Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus Pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan).

(1)

MEDAN

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP SIKAP KONSUMEN

PADA GREEN PRODUCT COSMETICS (STUDI KASUS PADA

PURI AYU MARTHA TILAAR SUN PLAZA MEDAN)

DRAFT SKRIPSI DIAJUKAN OLEH:

EKA LANIASTI SIHITE 040502085

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

Eka Laniasti Sihite (2008), Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus Pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan). Dra. Marhayanie M.Si (Dosen Pembimbing), Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE, M.Si (Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara), Dra. Setri Hiyanti Siregar (Dosen Penguji I), Syafrizal Helmi Situmorang SE. M.Si (Dosen Penguji II).

Kosmetik Martha Tilaar merupakan salah satu perusahaan kosmetik yang menghasilkan produk kosmetik bernuansa ketimuran dan mengandung bahan alami, produk kosmetiknya sudah dikenal sebagai salah satu produk hijau kosmetik (Green

Product Cosmetics) di dunia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atribut produk yang terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk dan kemasan produk terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik Martha Tilaar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode regresi linier berganda, dengan menggunakan uji asumsi klasik, uji determinasi, uji simultan dan uji parsial dengan alat analisis menggunakan bantuan program SPSS

versi 14.00.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut produk yang terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk dan kemasan produk secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen pada Green Product

Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik Martha Tilaar. Variabel yang berpengaruh paling

dominan terhadap sikap konsumen adalah kemasan. Kata Kunci : Atribut Produk, Sikap Konsumen


(3)

Puji dan Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Atribut Produk terhadap Sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan)”.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen konsentrasi Manajemen Pemasaran pada Program S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, telah banyak mendapat bimbingan, nasehat dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe SE, M.Si, selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty MBA, selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakulatas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Marhayanie M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah begitu sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Setri Hiyanti Siregar, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang SE. M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini.

9. Seluruh Pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis selama ini.

10.Bapak/ Ibu Pimpinan Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan dan seluruh pegawai yang telah banyak membantu penulis dalam menyediakan tempat sebagai tempat penelitian dan memperoleh data perusahaan yang diperlukan didalam penulisan skripsi ini.

11.Papa dan Mama Tercinta Samsudin Sihite, SH dan Hotma Hutagalung yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi, nasehat, bantuan dana dan material, serta doa yang selalu menyertai penulis.


(5)

nasehat, bantuan dana dan material, serta doa yang selalu menyertai penulis. 13.Abang dan Adik yang Terkasih Bernad Eko Candra Sihite dan Hendro Handoko

Sihite (siapudan kami), serta sepupuku yang terkasih Meilin Margaret Sihite, BA, Stefan Laudus Sihite dan Julia Elisa Sihite (adik satu-satunya di dunia) yang merupakan sumber inspirasi, motivasi, dan senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan dan doa kepada penulis.

14.Sahabat-sahabat dan teman-teman di Manajemen 2004: Aurora (Subeni), Nesly (kak Ines), Yohana (Yellow Pisang), Maria Rosel, Novalina Tarigan, Dini, Lamtiar, Lintang, Anne, Eka Sutanti, Lusiana Manalu (Cien), Lusiana Siahaan (Cing), Maria Desyeni, Rike, Hana, Rebecca, Magdalena, Wenny, Ester, Vivi, Herawaty, Rara, Risma, Gia, Risma, Erin, Lulu, Surya, Roni Salomo, Tohom, Arie Anfi, Andre, White Top Purba, Simon Siahaan, Selamat Oliver, Albert, Rocky, Pemuda Gading (ipem), Zurivan, Adi Kuasa, Ronald Reagen, dan teman-teman Manajemen 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.

15.Sahabat-sahabat terbaikku Fenny Erida, Santalina Sembiring, Bamma Erawaty, Yustika, Elizabeth Pane, Rosa, Gracy, Citra Dwi Fauriska, Bontor Reni, Emma Latersia, Evi Marlina, Yenny, Hasleni atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.


(6)

dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.

17.Buat Manajemen 2005: Daniel, Tovariga, Aron, Clara Danica, Nila, Corry, dan Asrani, terima kasih atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.

18.Buat semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini.

Medan, Mei 2008

Penulis


(7)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 4

D. Hipotesis ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

F. Metode Penelitian ... 6

1. Batasan Operasional ... 6

2. Defenisi Operasional ... 7

3. Skala Pengukuran Variabel ... 9

4. Populasi dan Sampel ... 10

5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

6. Jenis dan Sumber Data ... 12

7. Teknik Pengumpulan Data ... 13

8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 13


(8)

B. Produk ... 22

1. Pengertian Produk ... 22

2. Green Product (Produk Hijau)... 24

3. Kosmetik ... 25

C. Atribut Produk ... 28

1. Merek Produk... 28

2. Kualitas Produk ... 30

3. Desain Produk ... 30

4. Label Produk ... 31

5. Kemasan Produk ... 31

D. Sikap Konsumen ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 37

A. Sejarah Perusahaan ... 37

B. Perkembangan perusahaan Martha Tilaar ... 39

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 41

A. Uji Validitas dan Realibilitas ... 41

B. Analisis Deskriptif ... 45

1. Deskriptif Responden ... 46

2. Distribusi Penilaian Responden ... 51

3. Statistik Deskriptif ... 56

C. Analisis Statistik ... 57

1. Uji Asumsi Klasik ... 57

a. Uji Normalitas ... 57

b. Uji Multikoliniaritas... 60

c. Uji Autokorelasi ... 61

d. Uji Heterokedastisitas ... 63


(9)

b. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 67

c. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(10)

Halaman

Tabel 1.1 Top Brand 2008, Kategori Perawatan Pribadi (Bedak Wajah) ... 2

Tabel 1.2 Operasional Variabel ... 9

Tabel 1.3 Jumlah Pengunjung Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan ... 10

Tabel 1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 17

Tabel 4.1 Item-Total Statistics ... 42

Tabel 4.2 Validitas Instrumen ... 43

Tabel 4.3 Reliabilitas Intrumen ... 44

Tabel 4.4 Reliability Statistics... 44

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 46

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47

Tabel 4.8 Karakteristik Kuantitas Kunjungan ... 47

Tabel 4.9 Sumber Informasi Responden Tentang Produk Kosmetik Martha Tilaar 48 Tabel 4.10 Alasan Responden Membeli Kosmetik ... 48

Tabel 4.11 Responden Mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah Green Product Cosmetics . ... 49

Tabel 4.12 Responden Mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah Green Product Cosmetics, maka alasan responden percaya pada Green Product Cosmetics ... 49

Tabel 4.13 Responden Selalu Membeli Green Product Cosmetics ... 50

Tabel 4.14 Alasan Responden Membeli Kosmetik Martha Tilaar ... 50

Tabel 4.15 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Merek ... 51

Tabel 4.16 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Kualitas ... 51

Tabel 4.17 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Desain... 52

Tabel 4.18 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Label... 53

Tabel 4.19 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Kemasan ... 54

Tabel 4.20 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Sikap Konsumen .... 55


(11)

Tabel 4.24 Uji Autokorelasi ... 62

Tabel 4.25 Uji Heterokedastisitas ... 65

Tabel 4.26 Hasil Uji R2 ... 66

Tabel 4.27 Hasil Uji F ... 68


(12)

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 5

Gambar 4.1 Histogram ... 58

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 59

Gambar 4.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 ... 63


(13)

Halaman Lampiran 1 Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 2 Regression Lampiran 3 Kuesioner


(14)

Eka Laniasti Sihite (2008), Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus Pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan). Dra. Marhayanie M.Si (Dosen Pembimbing), Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE, M.Si (Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara), Dra. Setri Hiyanti Siregar (Dosen Penguji I), Syafrizal Helmi Situmorang SE. M.Si (Dosen Penguji II).

Kosmetik Martha Tilaar merupakan salah satu perusahaan kosmetik yang menghasilkan produk kosmetik bernuansa ketimuran dan mengandung bahan alami, produk kosmetiknya sudah dikenal sebagai salah satu produk hijau kosmetik (Green

Product Cosmetics) di dunia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atribut produk yang terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk dan kemasan produk terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik Martha Tilaar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode regresi linier berganda, dengan menggunakan uji asumsi klasik, uji determinasi, uji simultan dan uji parsial dengan alat analisis menggunakan bantuan program SPSS

versi 14.00.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut produk yang terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk dan kemasan produk secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen pada Green Product

Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik Martha Tilaar. Variabel yang berpengaruh paling

dominan terhadap sikap konsumen adalah kemasan. Kata Kunci : Atribut Produk, Sikap Konsumen


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan produk kosmetik memberi peluang bisnis bagi para produsen kosmetik. Peluang bisnis tersebut menciptakan keanekaragaman produk kosmetik atau produk perawatan kulit yang kini beredar di pasar, yaitu dari produk lokal sampai produk impor, dan produk yang masuk secara legal maupun illegal, sehingga konsumen dapat memilih produk kosmetik yang terbaik bagi dirinya, dan produk kosmetik tersebut dapat diperoleh dengan mudah di pusat-pusat perbelanjaan dan khususnya di klinik kecantikan.

