b. mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai
kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam sektor publik. c.
mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani.
39
Keterbukaan pemerintah atas berbagai aspek pelayanan publik, pada akhirnya akan membuat pemerintah menjadi bertanggung gugat kepada semua stakeholders
yang berkepentingan dengan proses maupun kegiatan dalam sektor publik.
III. 1.1.2. Akuntabilitas
Akuntabilitas menjadi kunci dari semua prinsip ini. Prinsip ini menuntut dua hal yaitu 1 kemampuan menjawab answerability, dan 2 konsekuensi
consequences. Komponen pertama istilah yang bermula dari responsibilitas adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya telah dipergunakan, dan apa yang telah
dicapai dengan menggunakan sumber daya tersebut. Prof.
Miriam Budiardjo
mendefinisikan akuntabilitas
sebagai “pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka
39
Hefifah S Sumarto, 2003, Inovasi, Partsipasi, dan Good Governance, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia hal 35
Universitas Sumatera Utara
yang memberi mandat itu.” Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga
pemerintah sehingga mengurangi penumpukkan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi checks and balances sistem.
40
Lembaga pemerintahan yang dimaksud adalah eksekutif presiden, wakil presiden, dan kabinetnya, yudikatif
MA dan sistem peradilan serta legislatif MPR dan DPR. Peranan pers yang semakin penting dalam fungsi pengawasan ini menempatkannya sebagai pilar
keempat.
Guy Peter menyebutkan adanya 3 tipe akuntabilitas yaitu :
1 Akuntabilitas keuangan
2 Akuntabilitas administrative
3 Akuntabilitas kebijakan publik
41
Paparan ini tidak bermaksud untuk membahas tentang akuntabilitas keuangan, sehingga berbagai ukuran dan indikator yang digunakan berhubungan dengan
akuntabilitas dalam bidang pelayanan publik maupun administrasi publik.
40
Miriam Budiarjo, 1998. Menggapai Kedaulatan Rakyat, Jakarta: Mizan, hal 78
41
www.journalhome.com diakses pada 19 Mei 2014 pukul 23.42 wib
Universitas Sumatera Utara
Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh
pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. Pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi publik melibatkan
banyak pihak. Oleh sebab itu wajar apabila rumusan kebijakan merupakan hasil kesepakatan antara warga pemilih constituency para pemimpin politik, teknokrat,
birokrat atau administrator, serta para pelaksana di lapangan. Sedangkan dalam bidang politik, yang juga berhubungan dengan masyarakat
secara umum, akuntabilitas didefinisikan sebagai mekanisme penggantian pejabat atau penguasa, tidak ada usaha untuk membangun monoloyalitas secara sistematis,
serta ada definisi dan penanganan yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan dibawah rule of law. Sedangkan publik accountability didefinisikan sebagai adanya
pembatasan tugas yang jelas dan efisien. Secara garis besar disimpulkan bahwa akuntabilitas berhubungan dengan
kewajiban dari institusi pemerintahan maupun para aparat yang bekerja di dalamnya untuk membuat kebijakan maupun melakukan aksi yang sesuai dengan nilai yang
berlaku maupun kebutuhan masyarakat. `Akuntabilitas publik menuntut adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien dari para aparat birokrasi.
Universitas Sumatera Utara
Karena pemerintah bertanggung gugat baik dari segi penggunaan keuangan maupun sumber daya publik dan juga akan hasil, akuntabilitas internal harus
dilengkapi dengan akuntabilitas eksternal , melalui umpan balik dari para pemakai jasa pelayanan maupun dari masyarakat.
Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilainilai atau
norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan sebuah program,
akuntabilitas dari setiap tahapan adalah :
1. Pada tahap proses pembuatan sebuah keputusan, beberapa indikator untuk
menjamin akuntabilitas publik adalah :
a Pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia
bagi setiap warga yang membutuhkan b
Pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
benar maupun nilai-nilai yang berlaku di stakeholders c
Adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
d Adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi,
dengan konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar tersebut tidak terpenuhi
e Konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah
ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut.
