9
2.2.2 Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan
Secara umum penyebab dari infeksi saluran pernapasan adalah berbagai mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Infeksi
saluran napas dapat terjadi sepanjang tahun, meskipun beberapa infeksi lebih mudah terjadi pada musim hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
infeksi saluran napas antara lain faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik, serta rendahnya gizi. Faktor
lingkungan meliputi belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban, pengelolaan sampah, limbah, pemukiman sehat hingga pencemaran air dan udara.
Perilaku masyarakat yang kurang baik tercermin dari belum terbiasanya cuci tangan, membuang sampah dan meludah disembarang tempat. Kesadaran untuk
mengisolasi diri dengan cara menutup mulut dan hidung pada saat bersin ataupun menggunakan masker pada saat mengalami flu supaya tidak menulari orang lain
masih rendah Depkes RI, 2005.
2.2.3 Jenis Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Infeksi saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Berdasarkan wilayah infeksinya infeksi saluran napas terbagi menjadi
infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi otitis media, rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis dan tonsilitis.
Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran napas atas yang banyak
terjadi serta perlu penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis dan faringitis Depkes RI, 2005
.
Universitas Sumatera Utara
10 1.
Otitis Media Otitis media merupakan inflamasi di bagian tengah telinga, dan terbagi
menjadi otitis media akut dan otitis media kronik. Otitis media akut ditandai dengan adanya peradangan lokal, otalgia, iritabilitas, kurang istirahat, nafsu
makan menurun serta demam. Otitis media akut dapat menyebabkan nyeri, hilangnya pndengaran dan leukositosis. Otitis media kronik dijumpai adanya
cairan Otorrhea yang purulent sehingga diperlukan drainase. Otitis media kronik terbentuk sebagai konsekuensi dari otitis media akut yang berulang, hal ini dapat
pula terjadi paska trauma atau penyakit lain Depkes RI, 2005. Otitis media banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak, dengan
puncak insiden pada usia anak 6 bulan-3 tahun, diduga penyebabnya adalah obstruksi tuba Eustachius dan menurunnya imunokompetensi pada anak.
Beberapa anak yang memiliki kecenderungan otitis akan mengalami 3-4 kali episode otitis pertahun atau otitis media yang terus menerus selama lebih 3 bulan
Otitis media kronik. Patogen yang paling umum menginfeksi pada anak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis
Depkes RI, 2005. Terapi otitis media akut meliputi pemberian antibiotik oral dan tetes bila
disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah 5 hari dengan pasien resiko rendah yaitu usia lebih 2 tahun serta tidak memiliki riwayat otitis ulangan ataupun otitis
kronik dan 10 hari bagi pasien resiko tinggi. Rejimen antibiotik yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan yaitu lini pertama empiris dan lini kedua.
Amoksisilin merupakan antibiotik lini pertama pada terapi otitis media. Antibiotik pada lini kedua diindiksikan apabila antibiotik lini pertama empiris gagal, respon
Universitas Sumatera Utara
11 yang kurang terhadap antibiotik lini pertama, serta adanya penyakit penyerta yang
mengharuskan pemilihan antibiotik. Antibiotik yang digunakan pada lini kedua yaitu asam-klavulanat, kotrimoksazol, cefuroksim, ceftriakson, cefprozil dan
cefiksim Depkes RI, 2005. 2.
Sinusitis Sinusitis yaitu peradangan pada mokosa sinus paranasal. Peradangan ini
banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang didahului oleh infeksi saluran napas atas. Sinusitis dibedakan menjadi sinusitis akut, sinusitis sub akut, sinusitis
kronik. Sinusitis akut merupakan infeksi pada sinus paranasal selma 30 hari baik dengan gejala menetap maupun berat. Gejala yang menetap yaitu gejala seperti
adanya keluaran dari hidung, batuk disiang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14 hari, sedangkan gejala berat disamping
adanya sekret yang purulen juga disertai demam bisa sampai 39 C. bila gejala
sinusitis berlanjut hingga lebih dari 6 minggu maka akan mengakibatkan sinusitis kronik Depkes RI, 2005.