Saat ini banyak produk kosmetik yang beredar menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan para pengguna kosmetik. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), bahan-bahan kimia yang berbahaya tersebut antara lain Merkuri, Hidroquinon lebih dari 2%, Asam retrinoat, Diethylene Glicol, zat warna Rhodamin B dan Merah K3 serta

Chlorofluorocarbon (www.kapanlagi.com, 2008).

Penggunaan bahan-bahan kosmetik yang dilarang oleh BPOM tersebut dapat juga menimbulkan masalah lingkungan. Masalah lingkungan tersebut adalah masalah Pemanasan Global atau Gobal Warming. Adanya isu lingkungan tersebut membentuk sikap dan perilaku konsumen untuk memilih produk yang alami, aman, dan ramah lingkungan. Oleh karena itu perusahaan kosmetik perlu memperluas pasarnya dengan menciptakan produk hijau kosmetik (Green Product Cosmetics) (Johri dan Sahasakmontri, 1998: 265).


(16)

Martha Tilaar merupakan salah satu perusahaan kosmetik yang menghasilkan produk kosmetik bernuansa ketimuran dan mengandung bahan alami (www.indonesia.go.id, 2008). Produk kosmetik perusahaan Martha Tilaar sudah dikenal sebagai salah satu produk hijau kosmetik (Green Product Cosmetics) di dunia. Hal ini terbukti dari hasil uji laboratorium di Paris yang menyatakan bahwa bahan-bahan yang digunakan pada produk Martha Tilaar bebas dari bahan-bahan kimia berbahaya (www.sinarharapan.com, 2008).

Produk Martha Tilaar cenderung mengalami peningkatan dalam penjualannya. Tercatat omzet penjualannya pada tahun 2003 sebesar 600 milyar rupiah khusus pada merek Sariayu Martha Tilaar (www.gatra.com, 2008). Kemudian berhasil mengalami peningkatan sebesar 700 milyar rupiah pada tahun 2007 yang diperoleh dari penjualan produk kosmetik dan galeri kecantikan yang tersebar di Indonesia (www.rmexpose.com, 2008). Selain itu, Produk Martha Tilaar juga masuk dalam kategori Top Brand 2008 khusus pada perawatan pribadi yaitu bedak wajah.

Tabel 1.1 Top Brand 2008

Kategori Perawatan Pribadi (Bedak Wajah)

Merek Top Brand Index

Viva 15.1% Pixy 11.8% Sariayu 9.2%

Caring 5.2%

La Tulipe 5.0%

Marcks 4.7% Revlon 3.7% Pigeon 3.0%

Mustika Ratu 2.4%


(17)

Tabel 1.1 menyajikan 10 merek bedak wajah di Indonesia yang masuk kedalam kategori merek-merek teratas pada tahun 2008. Sariayu dan Caring yang merupakan produk Martha Tilaar masing-masing berada pada peringkat ketiga dan keempat. Hal ini jelas bahwa produk kosmetik Martha Tilaar mampu menarik perhatian konsumen dan membentuk sikap dan perilaku konsumen untuk menggunakan produk hijau kosmetik tersebut.

Perusahaan Martha Tilaar mendirikan Puri Ayu Martha Tilaar sebagai tempat penjualan dan pusat pelayanan bagi produk-produk Martha Tilaar Group pada tahun 1995. Produk-produk Martha Tilaar tersebut antara lain produk Belia, Berto Tea, Biokos, Caring, Cempaka Cosmetics, Dewi Sri Spa Martha Tilaar, Jamu Garden, Mirabella Cosmetics, PAC (Professional Artist Cosmetics), Sariayu Martha Tilaar, dan Rudi Hadisuwarno Cosmetics. Kemudian, Puri Ayu Martha Tilaar hadir di kota Medan yaitu di Sun Plaza pada tahun 2004.

Konsumen dalam memilih produk terutama produk kosmetik Martha Tilaar, mereka dapat melihat atribut dari produk tersebut. Atribut produk yang digunakan antara lain merek, kualitas, desain, label, dan kemasan. Konsumen cenderung tertarik pada produk yang memiliki merek yang terpercaya, kualitas yang bagus, desain yang menarik, label yang dapat menerangkan komposisi secara lengkap dari produk, dan kemasan yang unik. Atribut produk tersebut dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen sebelum membeli.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap


(18)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut: Apakah ada pengaruh atribut produk terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics?

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan beberapa variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan. Kerangka konseptual merupakan dasar dalam pembuatan hipotesis (Sugiyono, 2003: 49).

Perusahaan dalam memahami keinginan dari konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya perlu mempertimbangkan atribut produk. Atribut produk terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk, dan kemasan produk yang merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen dalam menentukan sikapnya terhadap suatu produk.

Menurut Sastradipoera dalam Rahardja (2007: 33) suatu produk dapat dikatakan baik apabila produk tersebut telah mendapatkan kepercayaan di hati masyarakat dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal ini kepercayaan adalah salah satu komponen dari sikap yang didasari oleh pengetahuan, persepsi seseorang mengenai suatu objek. Melalui kepercayaan konsumen terhadap suatu produk membentuk sikap konsumen terhadap objek atau gagasan tertentu.

Sikap merupakan komponen positif dan negatif terhadap objek yang terbentuk dari produk yang ditawarkan kepada konsumen. Sikap menempatkan


(19)

kerangka pemikiran yang menyukai atau tidak menyukai objek tertentu, yang bergerak mendekati atau menjauhi objek tersebut. Sikap menyebabkan orang berperilaku secara cukup konsisten terhadap objek yang serupa. Oleh karena itu, sikap sangat sulit berubah (Kotler, 2005: 219).

Berdasarkan pemikiran di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis sebagai berikut:

Atribut Produk (X)

Sumber: Simamora (2000)

Gambar 1.1: Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka hipotesis yang dikemukakan adalah: “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari atribut produk terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics.”

Merek produk (X1)

Kualitas produk (X2

)

Desain produk (X3)

Label produk (X4)

Kemasan produk (X5)


(20)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh atribut produk terhadap sikap konsumen pada

Green Product Cosmetics.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan Sariayu Martha Tilaar, penelitian ini dapat menjadi

sumber informasi dan pengetahuan mengenai Green Product

Cosmetics untuk meningkatkan kualitas produknya.

b. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan dan cakrawala berpikir ilmiah di bidang pemasaran khususnya perilaku konsumen dan Green Product Cosmetics.

c. Bagi Peneliti Lain, penelitian ini sebagai bahan referensi dan informasi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada variabel bebas (independent variable) yaitu atribut produk terhadap variabel terikat (dependent variable) yaitu sikap konsumen, pada konsumen Puri Ayu


(21)

Martha Tilaar Sun Plaza Medan yang telah melakukan pembelian minimal 2 kali. Variabel yang dianalisis adalah:

a. Variabel Bebas (X), yaitu Atribut Produk , yang terdiri dari:

X1 = Merek Produk

X2 = Kualitas

X3 = Desain

X4 = Label

X5 = Kemasan

b. Variabel Terikat (Y), yaitu sikap konsumen Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan.

2. Defenisi Operasional Variabel

Peneliti menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasi, maka perlu ada defenisi operasional dari masing-masing variabel sebagai upaya pemahaman dalam penelitian. Defenisi variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas

Variabel Bebas yaitu atribut produk (X). Atribut produk ini memiliki beberapa sub variabel, yaitu:

Merek Produk (X1), yaitu nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi di antaranya agar mudah dikenali oleh konsumen.

Kualitas (X2), yaitu kualitas kinerja-kemampuan produk untuk melaksanakan fungsi yang diharapkan konsumen.


(22)

Desain (X3), yaitu desain atau bentuk, ukuran berat, warna, dan gaya yang menarik perhatian konsumen sehingga produk selalu diingat. Label (X4), yaitu mengidentifikasi produk atau merek melalui keterangan-keterangan yang tertera di produk tersebut.

Kemasan (X5), yaitu pembungkus fisik untuk melindungi produk dan sekaligus menciptakan identitas unik kepada konsumen.

b. Variabel Terikat

Variabel Terikat yaitu Sikap Konsumen (Y).

Sikap konsumen yaitu menjelaskan motivasi, perasaan emosional, proses kognitif terhadap suatu objek oleh konsumen.


