16
2.4 Penggunaan Antibiotik Pada Infeksi Saluran Pernapasan
Antibiotik yang banyak digunakan dalam terapi infeksi saluran pernapasan adalah sebagai berikut:
1. Penisilin
Penisilin merupakan derivat β-laktam tertua yang memiliki aksi bakterisida dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Akibat resistensi penicillinase mendorong ditemukannya derivat penisilin seperti methicillin, fenoksimetil penicillin yang dapat diberikan oral, karboksipenicilin
yang memiliki aksi terhadap Pseudomonas sp. Di Indonesia hanya fenoksimetilpenicilin yang lebih dikenal dengan nama Penisilin V Depkes RI,
2005. Spektrum
aktivitas dari
fenoksimetilpenicilin meliputi
terhadap Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae dan aksi kurang kuat pada
Enterococcus faecalis. Aktivitas terhadap bakteri Gram negatif sama sekali tidak dimiliki Depkes RI, 2005.
Penemuan lain penisilin adalah lahirnya derivat penisilin yang berspektrum luas seperti golongan aminopenicilin amoksisilin yang mencakup
E. Coli, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, Neisseria gonorrhoeae. Penambahan gugus β-laktamase inhibitor
seperti klavulanat memperluas cakupan hingga Streptococcus aureus, Bacteoides catarrhalis. Sehingga saat ini amoksisilin-klavulanat merupakan altenatif bagi
pasien yang tidak dapat mentoleransi alternatif lain setelah resistensi dengan amoksisilin Depkes RI, 2005.
Universitas Sumatera Utara
17 2.
Sulfonamida Sulfonamida merupakan salah satu antibiotik tertua yang masih
digunakan. Preparat sulfonamida yang paling banyak digunakan yaitu sulfametoksazol yang dikombinasi dengan trimetoprim yang lebih dikenal dengan
kotrimoksazol. Mekanisme kerja sulfametoksazol dengan menghambat sintesis asam folat, sedangkan trimethoprim menghambat enzim pada alur sintesis asam
folat. Kombinasi yang bersifat sinergis ini menyebabkan pemakaian yang luas pada terapi infeksi community-acquired seperti otitis media, sinusitis, infeksi
saluran kencing Depkes RI, 2005. Aktifitas mikroba yang dimiliki kotrimoksazol meliputi kuman gram-
negatif seperti E. Coli, Klebsiella, Enterobacter sp, M morganii, P.mirabilis, P.vulgaris, H.Influenza, salmonella serta gram-positif seperti S.pneumoniae,
pneumocystis carinal, serta parasit seperti Nocardia sp Depkes RI, 2005 3.
Makrolida Aktifitas golongan makrolida secara umum meliputi gram positif coccus
seperti Staphylococcus aureus, coagulase-negatif staphylococci, staphylococci β- hemolitik dan Streptococcus spp, lain enterococci, H.Influenza, Neisseria spp,
Bordetella spp, Corynebacterium spp, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia dan Legionella pneumophila Depkes RI, 2005.
Mekanisme kerja eritromisin dapat bersifat menghambat bakterisida untuk organisme-organisme yang rentan, khususnya pada konsentrasi yang lebih
tinggi Katzung, 2004. Eritromisin tidak aktif terhadap kebanyakan gram negatif, namun ada beberapa spesies yang sangat peka terhadap eritromisin yaitu N.
Universitas Sumatera Utara
18 gonorrhoeae, Campylobacter jejuni, M. pneumoniae, Legionella pneumophila dan
C. trachomatis Setiabudy, 2007. 4.
Sefalosporin Mekanisme kerja golongan sefalosporin yaitu dengan menghambat sintesis
dinding sel mikroba. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif, tetapi spektrumnya masing-masing derivat bervariasi Setiabudy,
2007. Sefalosporin generasi pertama aktif terhadap gram negatif. Golongan ini
efektif terhadap Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pneumoniae, E. Coli, Klebsiella spp. Yang termasuk
golongan sefalosporin generasi pertama yaitu sefadroksil, sefaleksin dan sefradin Setiabudy, 2007.
Spektrum aktifitas sefalosporin generasi kedua sama dengan generasi pertama. Yang termasuk golongan sefalosporin generasi kedua yaitu sefaklor,
sefprozil, sefuroksim. Sefuroksim memiliki aktifitas tambahan terhadap Neisseria gonorrhoeae Depkes RI, 2005.
Spektrum aktifitas sefalosporin generasi ketiga kurang aktif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap coccus gram positif, tetapi jauh lebih aktif
terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase. Yang termasuk golongan sefalosporin generasi ketiga yaitu sefiksim, sefotaksim,
septriakson, seftazidim, sefoperazon dan seftizoksim Setiabudy, 2007.
Universitas Sumatera Utara
19 5.
Tetrasiklin Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas, dengan mekanisme
keja menghambat terikatnya asam amino ke ribosom bakteri sub unit 30S, sehingga menimbulkan sifat bakteriostatik yang luas terhadap gram positif, gram
negatif, chlamydia, mycoplasma bahkan rickettsia Depkes RI, 2005. Generasi pertama meliputi tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin.
Generasi kedua merupakan penyempurnaan dari generasi pertama. Generasi kedua memiliki karekteristik farmakokinetik yang lebih baik yaitu antara lain memiliki
volume distribusi yang lebih luas karena profil lipofiliknya, bioavailabilitas yang lebih besar dengan waktu paruh eliminasi lebih panjang 15 jam. Yang
termasuk generasi kedua yaitu doksisiklin dan minosiklin yang tetap aktif terhadap stafilokokus yang resisten terhadap tetrasiklin, bahkan terhadap bakteri
anaerob seperti Acinetobacter spp, Enterococcus yang resisten terhadap vankomisin sekalipun tetap efektif Depkes RI, 2005.
6. Kuinolon
Secara umum mekanisme kerja golongan kuinolon yaitu dengan menghambat DNA-gyrase. Aktifitas kuinolon meliputi Enterobacteriaceae, P.
aeruginose, Staphylococci, enterococci, streptococci. Aktifitas terhadap bakteri anaerob pada generasi kedua dan ketiga tidak dimiliki. Aktifitas terhadap anaerob
seperti B. fragilis, anaerob lain dan gram positif baru muncul pada generasi keempat yaitu trovafloksasin Depkes RI, 2005.
Universitas Sumatera Utara
20
2.5 Prinsip Penggunaan Antibiotik Untuk Terapi Empiris Dan Definitif a.