2. Pada tahap sosialisasi kebijakan, beberapa indikator untuk menjamin
akuntabilitas publik adalah :
a penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media
massa, media nirmassa, maupun media komunikasi personal b
Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan caracara mencapai sasaran suatu program
c Akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan
dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat d
Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang telah dicapai oleh pemerintah.
e
III.1.1.3. Partisipasi Masyarakat
Dalam proses pembangunan di segala sektor, aparat negara acapkali mengambil kebijakan-kebijakan yang terwujud dalam pelbagai keputusan yang
Universitas Sumatera Utara
mengikat masyarakat umum dengan tujuan demi tercapainya tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Keputusan-keputusan semacam itu tidak jarang dapat membuka
kemungkinan dilanggarnya hak-hak asasi warga negara akibat adanya pendirian sementara pejabat yang tidak rasional atau adanya program-program yang tidak
mempertimbangkan pendapat rakyat kecil. Bukan rahasia lagi bahwa di negara kita ini pertimbangan-pertimbangan
ekonomis, stabilitas, dan security sering mengalahkan pertimbangan-pertimbangan mengenai aspirasi masyarakat dan hak asasi mereka sebagai warga negara.
Pembangunan politis dalam banyak hal telah disubordinasi oleh pembangunan ekonomis maupun kebijakan-kebijakan pragmatis pejabat tertentu.
Partisipasi dibutuhkan dalam memperkuat demokrasi, meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan publik, dalam mewujudkan kerangka yang cocok bagi
partisipasi, perlu dipertimbangkan beberapa aspek, yaitu:
a Partisipasi melalui institusi konstitusional referendum, voting dan
jaringan civil society inisiatif asosiasi b
Partisipasi individu dalam proses pengambilan keputusan, civil society sebagai service provider
c Kultur Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
d Faktor-faktor lainnya, seperti transparansi, substansi proses terbuka
dan konsentrasi pada kompetisi.
Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.
Keterlibatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung.
Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu tentang kebijakan publik, dan proses pembentukannya. Dengan ketersediaan
informasi seperti ini masyarakat dapat ikut sekaligus mengawasi sehingga kebijakan publik yang muncul bisa memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat serta
mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya akan menguntungkan salah satu kelompok masyarakat saja secara tidak proporsional.
Pendapat yang mengatakan bahwa partisipasi dapat dilihat melalui keterlibatan anggota-anggota masyarakat di dalam Pemilu saja, jelas merupakan
pendapat yang kurang lengkap. Masih banyak pola perilaku informal yang dapat dijadikan patokan dalam menilai tingkat partisipasi dalam suatu masyarakat.
Jika orang bersedia menilai proses politik secara netral maka bentuk-bentuk perilaku massa berupa protes, aksi pamflet, ataupun pemogokan, sebenarnya juga
termasuk partisipasi. Tindakan protes atau mogok, boleh jadi merupakan luapan dari
Universitas Sumatera Utara
tuntutan massa akibat saluran-saluran aspirasi yang sebelumnya ada telah berkembang. Protes yang disertai aksi-aksi kekerasan terkadang semata-mata
disebabkan oleh keputusasaan, kegusaran, dan terpendamnya konflik internal. Suatu kebijakan mungkin pada dasarnya bertujuan mulia karena jelas-jelas
akan bermanfaat untuk kepentingan umum. Namun seiring dilaksanakannya kebijakan tersebut dalam sistem birokrasi yang berjenjang seringkali terjadi
pergeseran dan penyimpangan arah kebijakan tadi. Bagaimanapun jika para birokrat tidak ingin kehilangan wibawanya dalam
melaksanakan kebijakan-kebijakan publik, para birokrat harus senantiasa memperhatikan aspirasi-aspirasi masyarakat dan mendukung partisipasi seluruh unsur
kemasyarakatan secara wajar. Setidak-tidaknya ada dua alasan mengapa sistem partisipatoris dibutuhkan dalam negara demokratis. Pertama, ialah bahwa
sesungguhnya rakyat sendirilah yang paling paham mengenai kebutuhannya. Dan kedua, bermula dari kenyataan bahwa pemerintahan yang modern cenderung semakin
luas dan kompleks, birokrasi tumbuh membengkak di luar kendali. Oleh sebab itu, untuk menghindari alienasi warga negara, para warga negara itu harus dirangsang dan
dibantu dalam membina hubungan dengan aparat pemerintah. Dalam rangka penguatan partisipasi publik, beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh pemerintah adalah :
Universitas Sumatera Utara
a Mengeluarkan informasi yang dapat diakses oleh publik
b Menyelenggarakan proses konsultasi untuk menggali dan
mengumpulkan masukan-masukan dari stakeholders termasuk
aktivitas warga negara dalam kegiatan publik. c
Mendelegasikan otoritas tertentu kepada pengguna jasa layanan publik seperti proses perencanaan dan penyediaan panduan bagi kegiatan
masyarakat dan layanan publik.
Partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan itu sendiri, sehingga nantinya seluruh lapisan masyarakat akan
memperoleh hak dan kekuatan yang sama untuk menuntut atau mendapatkan bagian yang adil dari manfaat pembangunan.
III.2. Good Governance Dan Otonomi Daerah
Kebijakan desentralisasi dan terjadinya reformasi pemerintahan yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma penyelenggaraan
pemerintahan dari paradigma sentralistis kearah desentralisasi riel yang ditandai dengan pemberian otonomi yang luas dan nyata pada Daerah. Pemberian otonomi ini
dimaksudkan khususnya untuk lebih memandirikan Daerah serta pemberdayaan masyarakat empowering.
Universitas Sumatera Utara
Seiring dengan diberlakukannya dan dilaksanakannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, jika dilakukan pengkajian
mendalam atas perlunya perubahan mendasar sistem Pemerintahan Daerah itu, maka pilihan terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah yang seluas-luasnya sudah barang
tentu diperkirakan dapat menjawab semangat reformasi yang sekarang memang sedang bergulir, lebih dapat menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat, lebih
demokratis dan memenuhi kehendak dan aspirasi masyarakat yang menginginkan pelayanan prima dari aparatur birokrasi, transparan dan akuntabilitas.
Kondisi nyata saat ini kita masih dalam tahap konsolidasi yang konsentrasinya masih pada penataan urusankewenangan, kelembagaan, kepegawaian, aset,
keuangan, serta penyesuaian-penyesuaian dalam bentuk regulasi dan lain lain. Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan berwibawa good
government pada saat ini merupakan prioritas utama dalam penegakkan citra pemerintah dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah
yang sampai saat ini dianggap masih sangat rendah. Dalam rangka itu, sebagaimana dituangkan dalam TAP MPR Nomor XIMPR1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme KKN, maka tindak lanjutnya diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat dan jelas dan legitimate, sehingga
Universitas Sumatera Utara
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, serta bebas dari KKN
Good Governance kepemerintahan yan baik merupakan isu sentral yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan
gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat
pengetahuan dan pendidikan masyarakat, selain adanya pengaruh globalisasi . Pola lama penyelenggaraan pemerintahan, kini sudah tidak sesuai lagi dengan tatanan
masyarakat yang sudah berubah. Oleh kareana itu, tuntutan ini merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan
yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik.
42
Desentralisasi atau pendesentralisasian governance merujuk pada suatu upaya restrukturisasi atau reorganisasi dari kewenangan yang yang menciptakan tanggung
jawab bersama diantara lembaga-lembaga di dalam governance baik di tingkat pusat, regional maupun lokal sesuai dengan prinsip saling menunjang yang diharapkan pada
akhirnya adalah suatu kualitas dan efektifitas keseluruhan dari sistem governance tersebut termasuk peningkatan kewenangan dan kemampuan dari governance di
tingkat lokal.
42
Dr. Sedarmayanti, Dra., M.Pd, 2003. Good Governance Kepemerintahan Yang Baik Dalam Rangka Otonomi Daerah,Bandung: Mandar Maju, hal 2.