(23)

Tabel 1.2 Operasional Variabel VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR SKALA PENGUKURAN Atribut Produk (X) Merek Produk (X1)

a. Kemudahan mengenal merek produk

b. Tingkat pengucapan merek

c. Kemudahan mengingat merek produk

Likert

Kualitas Produk (X2)

a. Kinerja-kemampuan produk

b. Keistimewaan produk c. Daya tahan produk

Likert

Desain Produk (X3)

a. Bentuk produk b. Berat produk c. Kekhasan produk

Likert

Label Produk (X4)

a. Kejelasan nama perusahaan b. Menggambarkan

keterangan produk c. Menunjukkan kualitas

produk

Likert

Kemasan Produk (X5)

a. Keindahan Produk b. Praktis untuk dibawa c. Dapat melindungi

kualitas produk

Likert

Sikap Konsumen

(Y)

- a. Kepercayaan dan

keyakinan terhadap produk

b. Kesukaan terhadap produk

c. Keinginan untuk mengkonsumsi

Likert

Sumber: Simamora (2000)

3. Skala Pengukuran Variabel

Proses pengolahan data untuk menghitung masing-masing indikator dengan mengggunakan skala likert. Dimana ditentukan item-item yang relevan dengan apa yang ingin diketahui, kemudian responden diminta untuk memberikan jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya.


(24)

Pengukuran atribut produk terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics, melalui skala likert digunakan dengan lima tingkatan yang diberi skor sebagai berikut (Sekaran, 2006: 31):

a. Sangat setuju diberi skor lima b. Setuju diberi skor empat c. Ragu-ragu diberi skor tiga d. Tidak setuju diberi skor dua

e. Sangat tidak setuju diberi skor satu

4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari subjek-subjek yang karakteristiknya akan diduga. Berdasarkan pra-survei yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa jumlah para pengunjung Puri Ayu Martha Tilaar sebagai berikut:

Tabel 1.3

Jumlah Pengunjung Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan

Bulan Jumlah Pengunjung (Orang)

Januari 800 Pebruari 832

Maret 1180 Jumlah 2812 Sumber: PT Martha Tilaar Sun Plaza Medan (2008)

Rata-rata populasi berdasarkan Tabel 1.3 dalam sebulan adalah 937,33, dan dibulatkan menjadi 937 orang.


(25)

b. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi (Sekaran, 2006: 123). Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2005: 146), sebagai berikut:

n = 2

1 Ne

N

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan (standard error 10%)

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka sampel dapat dihitung sebagai berikut:

n =

2 1 Ne N  = 2 ) 1 . 0 ( 937 1 937 

n = 90,35

Berdasarkan perhitungan diatas diambil sampel sebanyak 90,35 responden dan dibulatkan menjadi 90 responden.

Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel (Sugiyono, 2004: 78). Adapun karakter yang ditentukan adalah pengunjung yang pernah dan sedang melakukan pembelian, minimal telah


(26)

2 kali melakukan pembelian kosmetik mulai dari januari 2008 sampai penelitian dilakukan, dan telah berusia 17 tahun, sebagai pelanggan dewasa yang dapat mengambil keputusan pembelian atau paling tidak mempengaruhi keputusan pembelian.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puri Ayu Martha Tilaar, Sun Plaza Ground Floor A 37, Jl. KH Zainul Arifin No.7, Medan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret sampai bulan Mei 2008.

6. Jenis dan Sumber Data

Peneliti menggunakan dua jenis data untuk membantu memecahkan masalah, yaitu (Sugiyono, 2003: 129):

a. Data Primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Dalam penelitian ini data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan pada pengunjung Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan yang menjadi sampel.

b. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh oleh peneliti dari data yang sudah diolah, seperti dari buku, jurnal, majalah dan situs internet yang dapat mendukung penelitian ini.


(27)

7. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu: a. Observasi

Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian guna memperoleh data dan informasi mengenai obyek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terlibat langsung di dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

c. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Jawaban tersebut selanjutnya diberi skor sesuai dengan skala Likert. d. Studi Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca, dan mempelajari berbagai macam buku, artikel yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Arikunto (2002: 144), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta mampu


(28)

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, karena itu uji validitas dilakukan untuk menguji data yang telah di dapat setelah penelitian merupakan data yang valid atau tidak dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut.

Kriteria yang digunakan dalam pengujian validitas sebagai berikut: Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel,maka butir pertanyaan tersebut valid.

Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Correlation.

Uji reliabilitas menurut Arikunto (2002: 154) menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Reliabilitas menunjukkan tingkat kestabilan, konsistensi, dan atau kehandalan instrumen untuk menggambarkan gejala seperti apa adanya. Suatu instrumen tersebut digunakan untuk subjek yang sama, dalam waktu dan kondisi yang berbeda, tetap menunjukkan hasil yang sama. Uji validitas dan reliabilitas ini diukur dengan menggunakan Software SPSS 14,00 for Windows.

Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,80 (Kuncoro dalam Situmorang et al, 2008: 40), maka pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel.

b. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,80 (Kuncoro dalam Situmorang et al, 2008: 40), maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak reliabel.


(29)

9. Metode Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan dengan mengadakan pengumpulan data dan penganalisaaan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.

b. Analisis Statistik

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas (Merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk, dan kemasan produk) terhadap variabel terikat (Sikap konsumen). Dengan persamaan yang digunakan adalah :

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e Keterangan:

Y = Sikap Konsumen

a = Konstanta

b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien Regresi Berganda

X1 = Variabel Merek Produk

X2 = Variabel Kualitas Produk

X3 = Variabel Desain Produk

X4 = Variabel Label Produk

X5 = Variabel Kemasan Produk


(30)

Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda diatas harus memenuhi syarat asumsi klasik sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan

Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05 (5%), maka data terdistribusi normal dan sebaliknya. Selain itu deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normalitas.Tetapi jika data menyebar di setiap garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Namun jika data menyebar jauh dari data garis diagonal atau titik tidak mengikuti arah garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolonieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model sebuah regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable) (Ghozali, 2005: 91). Hubungan linier antar variabel independen inilah yang disebut dengan multikolonieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji


(31)

multikolinearitas menggunakan kriteria Variance Inflation Factor

(VIF) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 0,5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang et al, 2008: 104).

3. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya) (Ghozali, 2005: 95). Autokorelasi terjadi jika observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya. Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi menggunakan Durbin Watson (DW) Test dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 1.4

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Keterangan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<DW<dl

Tidak ada autokorelasi yang negatif No decision dl<DW≤du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<DW<4

Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du≤DW≤4-dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak Du<DW<4-du Sumber : Gujarati (dalam Situmorang et al, 2008: 86)


(32)

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pegamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005: 105). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Uji Gletser.

Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:

1) Pengujian Koefisien Determinan (R2) atau Goodness of Fit Test

Digunakan untuk melihat besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari persamaan dengan model persamaan tersebut akan dapat R2 atau Coefficient of Determination yang menunjukkan persentase dari variasi variabel keputusan pembelian yang mampu dijelaskan oleh model. Selanjutnya dengan membandingkan besarnya nilai R2 untuk masing-masing variabel atribut produk, dapat diketahui faktor terpenting atau dominan yang menentukan pengaruhnya terhadap sikap konsumen.

Jika determinan (R2) semakin besar atau mendekati sama, maka variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap variabel terikat (Y) semakin kuat.


(33)

Jika determinan (R2) semakin kecil atau mendekati satu, maka variabel terikat (Y) semakin kecil.

2) Uji Serempak (Uji F)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F dilakukan secara serentak untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh atribut produk melalui variabel merek produk (X1), kualitas produk (X2), desain produk (X3), label produk (X4), kemasan produk (X5) sebagai variabel bebas, terhadap sikap konsumen (Y) sebagai variabel terikat.

Pengambilan keputusannya dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel. Bila Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas dalam model mempengaruhi variabel terikat.

Model hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5=0 artinya variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) secara bersama-sama tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y).

H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 artinya variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y).


(34)

Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel. Kriteria pengambilan keputusan, yaitu:

H0 diterima bila Fhitung < Ftabel pada α = 5 % H0 ditolak bila Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

3) Uji secara Parsial (Uji-t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Variabel bebas dikatakan berpengaruh terhadap variabel terikat bisa dilihat dari probabilitas variabel bebas dibandingkan dengan tingkat kesalahannya (α). Jika probabilitas variabel bebas lebih besar dari tingkat kesalahannya (α) maka variabel bebas tidak berpengaruh, tetapi jika probabilitas variabel bebas lebih kecil dari tingkat kesalahannya (α) maka variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat.

Model pengujiannya adalah:

H0 = bi = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat.

Ha : bi ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat.

Nilai Thitung akan dibandingkan dengan nilai Ttabel. Kriteria pengambilan keputusan, yaitu:

H0 diterima bila Thitung < Ttabel pada α = 5% H0 ditolak bila Thitung > Ttabel pada α = 5%


(35)

BAB II

URAIAN TEORETIS

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dhimas Aditya Rahardja (2007) dengan judul penelitian “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap Konsumen Pada Produk Mie Sedaap (Suatu Survey Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Angkatan 2003-2006)” bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari atribut produk yang terdiri dari merek produk, mutu produk, ciri produk, desain produk, label produk, dan kemasan produk terhadap sikap konsumen pada mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi Angkatan 2003-2006. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh signifikan antara atribut produk terhadap sikap konsumen. Berarti semakin baik atribut Mie Sedaap maka akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap sikap konsumen pada produk Mie Sedaap.

