembang menjadi sebuah perusahaan kelas dunia yang terintegrasi dengan baik, dengan omset tahunan sekitar Rp 600 miliyar dan telah mengekspor produk-produknya ke banyak negara di dunia.

Beberapa brand Martha Tilaar Group pun berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi dan secara konsisten berhasil meraih peringat tertinggi peringkat tertinggi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap eksistensi


(53)

brand. Hal ini sekaligus menunjukkan kesungguhan Martha Tilaar dalam menciptakan produk-produk kecantikan berkualitas, khususnya bagi para wanita Timur.

Martha Tilaar menjadi pemimpin kosmetika warna dengan 10-18% kepemilikan saham, dan menguasai sekitar 11% pasar produk perawatan wajah. Produk utama Martha Tilaar Group antara lain: Sariayu, yang merupakan produk kecantikan yang telah ada di pasar Indonesia sejak lama dan telah memiliki konter terbanyak (produk dekoratif, make up dasar,perawatan wajah, perawatan tubuh, perawatan rambut, dan jamu).

Pada tahun 1983, Sariayu sudah menjadi kosmetik yang sangat terkenal di tanah air. Untuk itu, peningkatan distribusi harus tetap dilakukan. Pada tahun itulah didirikan PT Sariayu sebagai distributor kosmetik Martha Tilaar ke seluruh Indonesia. (profil perusahaan sariayu.pdf).

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi

Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka dan perawatan kecantikan serta spa di dunia denggan produk berbasis alami dan tradisional, melalui teknologi modern dan pengembangan untuk tujuan memberikan nilai tambah kepada konsumen dan stakeholder lainnya.

2. Misi

1. Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk perawatan kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar kualitas


(54)

internasional untuk memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar dengan portofolio yang sehat mampu mencapai peringkat tiga besar di setiap segmen di Indonesia.

2. Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan produktif sebagai bagian dari aktiva perusahaan;

3. Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal dengan fokus jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus jangka panjang di pasar global dengan produk yang dipilih dan merek.

Saat ini PT. Martina Berto merupakan perusahaan kosmetik yang menguasai pangsa pasar 95% di Indonesia dan 4-5% pangsa pasar luar negeri.

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur perusahaan Sariayu Martha Tilaar meliputi empat kelompok besar yakni : Unit Usaha Pemasaran, Unit Usaha Distribusi dan Perdagangan, dan Unit Usaha Layanan. Sedangkan struktur organisasi Sariayu Martha Tilaar dipimpin secara keseluruhan oleh seorang direktur,dan oleh kepala manajer cabang di setiap cabang PT Sariayu Martha Tilaar yang memiliki 5 divisi utama yaitu : Divisi Keuangan dan Akuntansi, Divisi Pemrosesan Data Elektronik, Divisi Logistik dan Distribusi, Divisi Penjualan, Divisi Sumber Daya Manusia dan Masalah Umum.

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden

Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh


(55)

responden dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar-daftar pernyataan kuesioner. Kuesioner disebarkan kepada Mahasiswi Ekonomi dan Binsis USU yang dijadikan sebagai responden. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU pengguna loyal kosmetik Sariayu. Karakteristik responden dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pembagian Responden berdasakan Usia

Berikut ini adalah tabulasi karakteristik responden berdasarkan usia: Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Responden %

19 2 2,4

20 16 19,8

21 40 49,4

22 22 27,2

23 1 1,2

Total 81 100,0

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 81 responden, jumlah responden yang berumur 19 tahun yaitu sebanyak 2 orang (2,4%), 20 tahun sebanyak 16 orang (19,8%), 21 tahun sebanyak 40 orang (49,4%), 22 tahun sebanyak 22 orang (27,2%), 23 tahun sebanyak 1 orang (1,2%). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa usia 21 tahun adalah responden yang paling banyak dalam penelitian ini yaitu sebesar 49,4%. Ini dapat dilihat ketika peneliti mengadakan riset di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dimana mayoritas mahasiswi yang berusia 21 tahun lebih banyak menggunakan kosmetik Sariayu.


(56)

2. Pembagian Responden berdasarkan Stambuk

Berikut ini adalah tabulasi karakteristik responden berdasarkan stambuk : Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Stambuk

Stambuk Jumlah Responden %

2011 42 51,9

2012 24 29,6

2013 5 6,2

2014 10 12,3

Total 81 100,0

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 81 responden, jumlah responden stambuk 2011 sebanyak 42 orang (51,9%), stambuk 2012 sebanyak 24 orang (29,6%), stambuk 2013 sebanyak 5 orang (6,2%), stambuk 2014 sebanyak 10 orang (12,3%). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa stambuk 2011 adalah responden yang paling banyak dalam penelitian ini yaitu sebesar 51,9%. Hal ini dikarenakan peneliti banyak menjumpai mahasiswi stambuk 2011 yang berusia 21 tahun menggunakan kosmetik Sariayu.