Universitas Sumatera Utara
Desentralisasi bukan sekedar memindahkan sistem politik dan ekonomi yang lama dari pusat ke daerah, tetapi pemindahan tersebut harus pula disertai oleh
perubahan kultural menuju arah yang lebih demokratis dan beradab. Melalui desentralisasi
diharapkan akan
meningkatkan peluang
masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan yang terkait dengan masalah sosial, politik, ekonomi. Hal ini sangatlah dimungkinkan karena karena lokus
pengambilan keputusan menjadi lebih dekat dengan masyarakat. Melalui proses ini maka desentralisasi diharapkan akan mampu meningkatkan
penegakan hukum, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah dan sekaligus meningkatkan daya tanggap, transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah.
Beberapa pengalaman empirik memang telah membuktikan bahwa desentralisasi tidak selalu berbanding lurus dengan terwujudnya good governance. Keberhasilan
beberapa pemerintah daerah dalam membangun kinerja pelayanan publiknya hingga saat ini masih bisa dihitung dengan jari. Namun demikian pilihan untuk kembali ke
arah sentralisasi tentunya bukanlah pilihan yang bijaksana dan hanya akan bersifat kontraproduktif belaka.
Pilihan pada desentralisasi sesungguhnya haruslah disikapi dengan penuh optimisme dan menjadikannya sebagai sebuah tantangan. Caranya adalah melalui
kampanye yang terus menerus akan pentingnya implementasi good governance pada level pemerintahan daerah. Tentu saja perwujudan desentralisasi yang nyata dan
Universitas Sumatera Utara
bertanggung jawab serta keberhasilan good governance di daerah bukanlah suatu hal yang instan semudah membalikan telapak tangan. Diperlukan komitmen yang kuat,
proses pembelajaran yang terus menerus serta kesabaran kolektif dari segenap pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah.
Guna menciptakan pemerintahan yang kuat dan pemerintahan yang bersih good and clean governance, maka dibutuhkan keikhlasan segenap penyelenggara
pemerintahan untuk beberapa hal, yakni : 1.
Memiliki kepekaan yang tinggi terhadap fenomena-fenomena sosial budaya dan politik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
2. Mengenal seluk beluk akar permasalahan kesenjangan sosial ekonomi yang
terjadi dalam masyarakat serta mengambil langkah-langkah penanganan yang bersifat persuasive
3. Meningkatkan pelayanan masyarakat yang lebih baik pelayanan prima
43
Selanjutnya perlu mengaktualisasikan nilai-nilai kesatuan dan persatuan dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
tercermin dalam program-program kegiatan yang berwawasan kebangsaan serta program kerja yang visioner dan mengedepankan skala prioritas terhadap hal-hal
43
Esa Wahyu Endarti, Aplikasi Prinsip Good Governance Dalam Sektor Publik, Jurnal Administrasi Publik, Surabaya,April 2005 Hal 7
Universitas Sumatera Utara
yang perlu segera ditangani. Bersifat responsif dan akomodatif baik dalam setiap merencanakan program kegiatan maupun disetiap melakukan kegiatan yang
mengandung kepekaan dan keperdulian terhadap rakyat kecil dan penyandang masalah sosial ditengah situasi perekonomian yang belum kondusif, Dengan
mendorong terwujudnya pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat guna mewujudkan ketahanan masyarakat dan
ketahanan nasional. Konsep good governance sendiri dalam beberapa tahun belakangan ini banyak
dibicarakan dalam berbagai konteks dan menjadi isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan pemerintahan dan pelayanan kepada publik. Tuntutan ini sebagai akibat
dari pola-pola lama penyelenggaraan pemerintahan dirasakan tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang telah berubah atau dengan kata lain semakin tidak efektifnya
pemerintahan disamping semakin berkembangnya kualitas demokrasi, hak asasi manusia dan partisipasi publik dalam pengambilan kebijakan. Jadi ada tekanan untuk
mendefinisikan ulang terhadap peran-peran pemerintahan dalam hubungannya dengan masyarakat dan sektor swasta.
Sebagai suatu alternatif pengelolaan pemerintahan, konsep good governance berakar pada suatu gagasan adanya saling ketergantungan interdependence dan
interaksi dari bermacam-macam aktor kelembagaan di semua leveltingkat dalam
Universitas Sumatera Utara
negara, yakni pemerintah, swasta dan civil society dalam menjalankan fungsinya masing-masing.