Johri dan Sahasakmontri (1998) melakukan penelitian dengan judul “Green Marketing of Cosmetics in Thailand”. Hasil penelitiannya menunjukkan strategi pemasaran hijau oleh THE BODY SHOP dan Oriental Princess

membuktikan bahwa atribut produk memiliki pengaruh terhadap sikap konsumen pada saat membeli produk hijau, dan merek produk berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen.


(36)

B. Produk

1. Pengertian Produk

Menurut Kotler dalam Susanto (2001:560), produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk–produk yang dapat dipasarkan meliputi barang fisik, buku, jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide.

Menurut Kotler (2001:139), produk akan berfungsi sebagai berikut:

a. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai diskonfirmasi positif (positive disconfirmation), jika ini terjadi maka konsumen akan merasa puas.

b. Produk berfungsi seperti apa yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai konfirmasi sederhana (simple confirmation), jika ini terjadi maka konsumen akan merasa puas dan produk tidak mengecewakan konsumen dan konsumen memiliki perasaan netral.

c. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai diskonfirmasi negatif (negative disconfirmation). Produk yang berfungsi lebih baik, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan kekecewaan sehingga konsumen merasa tidak puas.

Setiap produk berhubungan dengan produk lainnya. Hierarki produk di mulai dari kebutuhan dasar sampai produk-produk khusus yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Identifikasi tujuh tingkat hierarki produk adalah sebagai berikut:


(37)

1. Keluarga Kebutuhan: Kebutuhan utama yang mendasari kelompok produk. Contoh : Keamanan.

2. Keluarga Produk: Semua kelas produk yang dapat memenuhi kebutuhan utama dengan efektivitas yang memadai.

Contoh : Tabungan dan Pendapatan.

3. Kelas Produk: Sekelompok produk dalam keluarga produk yang diakui mempunyai kesamaan fungsional.

Contoh : Instrumen keuangan.

4. Lini produk: Sekelompok produk dalam kelas produk yang saling berhubungan erat karena memiliki fungsi yang sama, dijual pada kolelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui jaringan distribusi yang sama, atau berada dalam kisaran harga tertentu.

Contoh : Asuransi jiwa.

5. Jenis Produk: Produk-produk yang berada dalam lini produk yang memiliki salah satu bentuk dari produk tersebut.

Contoh : Lama kontrak.

6. Merek: Nama yang dihubungkan dengan satu atau lebih produk dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter produk tersebut.

7. Unit Produk: Suatu unit dalam merek atau lini produk yang berbeda dalam hal ukuran, harga, penampilan, atau atribut lainnya. Unit produk tersebut disebut unit penjaga persediaan, atau varian produk.


(38)

2. Green Product (Produk Hijau)

Menurut Johri dan Sahasakmontri (1998, 267), Green Product (Produk hijau) adalah produk ramah lingkungan, sedangkan konsumen hijau didefenisikan sebagai konsumen yang dalam membeli produk lebih memilih membeli dari perusahaan yang memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan

Menurut Herbig dalam Lanasier (2002: 92), terdapat beberapa karakteristik sebuah produk yang dianggap sebagai produk hijau adalah : a. Produk yang menggunakan bahan non toxic (nontoxic adalah bahan kimia

yang tidak beracun) b. Produk lebih tahan lama

c. Produk menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang d. Produk mengggunakan bahan baku dari bahan daur ulang

Karakteristik lain mengenai produk hijau yang dikemukakan oleh United States Federal Trade Commision adalah:

1. Produk yang menggunakan bahan non toxic

2. Produk tidak mengandung bahan yang dapat merusak lingkungan

3. Tidak melakukan uji poduk yang melibatkan binatang apabila tidak betul-betul diperlukan

4. Selama penggunaannya tidak merusak lingkungan

5. Menggunakan kemasan yang sederhana atau menyediakan produk isi ulang

6. Memiliki daya tahan penggunaan yang lama 7. Mudah diproses ulang setelah pemakaian


(39)

Karakteristik tersebut didefenisikan setelah banyak perusahaan yang menyalahgunakan pengertian dari produk hijau ini, yaitu menggunakan istilah produk lingkungan bagi produk yang kemasannya dapat didaur ulang hanya pada kondisi tertentu. Beberapa istilah yang sering disalahgunakan adalah

Biodegradable-digunakan pada produk yang belum tentu dapat diproses pada waktu yang ditentukan, Environmentally safe dan Environtmentaly friendly -aman untuk lingkungan.

Menurut Kotler dalam Lanasier (2002: 91), environmentalism dapat didefenisikan sebagai suatu gerakan yang terorganisasi dari sekumpulan konsumen, pelaku bisnis dan lembaga pemerintah dalam rangka melindungi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Kelestarian lingkungan menurut Kotler adalah pendekatan manajemen yang melibatkan pengembangan strategi selain dapat menghasilkan profit bagi perusahaan juga tetap dapat bertanggung jawab terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan langkah-langkah tanggung jawab soaialnya kepada konsumen dengan mengiklankan produknya yang menunjukkan kepekaan mereka terhadap lingkungan, yaitu dengan menekankan bahwa produk yang dihasilkan perusahaannya menggunakan kemasan yang sederhana, memberikan dampak limbah yang minimal, lebih aman bagi lingkungan dan dapat di daur ulang.

3. Kosmetik

Menurut Fabricant dan Gould dalam Ferrinadewi (2005: 128) kosmetik merupakan produk yang unik karena selain produk ini memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar wanita akan kecantikan sekalius


(40)

menjadi sarana bagi konsumen untuk memperjelas identitas dirinya secara sosial dimata masyarakat.

Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 (Tranggono dan Latifah, 2007: 6), Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Penggolongan kosmetik menurut (Tranggono dan Latifah, 2007: 7): a. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13

kelompok:

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain. 2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, dan lain-lain.

3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain. 4. Preparat untuk wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan

lain-lain.

5. Preparat pewarna untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.

6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.

7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dan lain-lain.


(41)

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain. 10.Preparat kuku, misalnya cat kuku, dan lain-lain.

11.Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelindung, dan lain-lain. 12.Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.

13.Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan lain-lain.

b. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk antaranya adalah cosmetics).

2. Kosmetik tradisional:

a) Betul-betul tradisional tradisional, dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-menurun.

b) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama.

c) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.

c. Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit:

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics), untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Kosmetik yang termasuk didalamnya adalah untuk membersihkan kulit, untuk melembabkan kulit, pelindung kulit, dan untuk menipiskan atau mengampelas kulit.


(42)

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up), untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri.

C. Atribut Produk

Menurut Gitosudarmo (2000:188), Atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli.

Atribut produk dapat berupa sesuatu yang berwujud (tangible) maupun sesuatu yang tidak berujud (intangible). Atribut yang berwujud dapat berupa merek, kualitas produk, desain produk, label produk, kemasan dan sebagainya. Sedangkan yang tidak berwujud seperti kesan atau image konsumen terhadap nama merek yang diberikan kepada produk tersebut. Setiap produk akan memiliki atribut yang berbeda dengan jenis produk yang lain.

1. Merek Produk

Merek dapat didefenisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi di antaranya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang dan jasa para pesaingnya (Tjiptono, 2006: 98).

Pada prinsipnya, tujuan penggunaan merek untuk mengidentifikasi produk sebagai hak milik atau kepunyaan organisasi tertentu dan untuk memfasilitasi


(43)

diferensiasi suatu produk dari produk-produk pesaingnya. Bagi konsumen merek memiliki fungsi dan manfaat pokok, yaitu:

a. Fungsi identifikasi, yakni dapat dilihat, dan diidentifikasi dengan jelas dan cepat.

b. Fungsi praktikalitas, yaitu memungkinkan penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang yang identik dan loyalitas.

c. Fungsi jaminan/garansi, yakni menjamin diperolehnya kualitas yang sama di mana pun dan kapan pun konsumen membeli produk atau jasa yang bersangkutan.

d. Fungsi optimalisasi, yaitu memastikan bahwa konsumen membeli produk terbaik dalam kategorinya atau produk yang memiliki kinerja terbaik dalam tujuan pembelian tertentu.

e. Fungsi karakterisasi, yaitu konfirmasi atas citra diri (self-image) konsumen atau citra yang ditampilkan pembeli/konsumen kepada pihak lain.

f. Fungsi kontinuitas, yakni adanya kepuasan yang didapatkan dari familiaritas dan intimasi dengan merek yang sudah sejak lama dikonsumsi konsumen.

g. Fungsi hedonistik, yakni kepuasan yang berkaitan dengan daya tarik merek, logo, maupun komunikasinya.

h. Fungsi etis yaitu kepuasan berkenaan dengan perilaku merek yang bertanggung jawab dalam jalinan relasinya dengan masyarakat (misalnya ekologi, penyediaan lapangan kerja, dan iklan yang harmonis dengan lingkungan sekitar dan norma sosial).