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel

Pada penelitian ini akan dijelaskan secara deskriptif persentase hasil penelitian setiap variabel yang mempengaruhi loyalitas konsumen kosmetik Sariayu pada mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Variabel green cosmetic terdiri dari 5 pernyataan dan variabel loyalitas konsumen terdiri dari 4 pernyataan. Jadi jumlah seluruh pernyataan adalah 9 butir. Kuesioner yang disebarkan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan tanggapan responden sebagai berikut:


(57)

Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5

Setuju (S) : diberi skor 4

Kurang Setuju (KS) : diberi skor 3 Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1 1. Deskriptif Variabel Green Cosmetic sebagai X

Tabel 4.3

Pendapat Responden Terhadap Variabel Green Cosmetic

Pernyataan STS TS KS S SS

Total

F % F % F % F % F %

P1 1 1,2 7 8,6 7 8,6 38 46,9 28 34,6 81

P2 3 3,7 3 3,7 3 3,7 53 65,4 19 23,5 81

P3 0 0,0 9 11,1 6 7,4 35 43,2 31 38,3 81 P4 6 7,4 8 9,9 25 30,9 29 35,8 13 16,0 81

P5 0 0,0 3 3,7 7 8,6 48 59,3 23 28,4 81

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)

a. Pada pernyataan pertama, dari 81 responden terdapat 34,6% responden yang menyatakan sangat setuju bahwa kosmetik Sariayu tidak mengujicobakan kepada binatang (no animal testing), 46,9% menyatakan setuju, 8,6% menyatakan kurang setuju, 8,6% menyatakan tidak setuju dan 1,2% menyatakan sangat tidak setuju. b. Pada pernyataan kedua, dari 81 responden, 23,5% menyatakan sangat setuju bahwa kosmetik Sariayu memiliki kemasan sederhana, 65,4% menyatakan setuju, 3,7% menyatakan kurang setuju, 3,7% menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju.

c. Pada pernyataan ketiga, dari 81 responden, 38,3% responden menyatakan sangat setuju bahwa bahan-bahan kosmetik Sariayu tidak berdampak negatif bagi


(58)

kesehatan kulit, 43,2% menyatakan setuju, 7,4% menyatakan kurang setuju, 11,1% menyatakan tidak setuju dan 0% menyatakan sangat tidak setuju.

d. Pada pernyataan keempat, dari 81 responden terdapat 16,0% responden menyatakan sangat setuju bahwa bahan dari kemasan kosmetik Sariayu menggunakan kertas daur ulang, 35,8% menyatakan setuju, 30,9% menyatakan kurang setuju, 9,9% menyatakan tidak setuju dan 7,4% menyatakan sangat tidak setuju.

e. Pada pernyataan kelima, dari 81 responden, 28,4 % responden sangat setuju bahwa kosmetik Sariayu berasal dari tumbuhan seperti biji,bunga,buah dan jenis aneka tanaman, 59,3% menyatakan setuju, 8,6% menyatakan kurang setuju, 3,7% menyatakan tidak setuju dan 0% menyatakan sangat tidak setuju.

2. Deskriptif Variabel Loyalitas Konsumen sebagai Y Tabel 4.4

Pendapat Responden Terhadap Variabel Loyalitas Konsumen

Pernyataan STS TS KS S SS

Total

F % F % F % F % F %

1 0 0,0 7 8,6 7 8,6 35 43,2 32 39,5 81 2 4 4,9 11 13,6 9 11,1 49 60,5 8 9,9 81 3 2 2,5 12 14,8 14 17,3 41 50,6 12 14,8 81 4 5 6,2 9 11,1 18 22,2 32 39,5 17 21,0 81 Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)

a. Pada pernyataan pertama, dari 81 responden terdapat 39,5% responden yang menyatakan sangat setuju bahwa konsumen selalu melakukan pembelian kosmetik Sariayu secara rutin, 43,2% menyatakan setuju, 8,6% menyatakan kurang setuju, 8,6% menyatakan tidak setuju dan 0% menyatakan sangat tidak setuju.