III.2.1. Transaparansi Dalam Pemerintahan Daerah
Transparansi merupakan salah satu pilar dalam good governance. Adanya transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembuatan kebijakan dapat
menjadi entery point bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi sehingga dapat melakukan check and balance terhadap jalannya pemerintahan.
44
Transparansi penyelenggaraan pemerintah daerah dalam hubungannya dengan pemerintah daerah perlu kiranya perhatian terhadap beberapa hal berikut:
1. Publikasi dan sosialisasi kebijakan-kebijakan pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah. 2.
Publikasi dan sosialisasi regulasi yang dikeluarkan pemerintah daerah tentang berbagai perizinan dan prosedurnya.
3. Publikasi dan sosialisasi tentang prosedur dan tata kerja pemerintah daerah
4. Transparansi dalam penawaran dan penetapan tender atau kontrak proyek-
proyek pemerintah daerah kepada pihak ketiga.
44
Dikutip dari : Dr. Dyah Mutiarin, S.IP, M.Si dari www.umy.ac.id, diakses pada 21 mei 2014
Universitas Sumatera Utara
5. Kesempatan masyarakat untuk mengakses informasi yang jujur dan benar
terkait penyelengaraan pemerintah daerah.
45
Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap setiap informasi terkait, seperti berbagai peraturan dan perundang-undangan,
serta kebijakan pemerintah dengan biaya minimal. Penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini aksesnya hanya dimiliki pemerintah dapat memberikan kesempatan
kepada berbagai komponen masyarakat untuk turut mengambil keputusan. Oleh karena itu, perlu dicatat bahwa informasi ini bukan sekedar tersedia, tapi juga relevan
dan bias dipahami publik.
46
Pemerintah daerah seharusnya perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi yang
dapat diakses masyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, lama waktu mendapatkan informasi serta prosedur
pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada masyarakat. Instrumen dasar dari transparansi adalah peraturan yang menjamin hak untuk
mendapatkan informasi, sedangkan instrumen pendukung adalah fasilitas database dan sarana informasi dan komunikasi dan petunjuk penyebarluasan produk-produk
dan informasi yang ada di penyelenggara pemerintah, maupun prosedur pengaduan.
45
Hasil wawancara dengan Kabag Humas Pemkab Simalungun, Desyartawaty Purba, SSTP. Pada Senin 11 Maret 2014, di Kantor Bagian Humas Kabupaten Simalungun.
46
Sadu, Wasistiono, 2003. Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Bandung: Fokus Media, hal 35
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu adanya Perda Transparansi adalah sebagai produk hukum yang memberikan jaminan untuk mengatur tentang hak memperoleh akses dan penyebar
luasan informasi kepada publik.
III.2.2. Akuntabilitas Dalam Pemerintahan Daerah
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorangbadan
hukumpimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban berdasarkan
kepada pengertian tersebut diatas, maka semua Instansi Pemerintah, Badan dan Lembaga Negara di Pusat dan Daerah sesuai dengan tugas pokok masing-masing
harus memahami akuntabilitas karena merupakan perwujudan kewajiban suatu Instansi, Badan dan Lembaga Pemerintah untuk mempertanggungjawaban
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi bersangkutan. Disamping itu akuntabilitas dapat diinterpretasikan mencakup keseluruhan
aspek tingkah laku seseorang yang mencakup baik perlilaku bersifat pribadi dan disebut dengan akuntabilitas spiritual maupun perilaku yang bersifat eksternal
terhadap lingkungan dan orang sekeliling. Pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Daerah harus
memperhatikan antara lain prinsip-prinsip sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi pemerintah
daerah yang bersangkutan. 2.
Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber- sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan yang berlaku. 3.
Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh 5.