Tanda lokal sinusitis yaitu hidung tersumbat, sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau jernih, dapat pula disertai bau, nyeri pada wajah
di area pipi, diantara kedua mata dan di dahi. Gejala umum batuk, demam tinggi, sakit kepalamigrain, serta menurunnya nafsu makan, malaise Depkes RI, 2005.
Sinusitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis. Patogen yang
menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut dengan ditambah adanya keterlibatan bakteri anaerob dan Staphilococcus aureus Depkes
RI, 2005
Universitas Sumatera Utara
12 Rejimen antibiotik yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan yaitu lini
pertama dan lini kedua. Antibiotik lini pertama pada sinusitis akut yaitu amoksisilinamoksisilin-klavulanat, kotrimoksazol, eritromisin dan doksisiklin.
Antibiotik yang digunakan pada lini kedua yaitu amoksisilin-klavulanat, cefuroksim, klaritromisin, azitromisin dan levofloksasin. Terapi pokok meliputi
pemberian antibiotik dengan lama terapi 10-14 hari. Untuk gejala yang menetap setelah 10-14 hari maka antibiotik dapat diperpanjang hingga 10-14 hari lagi
Depkes RI, 2005. 3.
Faringitis Faringitis merupakan peradangan pada mukosa fring dan sering meluas ke
jaringan sekitarnya. Gejala faringitis yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri nelan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faringitis
umumnya disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang merupakan Streptocci Group A hemolitik. Bakteri ini sebanyak 15-30 dijumpai pada kasus
faringitis anak dan 5-10 pada faringitis dewasa. Faringitis banyak diderita pada usia anak 5-15 tahun di daerah iklim panas Depkes RI, 2005.
Antibiotik penisilin dan derivatnya antibiotik lini pertama, sefalosporin maupun makrolida antibiotik lini kedua terbukti efektif pada terapi faringitis
oleh Streptococcus group A. Penisilin tetap menjadi pilihan karena efektifitasnya dan keamanannya sudah terbukti, berspektrum sempit serta harga yang terjangkau.
Terapi antibiotik oral selama rata-rata 10 hari untuk memastikan eradikasi Streptococcus. Terapi antibiotik pada infeksi yang menetap atau gagal yaitu
eritromisin, sefaleksin, klindamisin, ataupun amoksisilin-klavulanat Depkes RI, 2005.
Universitas Sumatera Utara
13 4.
Rhinitis Rhinitis merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari nasal dan
nasopharing. Rhinitis kebanyakan disebabkan oleh virus dan alergi, serta dapat berupa penyakit akut dan kronis. Patofisiologi rhinitis yaitu terjadinya inflamasi
mukosa hidung sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan sekret hidung. Rhinitis persisten menetap mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan
pengikat dan atropi kelenjar yang mengeluarkan lendir dan ingus. Secara klinis rhinitis meliputi bersin, batuk, hidung berair, demam ringan, sakit tenggorokan
dan tidak enak badan Lumbanraja, 2008. 5.
Laringitis Laringitis merupakan suatu inflamasi pada laring yang disertai edema,
yang menyebabkan berbagaimacam gangguan pada jalan napas. Laringitis disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenza tipe B. Secara klinis, infeksi ini
menyebabkan penurunan tekanan pernapasan secara mendadak pada anak-anak yang sebelum tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Tekanan pernapasan ini
dapat berkembang secara cepat dan bisa menyebabkan kematian mendadak akibat gagal napas. Menurut penelitian, infeksi ini lebih dominan pada pria 65
dibandingkan wanita 35. Hal ini adanya perbedaan struktural yang sangat kecil pada laring pria saat masih kecil Syamsudin, 2013.
Universitas Sumatera Utara
14
2.3 Antibiotik 2.3.1 Definisi Antibiotik