b. Pada pernyataan kedua, dari 81 responden terdapat 9,9% responden menyatakan sangat setuju bahwa konsumen membeli produk Sariayu yang lainnya


(59)

selain kosmetik, 60,5% menyatakan setuju, 11,1% menyatakan kurang setuju, 13,6% menyatakan tidak setuju dan 4,9% menyatakan sangat tidak setuju.

c. Pada pernyataan ketiga, dari 81 responden terdapat 14,8% responden menyatakan sangat setuju bahwa konsumen akan merekomendasikan keunggulan kosmetik Sariayu kepada orang lain, 50,6% menyatakan setuju, 17,3% menyatakan kurang setuju, 14,8% menyatakan tidak setuju, 2,5% menyatakan sangat tidak setuju.

d. Pada pernyataan keempat, dari 81 responden terdapat 21,0% responden menyatakan sangat setuju bahwa konsumen tetap akan memakai kosmetik Sariayu saat ada bujukan pesaing dari kosmetik lain, 39,5% menyatakan setuju, 22,2% menyatakan kurang setuju, 11,1% menyatakan tidak setuju, 6,2% menyatakan sangat tidak setuju.

4.3 Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana ditujukan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas (X) berupa variabel green cosmetic serta variabel terikat (Y) berupa loyalitas konsumen, maka untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, penulis menggunakan bantuan program software SPSS (Statistik Product and Service Solution) dari tabel coefficient maka dihasilkan output sebagai berikut:


(60)

Tabel 4.5

Hasil Analisis Regresi Sederhana Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.200 1.547 2.716 .008

Green Cosmetic

.542 .077 .619 7.014 .000

a. Dependent Variable: loyalitas konsumen Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 4.5 kolom

Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut:

Y = 4.200+0,542X

Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Konstanta (a) = 4200. Ini menunjukkan tingkat konstan, dimana jika variabel green cosmetic adalah 0, maka loyalitas konsumen pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU akan tetap sebesar 4200, dengan asumsi variabel lain tetap. b. Koefisien X(b) = 0,542. Variabel green cosmetic terhadap loyalitas konsumen

dengan koefisien regresi sebesar 0,542. Ini mempunyai arti bahwa setiap terjadi peningkatan variabel green cosmetic sebesar 1 satuan, maka loyalitas konsumen pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU akan meningkat sebesar 0,542.


(61)

4.4.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu green cosmetic terhadap variabel dependen yaitu loyalitas konsumen secara parsial. Uji t memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,05, jika signifikansi t berada dibawah 0,05 maka variabel independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Apabila thitung menunjukkan nilai lebih besar dibandingkan dengan ttabel, maka koefisien regresi variabel independen adalah signifikan.

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.200 1.547 2.716 .008

green cosmetic

.542 .077 .619 7.014 .000

a. Dependent Variable: loyalitas konsumen Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Dari hasil uji statistik t pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa:

Besarnya thitung untuk variabel green cosmetic adalah sebesar 7,014 dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel (7,014 >1,990). Dilihat dari signifikansinya, nilai signifikansi green cosmetic lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Maka diperoleh kesimpulan bahwa green cosmetic berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen.


(62)

4.4.2 Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R square yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena di sesuaikan dengan jumlah variabel bebas dalam penelitian. Nilai R square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R square berkisar 0 sampai 1.

Tabel 4.7

Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .619a .384 .376 2.370

a.Predictors: (Constant), green cosmetic b.Dependent Variable : loyalitas konsumen Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Pada Tabel 4.7 nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,619 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan loyalitas konsumen (variabel dependen) dengan green cosmetic (variabel independen) mempunyai hubungan yang cukup erat yaitu sebesar 61,9%. Besarnya pengaruh variabel green cosmetic terhadap variabel dependen loyalitas konsumen ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,384, artinya variabel green cosmetic berpengaruh terhadap loyalitas konsumen


(63)

sebesar 37,6% sisanya sebesar 62,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel green cosmetic berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 dan nilai

thitung lebih besar dari nilai ttabel (7,014 >1,990). Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :

1. Pengaruh Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen

Berdasarkan diskripsi jawaban responden pada pernyataan pertama variabel green cosmetic terdapat 38 responden atau sekitar 46,9% setuju bahwa kosmetik Sariayu tidak mengujicobakan kepada binatang (no animal testing). Hal ini ditandai dengan adanya keterangan dibalik kemasan kosmetik Sariayu yang bertuliskan no animal testing, keterangan ini yang membuat para responden setuju bahwa kosmetik Sariayu sudah terbukti tidak mengujicobakan kepada binatang (no animal testing).