Harus jujur, obyektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan
teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas. Disamping itu, akuntabilitas pemerintah daerah harus pula menyajikan
penjelasan tentang deviasi antara realisasi kegiatan dengan rencana serta keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan akuntabilitas pemerintah daerah diperlukan pola pengkuran kinerja yang dimulai dari perencanaan strategis dan berakhir pada
pengkuran kinerja atas kegiatan, program dan kebijaksanaan yang dilakukan dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah dietapkan. Dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan akuntabilitas ini, diperlukan pula perhatian dan komitmen yang kuat dari organisasi yang bertanggungjawab di bidang pengawasan dan penilaian
akuntabilitas atas laporan akuntabilitas instansi pemerintah daerah. Dalam penerapan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah,
perencanaan strategis merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja instansi pemerintah. Perencanaan strategik instansi pemerintah memerlukan integrasi
antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lain agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis, nasional dan global. Analisis terhadap
lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal merupakan langkah yang sangat penting dalam memperhitungkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan
yang ada.
III.2.3. Partispasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Konsep partisipasi masyarakat akan mengarah pada posisi masyarakat dalam pemerintahan daerah. Dengan demikian, masyarakat dapat diterjemahkan pada
sekelompok orang yang memiliki kepentingan bersama. Dalam kaitannya dengan pemerintah daerah, masyarakat tercermin dalam masyarakat kabupaten, kota,
kecamatan maupun desa. Menurut Leach dan Percy Smith. Untuk mendefenisikan masyarakat melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan pertama merumuskan
masyarakat dari pola kehidupan dan pekerjaan orang-orang effective community,
Universitas Sumatera Utara
dengan pembedaan antara masyarakat perkotaan atau pedesaan atau saling ketergantungan ekonomis antara kota dan desa, dan mereka tinggal di batas-batas
territorial pemerintah daerah tertentu. Sedangkan pendekatan kedua memusatkan perhatian pada cara orang mengidentifikasikan dan cara mereka merasakan loyalitas
affective community, yang tidak menghubungkan masyarakat dalam satu wilayah, tetapi dalam kontek mobilitas social dan geografis dari banyak orang yang memiliki
beragam identitas dan loyalitas.
47
Partisipasi masyarakat dalam pemerintahan daerah merujuk pada masyarakat yang berdiam dan bertempat tinggal dalam suatu batas wilayah pemerintahan daerah
dalam arti melakukan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan serta menerima pelayanan publik dan mereka merasa menjadi bagian dari pemerintah daerah.
48
Pemerintah daerah local government dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah telah diatur dalam perundang-undangan tentang pemerintahan daerah
mendapat dukungan melalui prinsip partisipasi masyarakat yang merupakan sesuatu hal yang esensial, syarat dan indicator dari demokrasi yang terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah pada pasal 1 yang intinya menyebutkan bahwa kewenangan untuk mengatur dan mengurus
pemerintah daerah berdasarkan aspirasi masyarakat.
47
Leach dan Percy dalam Kahairul Muluk, 2005. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah, Malang: Bayumedia Press, hal 44
48
Hetifah Sj Sumarto. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia hal 27
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan demokrasi dalam pemerintah daerah mempergunakan cara demokrasi perwakilan, dalam arti bahwa penyelenggaraan pemerintahan tidak
dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi dijalankan oleh wakil masyarakat yang dipilih setiap lima tahun sekali. Wakil masyarakat yang representative dalam hal ini Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD bertugas untuk mengatur daerah policy making. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai delegasi masyarakat memiliki tugas
bersama-sama dengan kepala daerah untuk mengurus pemerintahan daerah. Dalam demokrasi modern, parisipasi mengikutsertakan berbagai pihak dalam
proses pengembangan masyarakt. Partisipasi yang baik adanya hubungan sejajar semua pihak dan bertanggung jawab dalam upaya menuju keberhasilan pelaksanaan
program pembangunan. Penyelenggaraan pemerintah daerah dalam hubungan dengan partisipasi masyarakat dapat dipertanggungjawabkan dalam melaksanakan urusan
pemerintah. Pertanggungjawaban pelaksanaan pemerintahan daerah diselenggarakan
dalam pembuatan keputusan kebijakan daerah maupun dalam perencanaan penyusunan program-program pembangunan. Dalam pemerintahan daerah,
pelaksanaan partisipasi masyarakat mampu menyelenggarakan pemerintah daerah yang demokratis, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan pelayanan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
III.3. Implementasi Good Governance Di Kabupaten Simalungun
Era otonomi daerah mengakibatkan bergesernya pusat-pusat kekuasaan dan meningkatkan operasionaliasi dan berbagai kegiatan yang semula banyak dilakukan
di pemerintah pusat bergeser kepada pemerintah daerah. Konsekuensi logis pergeseran tersebut harus diiringi dengan meningkatnya good governance di derah.