(44)

2. Kualitas Produk

Menurut Tjiptono (2006: 96), kualitas merupakan tingkat kinerja suatu barang, kualitas suatu produk dapat dilihat dari tingkat kepuasan pelanggan terhadap hasil dan proses. Sedangkan menurut Sunarto (2004: 159), kualitas adalah salah satu alat untuk positioning menetapkan posisi bagi pemasar. Mutu atau kualitas produk berarti kualitas kinerja-kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya.

Konsumen mengharapkan produk yang memiliki kualitas kesesuaian dengan standar atau spesifikasi (conformance quality) yang tinggi. Kualitas kesesuaian adalah tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap spesifikasi sasaran yang dijanjikan (Kotler, 2005: 352).

3. Desain Produk

Ada beberapa pengertian desain produk, sebagai berikut:

a. Menurut Gitosudarmo (2000: 192), desain atau bentuk produk merupakan atribut yang sangat penting untuk mempengaruhi konsumen, agar konsumen tertarik dan kemudian membelinya.

b. Desain yang baik, akan menghasilkan gaya (style) yang menarik, kinerja yang lebih baik, kemudahan dan kemurahan biaya penggunaan produk serta kesederhanaan dan keekonomisan produksi dan distribusi. Desain merupakan alat yang paling potensial untuk mendiferensiasi dan memposisikan produk dalam pasar (Simamora, 2001: 149).


(45)

4. Label Produk

Menurut Armstrong dan Kotler (2001: 369), label mengidentifikasi produk atau merek, dan menggambarkan beberapa hal mengenai produk yang membuatnya, di mana dibuat, isinya, bagaimana menggunakannya secara aman. Label juga bisa mempromosikan produk lewat aneka gambar menarik. Sedangkan menurut Irawan dkk (2000: 93), label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya.

Macam-macam label yang sering digunakan oleh perusahaan sebagai berikut:

a. Label merek (brand label), merupakan label yang semata-mata sebagai merek.

b. Label kualitas (grade label), merupakan label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu barang.

c. Label deskriptif (informative label), label ini disebut juga label informatif yang merupakan label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, susunan, pemeliharaan, dan/atau hasil kerja dari suatu barang.

5. Kemasan Produk

Menurut Tjiptono (2006: 95), kemasan produk adalah pembungkus fisik untuk melindungi produk dan sekaligus menciptakan identitas unik. Sedangkan menurut Armstrong dan Kotler (2001: 367), kemasan adalah merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.


(46)

Kemasan mencakup sebagai berikut:

a. Kemasan Primer, merupakan wadah utama produk yaitu yang memuat dan melindungi produk.

b. Kemasan Sekunder, merupakan bagian yang dibuang ketika produk akan digunakan.

c. Kemasan Pengiriman, merupakan kemasan yang diperlukan untuk

menyimpan, mengidentifikasi dan mengirimkan produk.

Kemasan harus konsisten dengan iklan, penetapan harga, dan distribusi produk tersebut. Selain itu perusahaan harus memperhatikan keamanan produk dalam menggunakan kemasan yang tahan pencemaran. Pengambilan yang dilakukan dalam keputusan pengemasan, perusahaan harus memperhatikan masalah-masalah lingkungan dan mempertimbangkan kepentingan masyarakat sebaik perhatiannya kepada pelanggan dan tujuan perusahaan.

Kemasan yang baik akan menguntungkan perusahaan karena berbagai hal sebagai berikut (Gitosudarmo, 2000: 194):

1. Kemasan yang indah atau menarik akan menambah hasrat untuk membeli. 2. Kemasan yang khas akan mempermudah pembeli mengingat produknya. 3. Kemasan yang baik akan melindungi kualitas (mutu) produk.

4. Memudahkan pengangkutan (transportasi)

5. Memudahkan penyimpanan dan penyusunan di rak toko (show room) Kegiatan pengemasan harus mempertimbangkan aspek keindahan, aspek ekonomis, dan aspek praktis. Aspek ekonomis pembungkus tidak boleh menimbulkan biaya ekstra yang berlebihan karena dapat mengakibatkan adanya peningkatan harga jual produk yang terlalu tinggi. Segi keindahan


(47)

(estetika) pengemasan harus menarik atau dapat mensugesti konsumen agar bersedia melakukan pembelian, serta kemasan harus sesuai dengan sifat produknya. Ditinjau dari aspek praktisnya, kemasan harus sederhana, mudah dibawa, mudah disusun atau diletakkan di suatu tempat.

D. Sikap Konsumen

Menurut Allport (Setiadi, 2005:214) sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku. Sedangkan menurut Engel dalam Sumarwan (2003: 136), mengemukakan bahwa sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai.

Produsen dalam mengukur sikap dan perilaku konsumen dapat dilakukan dengan menggunakan model multiatribut, yaitu model sikap multiatribut dari Fishbein. Model sikap Fishbein berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap obyek tertentu. Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama untuk memprediksi sikap. Faktor pertama, keyakinan seseorang terhadap atribut yang menonjol dari obyek. Faktor kedua, keyakinan seseorang bahwa atribut memiliki atribut khas. Faktor ketiga, Evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol, di mana diukur seberapa baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu (Umar, 2005: 57).

Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Selain itu, sikap juga menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, proses kognitif kepada suatu aspek.


(48)

Lebih lanjut, sikap adalah cara kita berpikir, merasa, dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail, program televisi atau produk.

Tiga komponen dalam pembentuk sikap adalah (Simamora, 2003: 12): 1. Komponen kognitif

Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek.

2. Komponen afektif

Merupakan komponen sikap yang terdiri dari perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek.

3. Komponen konaktif

Komponen ini adalah respons dari seseorang terhadap obyek atau aktivitas. Karakteristik Sikap terdiri dari:

a. Sikap memiliki Obyek

Artinya sikap itu harus terkait dengan obyek yang dituju, obyek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan, media, dan sebagainya.

b. Konsistensi Sikap

Konsistensi sikap adalah gambaran persaan dari seorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya, karena itu sikap memiliki konsistensi dengan perilaku.

c. Sikap Positif, Negatif dan Netral

Menunjukkan adanya rasa menyukai terhadap sesuatu (sikap positif), rasa tidak menyukai suatu produk (sikap negatif) dan tidak memiliki sikap (sikap netral).


(49)

d. Intensitas Sikap

Terdapat derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka dapat diungkapkan melalui intensitas sikapnya.

e. Resistensi Sikap (Resistance)

Resistensi sikap adalah seberapa besar sikap konsumen bisa berubah. Seperti seorang konsumen yang tidak menyukai tomat, kemudian disarankan oleh dokter untuk banyak mengkonsumsi tomat karena alasan kesehatan, mungkin sikapnya akan mudah berubah.

f. Persistensi Sikap (Persistence)

Persistensi sikap adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu.

g. Keyakinan Sikap (Confidence)

Keyakinan sikap adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang dimilikinya.

h. Sikap dan Situasi

Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi. Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.

Menurut Kazt dalam Sumarwan (2003: 138) menyatakan empat klasifikasi fungsi sikap antara lain:

1. Fungsi Utilitarian (The Utilitarian Function)

Sikap seseorang terhadap suatu objek atau produk karena ingin memperoleh manfaat dari produk (rewards) atau menghindari risiko dari produk (punishment).


(50)

2. Fungsi Mempertahankan Ego (The Ego-Defensive Function)

Sikap berfungsi melindungi seseorang (citra diri-self images) dari keraguan yang muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin menjadi ancaman bagi dirinya.

3. Fungsi Ekspresi Nilai (The Value-Expressive Function)

Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan, dan opini dari seorang konsumen.

4. Fungsi Pengetahuan (The Knowledge Function)

Pengetahuan yang baik mengenai suatu produk yang mendorong seseorang untuk menyukai suatu produk. Sikap positif terhadap suatu produk mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk. Fungsi pengetahuan membantu mengurangi ketidakpastian dan kebingungan.


(51)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Martha Tilaar membangun industri jamu dan kosmetika dimulai dari garasi rumah orangtuanya, di Jalan Kusuma Atmaja No. 47, Menteng, Jakarta Pusat di sebuah ruangan berukuran 6x4 meter. Usaha tersebut diberi nama Martha Salon, yang berdiri pada tanggal 3 Januari 1970, kemudian pada tahun 1972 Ia membuka salon kedua di Jalan Anggur No. 3 Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan memulai penggunaan merek dagang Sariayu Martha Tilaar yang berarti Sarinya Wong Ayu. Saat ini salon kecantikan sederhana tersebut berkembang menjadi Martha Tilaar Group (MTG), sebuah grup usaha industri jamu dan kosmetika dengan produk merek dagang Sariayu Martha Tilaar. Grup usaha ini memiliki 11 anak perusahaan dan mempekerjakan 6.000 karyawan.