Berdasarkan diskripsi jawaban responden pada pernyataan kedua variabel green cosmetic terdapat 53 responden atau sekitar 65,4% setuju bahwa kosmetik Sariayu memiliki kemasan sederhana. Hal ini ditandai dengan tidak memberikan bungkus yang berlebihan pada setiap kosmetiknya sehingga praktis untuk dibawa kemana-mana.


(64)

Berdasarkan diskripsi jawaban responden pada pernyataan ketiga variabel green cosmetic terdapat 35 responden atau sekitar 43,2% setuju bahwa bahan-bahan kosmetik Sariayu tidak berdampak negatif bagi kesehatan kulit. Hal ini dapat dilihat dari pemakaian yang dilakukan responden selama ini tidak pernah mengalami gangguan kesehatan, seperti iritasi pada kulit. Karena bahan yang digunakan pada kosmetik Sariayu tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu bagi kesehatan kulit.

Berdasarkan diskripsi jawaban responden pada pernyataan keempat variabel green cosmetic terdapat 29 responden atau sekitar 35,8% setuju bahwa bahan dari kemasan kosmetik Sariayu menggunakan kertas daur ulang. Hal ini dapat dilihat dari kemasan kosmetik yang tentu saja dapat di daur ulang dan setiap tahunnya pihak Sariayu melakukan daur ulang terhadap kemasan kosmetik.

Berdasarkan diskripsi jawaban responden pada pernyataan kelima variabel green cosmetic terdapat 48 responden atau sekitar 59,3% setuju bahwa kosmetik Sariayu berasal dari tumbuhan seperti biji, bunga, buah dan jenis aneka tanaman. Hal ini dapat dilihat dari kandungan bahan-bahan yang terdapat pada kosmetik Sariayu berasal dari bahan alami dan organik.

Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan Octoviani (2011) yang menyatakan bahwa strategi green marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan The Body Shop di kalangan mahasiswa. Dengan melakukan strategi green marketing pada kegiatan bisnis yang dilakukan oleh The Body Shop dapat memberikan pengaruh terhadap persepsi pelanggan pada pentingnya menggunakan produk green serta keuntungan


(65)

yang didapat dari penggunaan produk green, sehingga pada akhirnya akan membuat pelanggan terus menggunakan produk dengan melakukan pembelian berulang untuk kemudian menjadi pelanggan yang loyal pada produk tersebut.

Sariayu menerapkan strategi green cosmetic yaitu kosmetik ramah lingkungan yang terbuat dari bahan alami tanpa pengawet dan pewarna buatan pentingnya dan keuntungan memakai kosmetik hijau, seperti kosmetinya lebih cepat diserap oleh tubuh karena sifat bahan-bahannya yang alami, dan tidak menimbulkan efek samping pada kulit.

Kemampuan Sariayu dalam menerapkan strategi green cosmetic membuat para konsumen pada akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian secara terus-menerus dan menjadi loyal terhadap kosmetik tersebut (Griffin, 2005:5). Konsumen yang loyal akan berkomitmen untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang di masa yang akan datang, dan tidak mudah terpengaruh oleh bujukan pesaing. (Hurriyati, 2005:129)


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel green cosmetic memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 81 responden.

1. Hasil dari pengujian Statistik t menunjukkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual (parsial) bahwa green cosmetic memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU.

2. Berdasarkan pengujian koefisien Determinasi (R2) diketahui bahwa R sebesar 0,619 berarti hubungan antara green cosmetic terhadap loyalitas konsumen 61,9%. Hal ini berarti hubunganya cukup erat .Nilai Adjusted R Square = 0,376 berarti 37,6% loyalitas konsumen dapat dijelasakan oleh variabel green cosmetic sedangkan sisanya 62,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini .

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah:

1. Sariayu Martha Tilaar harus terus memberikan kualitas yang terpercaya kepada konsumen bahwa kosmetiknya mengandung bahan yang tidak


(67)

merusak kesehatan kulit sehigga membuat konsumen yakin terhadap kualitas kosmetik tersebut sebagai green cosmetic.

2. Sariayu Martha Tilaar harus memberikan suatu program kepada konsumen untuk mengajak mendaur ulang produk yang telah habis pakai dengan memberikan kembali produk tersebut kepada pihak Sariayu, yang akan memberikan nilai yang lebih pada produk kosmetik yang ramah lingkungan.

