terjadinya rasa sakit atau terbakar yang disebabkan adanya perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga mulut.
19
Adanya kerusakan saraf akibat komplikasi mikrovaskular pada diabetes melitus akan mendukung terjadinya rasa sakitterbakar yang disebabkan adanya
perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga mulut. Penelitian yang dilakukan oleh Hamadneh dan Dweiri 2012 melaporkan bahwa dari 62 pasien yang tidak
terkontrol sebanyak 48 pasien mengalami sindroma rasa mulut terbakar.
12
2.5.4 Kandidiasis
Kandidiasis pada rongga mulut merupakan sebuah infeksi oportunistik yang disebabkan oleh spesies Candida albicans. banyak faktor penyebab yang menjadi
pemicu terjadinya infeksi ini antara lain kebiasaan merokok, xerostomia dan penyakit metabolik dan endokrin. Kandidiasis yang sering dialami oleh pasien diabetes melitus
risiko sedang adalah kandidiasis pseudomembran akut Thrush.
19
Insiden dari infeksi fungal pada pasien diabetes melitus telah diakui selama beberapa tahun. Infeksi Candida albicans dilaporkan menjadi prevalensi pada pasien
dengan diabetes melitus terutama pada mereka yang merokok, menggunakan gigitiruan dan memiliki kontrol gula darah yang buruk dan menggunakan steroid
serta antibiotik yang broadspektrum. Pada kondisi ini pengurangan fungsi saliva pada pasien diabetes juga menyebabkan tingginya kontribusi dari fungi. Menurut Maskari
dkk 2011, menyatakan bahwa kedua faktor predisposisi lokal dan sistemik dapat menyebabkan peningkatan infeksi candida pada pasien diabetes melitus.
19
Dalam rongga mulut yang sehat, saliva mengandung enzim-enzim antimikroba, yaitu lactoferin, perioxidase, lysozyme dan IgA. Saliva memiliki efek
self-cleansing yang melarutkan antigen patogenik dan membersihkan mukosa mulut. Kandungan antibodi saliva IgA dan antimikroba dalam saliva berperan penting
dalam mencegah perlekatan dan pertumbuhan dari kolonisasi infeksi kandida. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi gangguan pada saliva yang menyebabkan
penurunanberkurangnya fungsi saliva sehingga memudahkan terjadi infeksi kandida.
Kandidiasis merupakan salah satu infeksi yang paling sering ditemukan pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kontrol glikemik yang buruk.
28
1.5.5 Oral Lichen Planus
Oral lichen planus merupakan penyakit mukokutaneus kronis yang bersifat autoimun yang biasanya melibatkan mukosa rongga mulut, yaitu berupa iflamasi
kronis yang mengenai epitel berlapis skuamosa. Penyakit ini umumnya terjadi pada individu antara 30-60 tahun dan lebih sering mengenai wanita dibandingkan pria.
29
Gambar 2. Oral Lichen Planus
29
Penyebab penyakit ini akibat rusaknya sel basal dengan latar belakang kondisi imunologis yang penyebabnya tidak diketahui. Diduga merupakan keadaan yang
abnormal dari respon imun sel T. Stres, genetik, makanan, obat-obatan, penyakit sistemik dan oral higiene yang buruk diduga menjadi faktor pemicu terjadinya oral
lichen planus.
30
Pada penderita diabetes melitus tipe 2, sel-sel tubuh tidak memberikan respon atau kurangnya sensitivitas terhadap insulin yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan glukosa dalam darah dan pemasukan glukosa kedalam sel akan terhambat. Akibatnya sel-sel kekurangan asupan glukosa yang akan menjadi sumber
energi pada tubuh manusia dan akan mempengaruhi sistem imun tubuh yang akan
merusak sel basal yang diduga sebagai benda asing sehingga menyebabkan perubahan pada permukaan sel.
7,30
Tipe retikular merupakan bentuk umum dari oral lichen planus. Biasanya muncul dengan gambaran striae-striae keratotik putih Wickhams’s striae dengan
batas eritema. Biasanya ditemui pada lidah dan mukosa bukal. Tipe retikular biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit. Bentuk erosif merupakan bentuk umum yang kedua
dari lichen planus, berupa gambaran dari area eritema dan ulserasi. Apabila terdapat pada gingival maka disebut deskuamatif gingivitis. Tipe ini biasanya menimbulkan
rasa sakit dan ketidaknyamanan pada pasien. Bentuk atropik dari lichen planus biasanya difus, eritematus yang dikelilingi striae putih. Sedangkan bentuk bula dari
lichen planus biasanya muncul pada mukosa bukal dan daerah lateral lidah. Bentuk bula ini biasanya langsung pecah dan meninggalkan gambaran erosif.
29
Sebenarnya tidak perlu perawatan pada lichen planus terutama tipe retikular. Perawatan hanya diberikan untuk mengurangi keparahan dari gejala simtomatis,
terutama pada lesi atropik dan ulseratif. Menurut beberapa literatur dikatakan bahwa perawatan lichen planus dapat berupa kortikosteroid.
29
2.6 Kerangka Teori