Karir dan usaha Martha Tilaar yang saat ini sudah berada pada puncak kesuksesan, oleh sebab itu Ia ingin berbuat banyak kepada masyarakat karena beban persoalan hidup yang mendesak setiap wanita untuk mencari nafkah. Hal tersebut menyebabkan Martha dan bersama rekannya, Emma Pratiwi, mendirikan industri kerajinan, dengan konsep community trade. Industri tersebut diberi nama Prama Pratiwi Martha Galery, dengan jumlah 142 perajin di Sentolo, Yogyakarta. Produk dari perajin sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor ke Perancis, Australia, dan Amerika.

Keberhasilan Martha Tilaar untuk selalu mencintai produk dalam negeri, membangun kemandirian bangsa khususnya di bidang jamu dan kosmetika, yang


(52)

Sriwedari sebagai trend tata rias baru, yang didasari oleh kekayaan alam dan budaya Indonesia. Maka sejak saat itu, Ia selalu memberi nama tempat dan unsur budaya suatu daerah, yang dipadukan dengan trend busana daerah, ke setiap produk Sariayu Martha Tilaar, sehingga nama produk ini berhasil menjadi sebuah

trendsetter tata rias wajah wanita Indonesia.

Produk kosmetik Martha Tilaar dikenal sebagai produk kosmetik internasional. Produk-produk kosmetik tersebut adalah produk Belia, Berto Tea, Biokos, Caring, Cempaka Cosmetics, Dewi Sri Spa Martha Tilaar, Jamu Garden, Mirabella Cosmetics, PAC (Professional Artist Cosmetics), Sariayu Martha Tilaar, dan Rudi Hadisuwarno Cosmetics. Produk tersebut dipasarkan di luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, dan Los Angeles, Amerika Serikat, serta sebuah Laboratorium di Paris sebagai tempat penelitian. Perusahaan Martha Tilaar juga memiliki puluhan tempat spa di luar negeri yang tetap menggunakan merek dagang Martha Tilaar, seperti di Malaysia yang bertempat di

Crown Princess Kuala Lumpur.

Perusahaan Martha Tilaar pernah mengalami penolakan di Tanah Air, yaitu saat hendak menyewa dan membuka gerai jamu dan kosmetika di beberapa tempat perbelanjaan modern yang terkemuka di Jakarta. Penyebab penolakan itu karena pihak penyedia tempat perbelanjaan modern tersebut hanya mau menerima produk yang sudah terkenal di dunia. Namun penolakan tersebut mendorong Martha Tilaar untuk mendirikan Puri Ayu Martha Tilaar, Mei 1995, sebagai gerai jamu dan kosmetika Sariayu sekaligus berfungsi sebagai pusat pelayanan konsumen. Gerai Puri Ayu Martha Tilaar ini berdiri pertama kali di Graha Irama,


(53)

di kawasan elit Kuningan, Jakarta Selatan, yang kemudian berkembang di kota-kota besar di Indonesia.

Adanya komitmen yang tinggi untuk membangun industri kosmetika, mendorong Martha Tilaar untuk menginvestasikan di bidang riset dan pengembangan, dengan mengirimkan staf ahli farmasinya belajar ke luar negeri, atau mengikuti berbagai pameran di luar negeri. Selain itu, perusahaan ini juga berhasil mengurangi ketergantungan kandungan bahan baku impor, dengan menggantikan bahan baku untuk semua produknya ke bahan baku lokal. Kemudian pada bulan Juli 2002 Sekjen PBB Kofi Annan mengundang Martha Tilaar untuk hadir dalam forum Global Compact, di New York, Amerika Serikat. Forum tersebut meminta agar setiap perusahaan mempromosikan praktik berbisnis yang baik dalam bidang hak asasi manusia, tenaga kerja, dan lingkungan untuk segera dipraktikkan dalam dunia usahanya.

B. Perkembangan Perusahaan Martha Tilaar

Bersama dengan Theresia Harsini Setiady, sebagai pemilik PT Kalbe Farma, pada tahun 1977 Martha Tilaar melakukan kerjasama. Mereka besepakat untuk membuat perusahaan kosmetika dan jamu, dengan nama perusahaan adalah PT Martina Berto, dan meluncurkan Sariayu Martha Tilaar sebagai produk pertama. Pabrik kosmetika PT Martina Berto yang pertama sekali didirikan pada 22 Desember 1981 di Jalan Pulo Ayang, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur yang diresmikan oleh Nelly Adam Malik yang merupakan istri Wakil Presiden Adam Malik. Tahun 1983 Martha Tilaar mendirikan PT Sari Ayu Indonesia, khusus distributor produk kosmetika Sariayu Martha Tilaar. Tahun


(54)

1986 Martha Tilaar kembali membuka pabrik kedua, di Jalan Pulokambing II/1, di kawasan Industri Pulo Gadung yang diresmikan oleh Karlinah Umar Wirahadikusumah, istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.

Sepanjang tahun 1977 PT Martina Berto mengakuisisi sejumlah perusahaan, seperti PT Kurnia Harapan Raya, PT Cempaka Belkosundo Indah, PT Cedefindo, PT Estrella Lab, dan PT Kreasi Boga. Kemudian, pada tahun 1999 Martha Tilaar beserta anggota keluarga membeli seluruh saham PT Kalbe Farma yang ada pada PT Martina Berto. Sejak saat itu Martha Tilaar dan keluarga menguasai sepenuhnya saham PT Martina Berto, dan saat itu juga terjadi konsilidasi perusahaan digabungkan ke dalam Martha Tilaar Group.

Anak perusahaan Martha Tilaar Group terdiri dari PT Martina Berto dan PT Tiara Permata Sari (Sebagai pemanufaktur dan pemasar produk Sariayu Martha Tilaar, Biokos Martha Tilaar, Belia Martha Tilaar, Berto Martha Tilaar,

Aromatic Oil of Java Martha Tilaar, Dewi Spa Martha Tilaar, Jamu Garden Martha Tilaar). PT Cedefindo (pemanufaktur dan pemasar produk Rudy

Hadisuwarno Cosmetics, Madonna), PT Cempaka Belkosindo Indah

(pemanufaktur dan pemasar produk Mirabella dan Cempaka), PT Sari Ayu Indonesia (distributor semua produk PT Martina Berto dan PT Tiara Permata Sari, produk Cempaka Belkosindo Indah, kecuali produk Cempaka), PT Martha Beauty Gallery (perusahaan jasa untuk Martha Tilaar Salon, Martha Tilaar Salon and Day Spa, Cipta Busana Martha Tilaar, Art and Beauty Martha Tilaar, Puspita Martha Tilaar.


(55)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Uji Validitas dan Realibilitas

Uji validitas dan reabilitas dilakukan terhadap alat penelitian, yakni kuesioner. Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan alat (kuesioner) dapat menjawab tujuan penelitian ini, sedangkan reliabel artinya konsisten atau stabil.

Berdasarkan hasil penelitian jika nilai rhitung > rtabel berarti data empirik dari variabel penelitian valid atau sahih, sedangkan uji kehandalan untuk mengetahui tingkat konsistensi dari variabel atau instrumen penelitian pada objek penelitian yang sama secara berulang. Apabila hasilnya sama atau sangat mendekati, maka dinyatakan data empirik yang diuji handal atau reliabel.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menguji validitas sebagai berikut: 1. Mendefenisikan secara operasional untuk konsep yang akan diukur 2. Melakukan uji coba pengukuran pada sejumlah responden

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dihitung dengan menggunakan software SPSS (statistical production and service solution) versi 14.0.

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan relibialitas diberikan kepada 30 orang diluar responden. Nilai tabel r dengan ketentuan df = jumlah kasus – 2 jadi 30 – 2 = 28, dengan tingkat signifikansi sebesar 5% angkanya = 0,2407 (uji satu sisi).


(56)

Hasil pengolahan dari uji validitas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Item-Total Statsitics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Butir1 69.2667 39.513 .629 .909

Butir2 69.4333 39.013 .614 .909

Butir3 69.3000 38.976 .502 .914

Butir4 69.5333 39.706 .615 .909

Butir5 69.4667 39.568 .733 .907

Butir6 69.4333 41.220 .424 .914

Butir7 69.5000 39.500 .689 .908

Butir8 69.4333 38.944 .623 .909

Butir9 69.4000 41.421 .530 .912

Butir10 69.2333 39.082 .551 .912

Butir11 69.3667 39.826 .579 .910

Butir12 69.4333 40.185 .514 .912

Butir13 69.5000 39.224 .647 .908

Butir14 69.3000 40.493 .504 .912

Butir15 69.4000 39.834 .606 .910

Butir16 69.4333 40.530 .532 .912

Butir17 69.5333 39.223 .689 .908

Butir18 69.5333 39.016 .642 .909

Sumber : Hasil Olahan SPSS 14.00 (2008)

Interprestasi item total statistik, yaitu:

1. Scale mean if item deleted, menerangkan nilai rata-rata total jika variabel tersebut dihapus, misalnya jika pertanyaan (item) 1 dihapus maka rata-rata variabel sebesar 69,2667, jika pertanyaan (item) 2 dihapus maka rata-rata totalnya bernilai 69,4333, dan seterusnya.