3. Membina komunikasi kepada konsumen dalam beauty workshop yang dilakukan Sariayu dengan cara memberikan informasi yang detail dan akurat mengenai kosmetik hijau sehingga menambah pengetahuan konsumen mengenai pentingnya menggunakan kosmetik hijau tersebut. 4. Sariayu harus menciptakan inovasi pada produk kosmetik dengan

menyediakan berbagai macam ukuran agar konsumen bebas memilih sesuai pilihan dan selera mereka.


(1)

Lampiran 4

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(2)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 31.37 20.654 .646 .922

P2 31.77 17.771 .840 .909

P3 31.37 19.620 .643 .923

P4 31.53 19.499 .731 .917

P5 31.20 21.062 .432 .935

P6 31.07 19.513 .694 .919

P7 31.53 19.430 .823 .912

P8 31.47 18.464 .905 .906


(3)

Lampiran 5

OUTPUT ANALISIS DESKRIPTIF VARIABEL VAR00001

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 1.2 1.2 1.2

2 7 8.6 8.6 9.9

3 7 8.6 8.6 18.5

4 38 46.9 46.9 65.4

5 28 34.6 34.6 100.0

Total 81 100.0 100.0

VAR00002

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 3.7 3.7 3.7

2 3 3.7 3.7 7.4

3 3 3.7 3.7 11.1

4 53 65.4 65.4 76.5

5 19 23.5 23.5 100.0

Total 81 100.0 100.0

VAR00003

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 9 11.1 11.1 11.1

3 6 7.4 7.4 18.5

4 35 43.2 43.2 61.7


(4)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 7.4 7.4 7.4

2 8 9.9 9.9 17.3

3 25 30.9 30.9 48.1

4 29 35.8 35.8 84.0

5 13 16.0 16.0 100.0

Total 81 100.0 100.0

VAR00005

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 3 3.7 3.7 3.7

3 7 8.6 8.6 12.3

4 48 59.3 59.3 71.6

5 23 28.4 28.4 100.0

Total 81 100.0 100.0

VAR00006

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 7 8.6 8.6 8.6

3 7 8.6 8.6 17.3

4 35 43.2 43.2 60.5

5 32 39.5 39.5 100.0

Total 81 100.0 100.0


(5)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 4.9 4.9 4.9

2 11 13.6 13.6 18.5

3 9 11.1 11.1 29.6

4 49 60.5 60.5 90.1

5 8 9.9 9.9 100.0

Total 81 100.0 100.0

VAR00008

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 2 2.5 2.5 2.5

2 12 14.8 14.8 17.3

3 14 17.3 17.3 34.6

4 41 50.6 50.6 85.2

5 12 14.8 14.8 100.0

Total 81 100.0 100.0

VAR00009

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 5 6.2 6.2 6.2

2 9 11.1 11.1 17.3

3 18 22.2 22.2 39.5

4 32 39.5 39.5 79.0

5 17 21.0 21.0 100.0

Total 81 100.0 100.0


(6)

1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.200 1.547 2.716 .008

green cosmetic

.542 .077 .619 7.014 .000

a. Dependent Variable: loyalitas konsumen

2. Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .619a .384 .376 2.370

a.Predictors: (Constant), green cosmetic b.Dependent Variable : loyalitas konsumen


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus Pada Sales Counter Sariayu Martha Tilaar Plaza Medan Fair)

9 207 99

Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus Pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan).

4 54 111

PENGARUH PROMOSI TERHADAP ETIKA PERILAKU BELI KONSUMEN PRODUK TATA RIAS WAJAH SARIAYU MARTHA TILAAR DI PRODI PENDIDIKAN TATA KECANTIKAN

0 10 115

PENGARUH ATRIBUT-ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN GREEN PRODUCT COSMETIC SARIAYU MARTHA TILAAR (Studi pada Mahasiswa di Bandar Lampung)

1 25 64

PENGARUH NORMA SUBYEKTIF TERHADAP SIKAP KONSUMEN AKAN PRODUK GREEN COSMETIC DAN NIAT UNTUK MELAKUKAN PEMBELIAN (Studi pada konsumen produk Lotion Eksotik Tanjung Martha Tilaar Surakarta).

0 0 15

Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)

0 0 14

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran - Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)

0 1 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)

0 0 10

ABSTRAK PENGARUH STRATEGI GREEN COSMETIC TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN SARIAYU MARTHA TILAAR (STUDI KASUS PADA MAHASISWI EKONOMI DAN BISNIS USU)

0 0 10

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN GREEN PRODUCT COSMETICS SARIAYU MARTHA TILAAR DI SEMARANG

0 0 13