49
Kabupaten Simalungun sebagai sebuah daerah otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya tentunya memiliki tujuan untuk
menjadi daerah maju dalam segala aspek pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah menerapakn prinsip community based development, yakni
pembangunan serta tujuan utama pembangunan itu tumbuh dari masyarakat dan dilakukan demi masyarakat serta berdasarkan kekuatan masyarakat demi
kesejahteraan masyarakat.
50
Asas tranparansi adalah asas keterbukaan yang bererti membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara.
49
Sedarmayanti, 2000. Good Governance Kepemerintahan Yang Baik Dalam Rangka Otonomi Daerah, Bandung: Mandar Maju, hal 23
50
Nani Soedarsono, 2000. Pembangunan Berbasis Rakyat Community Based Development, Jakarta: Yayasan Melati Bhakti Pertiwi, hal 34
Universitas Sumatera Utara
Untuk mewujudkan transparansi dalam pemerintahan di Kabupaten Simalungun selama masa pemerintahan bupati JR. Saragih, pemerintah daerah
mengambil beberapa kebijakan agar akses informasi yang benar dan jujur dapat diakses oleh masyarakat umum, antara lain :
1. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah LPPD
disampaikan melalui Media cetak dan dapat diakses di situs resmi Kabupaten Simalungun.
2. Peningkatan akses informasi yang baik pada kantor dinas di Pemkab
Simalungun dan kantor camat. 3.
Pengumuman tenderlelang proyek Pemerintah Kabupaten Simalungun
4. Transparansi anggaran di kabupaten Simalungun melalui situs resmi
Pemerintah Kabupaten Simalungun 5.
Pemutakhiran data di situs resmi Pemerintah Kabupaten Simalungun 6.
Memenuhi permintaan informasi khusus baik bagi para peneliti, media massa, masyarakat umum dan lain-lain.
51
51
Hasil wawancara dengan Kabag Humas Pemkab Simalungun, Desyartawaty Purba, SSTP. Pada Senin 11 Maret 2014, di Kantor Bagian Humas Kabupaten Simalungun.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu asas akuntabilitas menurut pasal 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harsu dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akuntabilitas adalah
suatu perwujudan
kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara periodik. Maka dapat kiat lihat bahwa Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan pertanggungjawaban secara
periodik sebagaimana diatur oleh Undang-Undang. Di kabupaten Simalungun, prinsip akuntabilitas telah diterapkan bukan hanya
semasa pemerintahan JR. Saragih. Kepala daerah sebelumnya juga telah melaksanakan hal serupa semasa pemerintahan mereka masing-masing. Pada masa
kepemerintahan Bupati JR. Saragih, setiap unsur pemerintahan yang ada di Kabupaten Simalungun diwajibkan memberikan pertanggungjawaban kepada
masyarakat lewat Laporan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan pemerintah secara berkala.
Universitas Sumatera Utara
Rakyat berhak mendapatkan informasi dan pertanggungjawaban dari penyelenggara pemerintah daerah lewat laporan pertanggungjawaban di depan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai perwakilan masyarakat di pemerintahan. Hal ini juga memungkinkan bagaimana rakyat untuk menerima ataupun menolak
laporan pertanggungjawaban tersebut, dan berhak untuk mengatakan bahwa pemerintah daerah tersebut berhasil atau gagal dalam penyelenggaraannya.
Yang menjadi permasalahan pemerintahan kita selama ini dalam prinsip akuntabilitas adalah bagaimana keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan
kebanyakan hanya memperlihatkan keberhasilan penyelenggaraannya saja, sementara itu yang berkaitan dengan kegagalan penyelenggaraan sangat sedikit bahkan jarang
diperlihatkan.
Universitas Sumatera Utara
IV PENUTUP
IV. 1. Kesimpulan