2. Scale Variance if item deleted menerangkan besarnya variance total jika variabel (butir) tersebut dihapuskan. Misalnya variabel (butir) item 1 dihapus maka besarnya variance adalah sebesar 39,513, sedangkan jika variabel (butir) item 2 dihapus adalah 39,013, dan seterusnya.


(57)

pada kolom Corrected item total correlation merupakan nilai rhitung yang akan dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui validitas pada setiap butir pernyataan. rtabel pada α 0,05 dengan derajat bebas: df = jumlah kasus-2. Jumlah kasus adalah 30, jadi df adalah 28, maka r (0,05;28) pada uji satu arah 0,2407 (uji satu sisi).

Ketentuan untuk pengambilan keputusan:

1. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir tersebut valid.

2. Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel maka butir pernyataan tersebut tidak valid.

3. rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected item total correlation. Tabel 4.2

Validitas Instrumen

Corrected item total correlation

(rhitung)

rtabel Validitas

Butir1 .629 .2407 Valid

Butir2 .614 .2407 Valid

Butir3 .502 .2407 Valid

Butir4 .615 .2407 Valid

Butir5 .733 .2407 Valid

Butir6 .424 .2407 Valid

Butir7 .689 .2407 Valid

Butir8 .623 .2407 Valid

Butir9 .530 .2407 Valid

Butir10 .551 .2407 Valid

Butir11 .579 .2407 Valid

Butir12 .514 .2407 Valid

Butir13 .647 .2407 Valid

Butir14 .504 .2407 Valid

Butir15 .606 .2407 Valid

Butir16 .532 .2407 Valid

Butir17 .689 .2407 Valid

Butir18 .642 .2407 Valid

Sumber : Hasil Olahan SPSS 14.00 (2008)

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan semua pernyataan valid, karena r > r pada tingkat signifikansi sebesar 5%.


(58)

Ketentuan untuk pengambilan keputusan:

a. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,80 (Kuncoro dalam Situmorang et al, 2008), maka pernyataan tersebut dinyatakan reliabel.

b. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,80 (Kuncoro dalam Situmorang et al, 2008), maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak reliabel.

Reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Reliabilitas Intrumen

Cronbach Alpha Kuncoro Reliabilitas

Butir1 .909 0,80 Reliabel

Butir2 .909 0,80 Reliabel

Butir3 .914 0,80 Reliabel

Butir4 .909 0,80 Reliabel

Butir5 .907 0,80 Reliabel

Butir6 .914 0,80 Reliabel

Butir7 .908 0,80 Reliabel

Butir8 .909 0,80 Reliabel

Butir9 .912 0,80 Reliabel

Butir10 .912 0,80 Reliabel

Butir11 .910 0,80 Reliabel

Butir12 .912 0,80 Reliabel

Butir13 .908 0,80 Reliabel

Butir14 .912 0,80 Reliabel

Butir15 .910 0,80 Reliabel

Butir16 .912 0,80 Reliabel

Butir17 .908 0,80 Reliabel

Butir18 .909 0,80 Reliabel

Sumber : Hasil Olahan SPSS 14.00 (2008)

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Cronbach Alpha setiap butir pernyataan lebih besar dari 0,80. Oleh karena itu setiap butir pernyataan telah reliabel.

Reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items


(59)

Interpretasi dari Tabel 4.4 adalah sebagai berikut:

1. Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah reliabilitas kuesioner tersebut dengan ketentuan sebagai berikut: Jika ralpha positif dan lebih besar dari rtabel maka reliabel.

Jika ralpha negatif dan lebih kecil dari rtabel maka tidak reliabel.

2. ralpha dapat dilihat pada akhir analisis yaitu sebesar 0,915 sedangkan rtabel sebesar 0,2407.

3. ralpha positif dan lebih besar dari rtabel maka kuesioner tersebut reliabel sehingga dapat diteliti.

B. Analisis Deskriptif

1. Deskriptif Responden

Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diukur dalam Skala Likert untuk menanyakan tanggapan konsumen atas pengalaman yang dirasakan pada saat mengkonsumsi atau menggunakan produk kosmetik Martha Tilaar yang mempengaruhi sikap konsumen. Variabel sikap konsumen terdiri dari 3 butir pernyataan, sedangkan variabel yang mempengaruhinya terdiri dari 5 variabel yaitu variabel merek (X1), kualitas (X2), desain (X3), label (X4), dan kemasan (X5) terdiri dari 15 pernyataan. Kuesioner penelitian ini disebarkan kepada 90 responden.

Tabel-tabel dan penjelasan berikut ini menjelaskan deskripsi responden yang berjumlah 90 orang:


(60)

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 2 2,22%

Perempuan 88 97,78%

Total 90 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 90 orang konsumen yang membeli produk kosmetik di Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan, responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 88 orang atau dengan persentase 97,78%. Selebihnya merupakan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang atau dengan persentase 2,22%.

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase

17-22 39 43,33%

23-28 38 42,22%

29-34 6 6,66%

35-40 3 3,33%

41-46 1 1,11%

47-52 3 3,33%

Total 90 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 90 orang responden, 43,33% berusia 17-22 tahun, 42,33% berusia 23-28 tahun, 6,66% berusia 29-34 tahun, 3,33% berusia 35-40 tahun, 1,11% berusia 41-52 tahun, dan 3,33% berusia 47-52 tahun. Usia 17-22 tahun merupakan jumlah terbanyak pada penelitian ini.


(61)

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase

SLTP/Sederajat 7 7,77% SLTA/Sederajat 23 25,56% Diploma/Sederajat 23 25,56%

Sarjana/Sederajat 36 40%

Pasca Sarjana/Sederajat 1 1,11%

Total 90 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Berdasarkan pendidikannya, responden diklasifikasikan menjadi seperti pada Tabel 4.7, yang menunjukkan bahwa Sarjana/Sederajat merupakan pendidikan terbanyak dari responden, yaitu sebanyak 36 responden dengan persentase sebesar 40%. Sementara yang paling sedikit adalah responden yang berpendidikan Pasca Sarjana/Sederajat, yaitu hanya 1 orang dengan persentase sebesar 1,11% responden.

Tabel 4.8

Karakteristik Kuantitas Kunjungan

Kuantitas Kunjungan Frekuensi Persentase

<1 sebulan 25 27,78%

1 kali sebulan 33 36,67%

2-3 kali sebulan 18 20%

>3 kali sebulan 14 15,56%

Total 90 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Sesuai dengan Tabel 4.8, berdasarkan kuantitas kunjungan responden dapat diketahui bahwa paling banyak reponden memiliki kuantitas berkunjung sebanyak 1 kali dalam sebulan, yaitu sebanyak 33 responden dengan persentase sebesar 36,67%. Selebihnya dengan persentase sebesar 27,78% berkunjung kurang dari sekali dalam sebulan, 20% berkunjung sebanyak 2 sampai 3 kali sebulan, dan 15,56% berkunjung lebih dari 3 kali dalam sebulan.


(62)

Tabel 4.9

Sumber Informasi Responden Tentang Produk Kosmetik Martha Tilaar

Sumber Informasi Frekuensi Persentase

Iklan 76 84,44%

Dari Orang Lain 13 14,44%

Lainnya 1 1,11%

Total 90 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Berdasarkan Tabel 4.9 bahwa sebagian besar responden mengetahui produk kosmetik Martha Tilaar melalui iklan, yaitu sebanyak 76 responden dengan persentase sebesar 84,44%, kemudian dari orang lain sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 14,44%. Responden sebanyak 1 orang dengan persentase 1,11% menyatakan bahwa ia mengetahui produk kosmetik Martha Tilaar pertama kali melalui orang tuanya atau keluarga.

Tabel 4.10

Alasan Responden Membeli Kosmetik

Alasan Membeli Frekuensi Persentase

Alasan Harga 10 11,11%

Alasan Bahan yang Berkualitas 65 72,22%

Alasan Merek 12 13,33%

Lainnya 4 4,44%

Total 90 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Beberapa responden menyatakan bahwa mereka memilih membeli kosmetik karena alasan bahan yang berkualitas, yaitu 65 responden dengan persentase sebesar 72,22%, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.10. Selanjutnya sebanyak 12 responden dengan persentase 13,33% yang menyatakan bahwa pertimbangan merek menjadi alasan mereka membeli kosmetik, dan seterusnya.


(63)

Tabel 4.11

Responden Mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah

Green Product Cosmetics Mengetahui Kosmetik Martha Tilaar sebagai

Green Product Cosmetics

Frekuensi Persentase

Iya 65 72,22%

Tidak 25 27,78%

Total 90 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Sebagian besar responden menyatakan mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah Green Product Cosmetics sebanyak 65 reponden dengan persentase sebesar 72,22%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.11 yang menunjukkan bahwa responden mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah

Green Product Cosmetics. Responden yang tidak mengetahui kometik Martha Tilaar adalah 25 responden dengan persentase sebesar 27,78%.

Tabel 4.12

Responden Mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah Green Product

Cosmetics, maka alasan responden percaya

pada Green Product Cosmetics

Alasan percaya terhadap Green Product Cosmetics

Frekuensi Persentase

Tidak mengandung bahan kimia berbahaya 51 78,46%

Kemasan dapat di daur ulang 3 4,61%

Tidak Mengujicobakan kepada binatang 9 13,85%

Lainnya 2 3,08%

Total 65 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Jika pada Tabel 4.11 menunjukkan Responden Mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah Green Product Cosmetics, maka Tabel 4.12 adalah merupakan lanjutan atau hubungan dari jawaban reponden, yaitu jika reponden menjawab Iya. Sebanyak 65 responden menjawab Iya, sebagian responden percaya terhadap Green Product Cosmetics karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya sebanyak 51 responden dengan


(64)

tidak mengujicobakan kepada binatang dengan persentase 13,85%, dan 4,61% merupakan kemasan dapat di daur ulang, serta lainnya adalah 3,08%.

Tabel 4.13

Responden Selalu Membeli Green Product Cosmetics

Responden selalu membeli Green Product Cosmetics

Frekuensi Persentase

Iya 45 50%

Tidak 45 50%

Total 90 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan bahwa 45 responden selalu membeli Green Product Cosmetics dengan persentase 50%, sedangkan sisanya tidak selalu membeli Green Product Cosmetics. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua responden adalah konsumen hijau dalam menggunakan produk kosmetik.

Tabel 4.14

Alasan Responden Membeli Kosmetik Martha Tilaar

Alasan membeli kosmetik Martha Tilaar Frekuensi Persentase

Mengandung bahan alami 36 40%

Produk kosmetiknya ramah lingkungan 11 12,22%

Aman untuk kulit 35 38,89%

Lainnya 8 8,88%

Total 90 100%

Sumber : Data Primer diolah (2008)

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa sebanyak 36 orang responden mempertimbangkan membeli kosmetik Matha Tilaar karena mengandung bahan alami dengan persentase sebesar 40%. Produk kosmetiknya aman untuk kulit dinyatakan oleh 35 responden dengan persentase sebesar 38,89%, sedangkan yang menyatakan produk kosmetiknya ramah lingkungan adalah sebanyak 11 orang atau dengan persentase sebesar 12,22%, dan yang menyatakan alasan lainnya sebesar


(65)

2. Distribusi Penilaian Responden

a. Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Merek

Distribusi penilaian responden tentang variabel merek dapat terlihat dari penilaian terhadap pernyataan yang diberikan, seperti yang terlihat pada Tabel 4.15 berikut ini:

Tabel 4.15

Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Merek

Item STS TS KS S SS TOTAL

F % F % F % F % F % F %

1 0 0.00% 1 1.1% 3 3.3% 46 51.1% 40 44.4% 90 100

2 0 0.00% 2 2.2% 9 10.0% 50 55.6% 29 32.2% 90 100

3 0 0.00% 8 8.9% 13 14.4% 52 57.8% 17 18.9% 90 100

Sumber : Hasil Olahan SPSS 14.00 (2008)

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa rata-rata responden berpendapat setuju terhadap variabel merek, dimana dapat diketahui terdapat 46 reponden yang menyatakan setuju dari pernyataan merek Martha Tilaar mudah dikenali, dengan persentase 51,5% menyatakan setuju dan 44,4% menyatakan sangat setuju. Kedua, merek Martha Tilaar mudah diucapkan, 50 responden menyatakan setuju dengan persentase 55,6% dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 32,2%. Ketiga, logo dari merek Martha Tilaar mudah untuk diingat, 57,8% menyatakan setuju dan 18,9% menyatakan sangat setuju.

b. Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Kualitas

Distribusi penilaian responden tentang variabel kualitas dapat terlihat dari penilaian terhadap pernyataan yang diberikan, seperti yang terlihat pada Tabel 4.16 berikut ini:


(1)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.363 .749 1.820 .072

Merek .103 .058 .276 1.788 .077

Kualitas .000 .061 .000 -.002 .998

Desain -.146 .086 -.286 -1.700 .093

Label -.056 .074 -.112 -.754 .453

Kemasan .050 .076 .103 .656 .514

a Dependent Variable: Absut

2 0

-2

Regression Standardized Predicted Value

2

0

-2

Regr

ession Studen

tize

d

Residu

a

l

Scatterplot


(2)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .313 1.198 .261 .795

Merek .131 .092 .149 1.428 .157 .465 2.150

Kualitas .279 .097 .287 2.877 .005 .508 1.969

Desain -.039 .137 -.033 -.287 .774 .391 2.558

Label .202 .118 .172 1.707 .091 .502 1.993

Kemasan .403 .121 .352 3.331 .001 .454 2.204

a Dependent Variable: Sikap

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index Variance Proportions

(Constant) Merek Kualitas Desain Label Kemasan

1 1 5.967 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .012 22.171 .14 .31 .16 .02 .01 .05

3 .007 29.433 .57 .05 .22 .05 .01 .20

4 .007 30.130 .11 .36 .54 .03 .10 .08

5 .004 36.751 .17 .27 .06 .01 .87 .07

6 .003 43.059 .01 .00 .02 .89 .01 .60


(3)

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP SIKAP KONSUMEN PADA GREEN PRODUCT COSMETICS (STUDI KASUS PADA

PURI AYU MARTHA TILAAR SUN PLAZA MEDAN) a. Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin : a) Laki-laki b) Perempuan

Umur :

Alamat :

Pendidikan :

Pekerjaan :

b. Kuesioner

 Setiap pertanyaan hanya mewakili 1 (satu) jawaban saja  Mohon memberi jawaban yang sebenar-benarnya

 Setelah melakukan pengisian, mohon Saudara/i menyerahkan kepada pemberi kuesioner.

Beri tanda silang (X) bagi jawaban anda:

1. Kuantitas kunjungan:

a. <1 sebulan c. 2-3 kali sebulan b. 1 kali sebulan d. >3 kali sebulan

2. Anda mengetahui produk kosmetik Martha Tilaar pertama sekali dari: a. Iklan TV, Majalah, Radio, dsb

b. Dari orang lain

c. Belum tahun sebelumnya


(4)

3. Pertimbangan anda membeli kosmetik: a. Alasan harga

b. Alasan bahan yang berkualitas c. Alasan merek

d. Lainnya………...(silahkan diisi)

4. Apakah anda mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah Green Product Cosmetics:

a. Ya b. Tidak

Jika IYA, anda membeli Green Product Cosmetics, karena anda percaya bahwa produk kosmetik tersebut:

a. Tidak mengandung bahan kimia berbahaya b. Kemasan dapat di daur ulang

c. Tidak mengujicobakan kepada binatang

d. Lainnya………...(silahkan diisi)

5. Apakah anda selalu membeli Green Product Cosmetics: a. Iya

b. Tidak

6. Membeli kosmetik Martha Tilaar, karena……….: a. Mengandung bahan alami

b. Produk kosmetiknya ramah lingkungan c. Aman untuk kulit


(5)

Berilah tanda check ( ) pada salah satu kolom jawaban sesuai dengan pendapat Saudara/i. Pernyataan di bawah ini menyediakan jawaban dengan kode:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

a. Merek Produk

No. Pernyataan SS S KS TS STS

01. Merek Martha Tilaar mudah dikenali 02. Merek Martha Tilaar mudah diucapkan 03. Logo dari merek Martha Tilaar mudah

untuk diingat

b. Kualitas Produk

No. Pernyataan SS S KS TS STS

04. Kualitas kosmetik Martha Tilaar sesuai dengan yang diharapkan

05. Kualitas bahan utama yang terdapat dalam kosmetik Martha Tilaar terasa khasiatnya

06. Kosmetik Martha Tilaar memiliki batas waktu (kadaluarsa)

c. Desain Produk

No. Pernyataan SS S KS TS STS

07. Desain bentuk kosmetik Martha Tilaar menarik

08. Kosmetik Martha Tilaar tersedia dengan berbagai ukuran

09. Kosmetik Martha Tilaar memiliki ciri khas tersendiri


(6)

d. Label Produk

No. Pernyataan SS S KS TS STS

10. Nama perusahaan Martha Tilaar dapat terlihat jelas dalam kemasan

11. Cara pemakaian produk mudah di mengerti

12. Informasi bahan utama kosmetik Martha Tilaar menunjukkan kualitas produk

e. Kemasan Produk

No. Pernyataan SS S KS TS STS

13. Warna dan gambar kemasan menarik 14. Kemasan kosmetik Martha Tilaar praktis 15. Kemasan kosmetik Martha Tilaar

melindungi isinya agar tetap bagus

f. Sikap Konsumen

No. Pernyataan SS S KS TS STS

16. Saya percaya kosmetik Martha Tilaar sebagai Green Product Cosmetics

(Produk kosmetik hijau-ramah lingkungan dan berbahan alami)

17. Saya menyukai produk kosmetik Martha Tilaar

18. Saya terdorong untuk membeli kosmetik Martha Tilaar kembali